menyebar di seluruh ruangan dan wanginya menjadi polusi di udara yang bersih dan tidak kunjung hilang. Penggambaran bentuk polusi yang diakibatkan dari jasad
ini dimunculkan melalui visualisasi kain yang berwarna sedikit kuning kecolatan, dan di dukung dengan air dan tanah yang berwarna coklat serupa warna dari
sekuntum melati yang telah membusuk. Persamaan warna ini mengibaratkan bahwa jika manusia yang telah meninggal, jasadnya akan kembali keasalnya yaitu tanah.
12. “Hujan Bulan Juni”
“Hujan Bulan Juni” adalah puisi utama dan menjadi judul utama dalam antologi puisi “Hujan Bulan Juni” karya Sapardi Djoko Damono. Berikut adalah
puisi “Hujan Bulan Juni” seutuhnya:
HUJAN BULAN JUNI
tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu dijalan itu
tak ada yang lebih arif dari hujan bulan juni
dibiarkannnya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu
1989
Sapardi Djoko Damono 2016:104
Karya puisi Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Hujan Bulan Juni” ini
menggambarkan sebuah ironi. Berikut adalah ilustrasi puisi “Hujan Bulan Juni”:
Gambar 58:
Judul Karya: “Hujan Bulan Juni”, cat acrylic diatas kanvas dengan diameter 40 cm, 2016 sumber: dokumentasi pribadi
Hujan bulan Juni dalam ilustrasi ini dipersonifikasikan seperti manusia yang memiliki ketabahan, kebijakan dan kearifan. Seperti yang tertulis pada baitnya
yang berbunyi:” tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu”. Wanita yang dirindukan dikiaskan
seperti pohon yang berbunga. Bunga sendiri sudah menjadi makna universal untuk melambangkan sosok wanita. Pemilihan bunga mawar merah sendiri
melambangkan kasih sayang dan cinta pada sang kekasih. Atas dasar inilah, bunga mawar merah digambarkan memiliki ukuran yang lebih besar dari objek yang
lainnya, dengan warna yang merah sendiri membuatnya menjadi center of interest. Pada baitnya dijelasakan
“tak ada yang lebih arif dari hujan bulan juni
dibiarkannnya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu”. Ini merupakan
refleksi kerinduan seseorang kepada kekasihnya. Kerinduan yang mendalam, tetapi ketabahan, kebijakan dan kearifan mengajarkannya untuk memendam rasa tersebut
dan membiarkan sang kekasih memaknai sendiri rasa yang dia miliki. Dan membiarkan bahasa tubuhnya menyampaikan rasa rindunya tersebut.
Kerinduan akan sang kekasih ini bisa memiliki makna ganda, pada visualisasi puisi ini menggambarkan tentang rasa cinta dan syukur kita sebagai
mahluk ciptaan Tuhan. Visualisasi mahluk hidup digambarkan melalui putri duyung yang memiliki kepala manusia dan setengah badannya hewan. Dari judul
puisinya digambarkan bahwa hujan terjadi pada bulan Juni, sedangkan bulan Juni di Indonesia sendiri termasuk dalam musim kemarau yang itensitas untuk turun
hujan akan saat sedikit. Sehingga untuk melambangkan bahwa hujan adalah sebuah bentuk kasih sayang Tuhan berupa nikmat yang terhingga digambarkan melalui
visualisasi tetesan air hujan. Setetes air ini dianggap sangat berharga bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainya. Objek putri duyung digambarkan
menderita dengan jeratan dari tangkai pohon kering, ini mewakilkan penderitaan yang selalu menjerat siapa saja baik itu manusia atau mahluk hidup lainnya. Tetapi
dibalik rasa sakit akan penderitaan itu, mengingatkan kita akan rasa syukur kita akan nikmat Tuhan yang selalu ada tanpa kita sadari.
Pada karya ilustrasi ini menggabarkan sebuah tetesan air yang didalamnya terdapat sebuah pohon yang tumbuh ditanah kering dengan bunga mawar merah
yang keluar dari celah-celah tangkainya memunculkan . Objek lain dalam karya ilustrasi ini adalah dua putri duyung, yang masing-masing dari mereka dijerat oleh
tangkai-tangkai pohon kering. Warna yang dominan pada karya ilustrasi ini adalah warna biru muda yang menggabarkan warna air. Warna kuning pada bagian
background untuk memberikan kesan menunjol pada objek utama, yaitu setetes air hujan. Warna air hujan dibuat dengan teknik opaque. Keseimbangan dimunculkan
melalui penempatan bunga mawar di tengah objek dan dua putri duyung yang sejajar. Objek air dengan beberapa sulur-sulurnya menghasilkan irama yang
dinamis satu dengan yang lainnya. Kesatuan dan harmoni yang dimunculkan melalui bentuk dan warna objek ilutrasi telah terwakilkan dengan baik dengan
warna kontras contras antara warna merah pada mawar dan air pada background. Sedangkan unsur tekstur dimunculkan pada bagian tubuh dan ekor putri duyung
yang bersisik dan tekstur tanah kering dibuat dengan menggunakan teknik aquarel.
13. ”Aku Ingin”