“Bola Lampu “ Deskripsi Karya Ilustrasi

pada pementasan boneka kayu. Dua tangan ini digambarkan memiliki kulit manusia dengan badan seperti robot yang telah berkarat dan kabel yang terputus. Tekstur aspal dibuat melalui garis-garis yang dimunculkan dengan menggunkan teknik aquarel. Untuk warna background diberi warna coklat digradasi dengan warna kuning untuk memunculkan warna karat pada besi yang juga dimunculkan pada rantai dan sepatu sehingga memunculkan kesatuan unity. Keseimbangan balance dimunculkan melalui penempatan dua tangan yang sejajar, serta rantai dan sepatu di bawahnya sehingga tidak mebuat kesan berat dari segi manapun. Irama rhytm dapat terlihat melalui gerakan kabel dantali sepatu yang sama-sama menjuntai ke bawah. Karya ilustrasi ini menggambarkan rasa cinta yang sama- sama tak terbalas. Sehingga muncul rasa persamaan nasib dimana sepasang sepatu ini sama-sama ditakdirkan untuk dikendalikan oleh takdir dan hanya bisa mengadai-andai seperti apa hidup mereka besok.

8. “Bola Lampu “

Puisi “Bola Lampu” merupakan puisi dalam antologi puisi “Hujan Bulan Juni” yang menggambarkan tentang kritik sosial melalui sebuah bola lampu. Bola lampu yang dipersonifikasikan memiliki perasaan seperti layaknya manusia ini merasa terasing di rumahnya sendiri dan keberadaanya seakan menjadi sebuah lelucon belaka. Berikut adalah puisi “Bola Lampu” seutuhnya: BOLA LAMPU Sebuah bola lampu menyala tergantung dalam kamar. Lelaki itu menyusun jari-jarinya dan bayang-bayangnya nampak bergerak di dinding: “Itu kijang”, katanya. “Hore” teriak anak- anaknya, “sekarang harimau” “Itu harimau.” Hore “Itu gajah, itu babi hutan, itu kera…” Sebuah bola lampu ingin memejamkan dirinya. Ia merasa berada di tengah hutan. Ia bising mendengar hangar bingar kawanan binatang buas itu. Ia tiba-tiba merasa asing dan tak diperhatikan. 1973 Sapardi Djoko Damono 2016:74 Visualisasi karya ilustrasi ini, digambarkan melalui sebuah bola lampu sebagai objek utama yang dikelilingi oleh beberapa objek binatang diantaranya adalah kijang, babi hutan, dan gajah. Berikut adalah ilustrasi puisi “Bola Lampu”: Gambar 54 : Judul Karya: “Bola Lampu”, cat acrylic diatas kanvas dengan diameter 40 cm, 2016 sumber: dokumentasi pribadi Visualisasi ukuran bola lampu yang lebih besar dari objek disekitarnya menjadikannya sebagai center of interest dalam ilustrasi ini dan pemberian warna kuning muda terang dengan pencampuran warna putih memberikan kesan kontras contras seolah lampu tersebut sedang menyala. Kesatuan unity muncul melalui pemberian warna kuning pada beberapa objek yang terkena cahaya dari bola lampu. Ilustrasi ini menggambarkan sang pemeran utama yaitu bola lampu yang terlupakan. Kemarahannya akan keberadaannya yang tidak diperhatikan dan dengan kelelahan akan keadaanya dijelaskan pada lariknya yang berbunyi: “....Sebuah bola lampu ingin memejamkan dirinya. Ia merasa berada di tengah hutan. Ia bising mendengar hangar bingar kawanan binatang buas itu. Ia tiba-tiba merasa asing dan tak diperhatikan.”. Kebisingan yang seolah berada di hutan dan dikelilingi oleh hewan-hewan buas ini merupakan sindirannya akan keadaanya yang tidak bisa melakukan apa-apa dan terasing dengan rumahnya sendiri. Tekstur dimunculkan melalui objek tambahan dalam ilustrasi ini yaitu tali kabel besar yang terhubung dengan objek utama yaitu bola lampu melingkar disekitar objek utama,bulu binatang dan bunga. Outline menggunakan warna hitam untuk menunjukan kesan fokus. Keruangan dimunculkan melalui warna background kuning- kehijauan yang bergradasi dengan warna biru gelap. Objek binatang pada ilustrasi ini adalah gajah, babi hutan, dan kijang diibaratkan sebagai visualisasi dari bayangan tangan yang keluar dari bayangan bola lampu. Bunga anggrek berwarna merah muda dipilih mewakilkan bunga yang umumnya berada di dalam hutan. Bunga anggrek ini seolah ikut berbunga di tanduk kijang.

9. “Bunga, 1”