“Di Restoran” Deskripsi Karya Ilustrasi

contras yaitu warna panas yaitu merah, kuning, dan orange dipadukan dengan warna dingin yaitu warna hijau, biru dan ungu. Warna kuning dibeberapa obje utama ilustrasi memberikan kesan selaras dan kesatuan. Penempatan boneka diantara awan dan api memberikan kesan keseimbangan balance.Tekstur awan dibuat dengan menggunakan perpaduan teknik opaque dan teknik aquarel untuk membuat garis-garis halus. Beberapa garis pada kayu juga dimunculkan untuk memberikan kesan tekstur.

14. “Di Restoran”

Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Di Restoran” menggambarkan representasi dari hidup. Bahwa hidup bukan hanya tentang pilihan-pilihan yang menyenangkan hati, tetapi juga pilihan yang bisa jadi adalah hal- hal yang menyakitkan. Berikut adalah puisi “Di Restoran” seutuhnya: DI RESTORAN Kita berdua saja, duduk. Aku memesan ilalang panjang dan bunga rumput -- kau entah memesan apa. Aku memesan batu di tengah sungai terjal yang deras -- kau entah memesan apa.Tapi kita berdua saja, duduk. Aku memesan rasa sakit yang tak putus dan nyaring lengkingnya memesan rasa lapar yang asing itu. 1989 Sapardi Djoko Damono 2016:108 Sungai, diibaratkan sebagai sebuah restoran bagi para ikan. Kedua ikan ini mewakilkan “aku” dan “kau” yaitu dua objek yang coba diceritakan oleh puisi “Di Restoran”. Keseluruhan karya ilustrasi ini menggambarkan dua ekor ikan di sungai yang karena rasa kelaparannya memakan apapun yang ada termasuk rumput dan batu. Kedua ikan ini seolah menjadi mahluk yang mengerikan dengan tubuh yang aneh, satu ikan mengeluarkan tentakel-tentakel menyerupai gurita mencoba memakan batu. Dari ekornya keluar wajah yang mengerikan mengeluarkan seekor ikan yang sedang memakan ilalang dan sebuah tangan yang hendak meraih dua benda yang hendak disantap oleh dua ikan yang kelaparan tersebut. B erikut adalah ilustrasi puisi “Di Restoran” seutuhnya : Gambar 60 : Judul Karya: “Di Restoran”, cat acrylic diatas kanvas dengan diameter 40 cm, 2017 sumber: dokumentasi pribadi Visualisasi dua ikan yang saling berhadapan ini mewakilkan figur “aku” dan “kau” yang sedang duduk berdua di sebuah restoran. Seperti layaknya orang berada di restoran adalah memesan menu makanan yang bisa mereka pesan. Kedua ikan ini diibaratkan telah menerima pesannya yaitu berupa sebuah batu dan beberapa ilalang. Hal yang sangat tidak lazim bagi seseorang yang memesan makanan di restoran. Sungai juga ilustrator ibaratkan sebagai keadaan sebuah negara dimana kedua ikan tinggal. Keadaan yang memprihatinkan ini seolah sebagai sindiran bahwa kita tinggal di negara kaya tetapi terjajah di negara sendiri. Pada kenyataannya, di negara yang kaya sumber alamnya ini masih terdapat kelaparan dan pederitaan. Hal ini divisualisasikan melalui ikan yang memakan batu yang sebenarnya bukan sesuatu yang bisa disebut sebagai makanan. Warna yang dominan adalah warna biru dan hijau. Pemilihan warna biru untuk memberi kesan dalam air dan warna hijau pada background sebagai lantai sungai. Ikan divisualisasikan dengan sisik melalui tekstur semu yang dibuat dengan teknik aquarel. Kesatuan unity baik secara warna dapat ditemukan pada warna air dan lantai sungai. Dan untuk kesimbangan dimunculkan melalui tangan dan dua objek ikan yang sejajar. Dapat disimpulkan bahwa keseluruhan ilustrasi ini menggambarkan bahwa keduanya berada dalam situasi yang sama. Berhadapan dengan satu peristiwa atau kejadian atau permasalahan yang sama yaitu rasa sakit karena rasa lapar, namun dihadapkan oleh berjuta pilihan yang hanya diketahui masing-masing dari mereka.

15. “Dalam Doaku”