teknik opaque sebagai dasaran yang kemudian diberikan kesan tekstur dan high light pada bagian-bagian yang terkena cahaya dengan teknik aquarel untuk
menciptakan keruangan, sehingga objek utama sebagai center of interest akan lebih menonjol. Unsur keseimbangan balance muncul melalui penempatan antara
bunga dan figur dua wanita yang sejajar. Irama rhytm muncul melalui penggambaran helai-helai rambut menggunakan teknik aquarel dengan kuas detail
ukuran 000 dan 0 membentuk garis-garis yang meliuk tak beraturan seperti halnya helaian rambut. Unsur garis terdapat pada bagian kelopak bunga, wajah, air dan
rambut tidak hanya untuk memunculkan tekstur tetapi juga untuk menciptakan kesatuan unity dalam ilustrasi. Dari keseluruhan objek baik itu dari pengulangan
ornamen dan objek utama memunculkan harmoni melalui warna merah cenderung oranye, kuning serta coklat. Untuk background sendiri diberikan polesan warna
putih gading dengan sedikit warna kuning yang diciptakan melalui kolaborasi antara teknik opaque dan teknik aquarel.
6. “Akuarium”
“Akuarium” ini adalah salah satu puisi karya Sapardi Djoko Damaono yang menceritakan tentang ironi kritik sosial. Tentang peran yang tidak pernah
dianggap dan sebuah ketidakpuasan tentang keadaan yang tidak pernah berubah. Berikut adalah puisi berjudul “Akuarium” seutuhnya:
AKUARIUM
kau yang mengatakan: matanya ikan kau yang mengatakan: matanya dan rambutnya dan pundaknya ikan
kau yang mengatakan: matanya dan rambutnya dan pundaknya
dan lengannya dan dadanya dan pinggulnya dan pahanya ikan
“Aku adalah air”, teriakmu “adalah ganggang adalah lumut adalah gelembung udara adalah kaca adalah…”
1972 Sapardi Djoko Damono 2016:61
Pada umumnya akurium sendiri adalah wadah berisi air yang terbuat dari kaca bening sebagai tempat untuk memelihara hewan air terutama ikan hias sebagai
penghias ruangan rumah. Di dalam akurium biasanya berisi air dengan beberapa ikan hias hidup, batu karang hias berwarna-warni, beberapa tanaman khas dalam
air, dan kerang. Dalam ilustrasi ini penggambaran ikan yang biasanya didalam akurium dibuat seolah membawa akurium didalam tubuhnya. Berikut ini adalah
ilustrasi puisi “Akuarium” seutuhnya:
Gambar 52:
Judul Karya: “Akuarium”, cat acrylic diatas kanvas dengan diameter 35 cm, 30 cm, 25 cm, 2017 sumber: dokumentasi
pribadi
Visualisasi puisi “Akurium” ini digambarkan dengan ikan besar yang memiliki akurium di dalam tubuhnya. Penggambaran yang tebalik ini dimaksudkan
sebagai sindiran dari sang akurium akan keadaanya yang tidak pernah diperhatikan
dan dikalahkan perannya oleh ikan yang berada didalam tubuhnya. Protes akurium ini muncul melalui bait yang berbunyi; “....Aku adalah air”, teriakmu “adalah
ganggang adalah lumut adalah gelembung udara adalah kaca adalah…”. Sehingga muncul pemikiran, bagaimana caranya agar keadaanya berbalik menjadi pusat
perhatian seperti halanya ikan. Objek ikan yang terpotong-potong menjadi tiga bagian bidangan ini merupakan usaha untuk menunjukan akurium sebagai pemeran
utama. Hal ini tentu saja sia-sia seperti yang disebutkan pada bait pertama yang berbunyi:”... kau yang mengatakan: matanya ikan kau yang mengatakan: matanya
dan rambutnya dan pundaknya ikan kau yang mengatakan: matanya dan rambutnya dan pundaknya dan lengannya dan dadanya...”. Bahwa mau
bagaimanapun usaha akurium tak akan mampu mengalahkan ikan sebagai pemeran utama dan pusat perhatian, center of interest ini bisa dilihat dari karya ilustrasi
dari puis i “Akurium” yang walaupun terpotong-potong menjadi tiga bagian tetap
akan membentuk ikan bahkan dengan ukuran yang lebih besar. Karya ilustrasi ini menggunakan tiga bidangan dengan diameter yang
berbeda-beda. Diameter bidangan yang terbesar adalah berdiameter 35 cm, bidangan kedua berdiameter 30 cm, dan untuk bidangan terkecil berdiameter 25 cm.
Keberagaman diameter bidangan ini dimaksudkan untuk menciptakan kesan variatif dalam aplikasi ilustrasi sehingga dalam penempatannya akan timbul kesan
unik. Visualisasi karya ilustrasi ini menggunakan teknik opaque pada bagian
background air berwarna biru dengan sedikit sapuan teknik aquarel. Repetisi dimunculkan melalui gelembung-gelembung udara untuk memunculkan kesan
kesimbangan balance sehingga antara objek yang ramai dibagian bawah akan lebih seimbang dengan diberikan objek gelembung-gelembung udara diatasnya.
Tekstur dimunculkan dengan garis-garis menggunakan teknik aquarel pada objek pendukung akurium yaitu rumput laut, karang-karang laut, kerang,dan beberapa
tanaman lumut dan ganggang didalam air. Warna yang lebih dominan adalah warna biru sehingga ada kesan harmoni baik tiap objek pada bidang satu dan lainnya
walaupun dipotong-potong menjadi tiga bagian. Warna sirip dan ekor ikan digambarkan seperti kerang dengan gradasi warna putih, kuning dan ungu
menciptakan kesatuan unity. Badan ikan yang seolah transparan sehingga dapat terlihat isi dalam tubuhnya mewakilkan unsur kaca dalam akurium.
7. “Sepasang Sepatu Tua”