“Narscissus” Deskripsi Karya Ilustrasi

tekstur yang muncul melalui penempatan unsur garis yang seirama sehingga memunculkan harmoni. Penggunaan warna coklat tua untuk background tengah bergarasi menjadi warna abu-abu dengan sedikit kesan warna kuning ini dipilih untuk menggabarkan suasana pagi hari berkabut dimana itu merupakan peralihan antara gelap ke terang. Hal ini diambil dari salah satu lariknya yang berbunyi:” ketika jari-jari bunga terbuka mendadak terasa: betapa sengit cinta Kita cahaya bagai kabut, kabut cahaya; di langit”. Beberapa warna hijau dan kuning ocre dimunculkan pada tiap objek pada ilustrasi sehingga ada kesan kesatuan unity. Teknik yang digunakan dalam pemberian warna pada background adalah teknik opaque yang dipadukan dengan teknik aquarel untuk menciptakan gradasi.

5. “Narscissus”

“Narcissus” adalah karya puisi dalam antologi “Hujan Bulan Juni” karya Sapardi Djoko Damono yang terinspirasi dari kisah Narcissus dari Yunani tentang seseorang yang mencintai dirinya sendiri. Berikut adalah puisi “Narcissus” seutuhnya: NARCISSUS seperti juga aku: namamu siapa, bukan? pandangmu hening di permukaan telaga dan rindumu dalam tetapi jangan saja kita bercinta jangan saja aku mencapaimu dan kau padaku menjelma atau tunggu sampai angin melepaskan selembar daun dan jatuh di telaga: pandangmu berpendar, bukan? cemaskah aku kalau nanti air bening kembali? cemaskah aku kalau gugur daun demi daun lagi? 1971 Sapardi Djoko Damono 2016:57 Kisah Narcissus sendiri memiliki dua versi, yang pertama adalah tentang seseorang bernama Narcissus yang mencintai dirinya sendiri dan akhirnya mati tenggelam ketika bercermin di sungai. Dan untuk versi kedua, Narcissus dikisahkan sebagai seseorang yang sangat menyayangi saudara kembarnya yang telah lama meninggal. Sehingga untuk mengobati rasa rindunya akan saudara kembarnya yang telah meninggal, setiap hari Narcissus pergi ke sungai untuk sekedar melihat dan berbicara dengan refleksi wajahnya sendiri dan akhirnya tenggelam karena kesedihan yang mendalam. Berikut ini adalah ilustrasi puisi yang berjudul “Narcissus” seutuhnya: Gambar 51 : Judul Karya: “Narcissus”, cat acrylic diatas kanvas dengan diameter 40 cm, 2016 sumber: dokumentasi pribadi Dalam penciptaannya, dipilih kisah kasih sayang Narcissus kepada saudara kembarnya yang telah meninggal sebagai ide penciptaan yang sesuai dengan makna puisi yang hendak Sapardi Djoko Damono ceritakan pada puisi “Narcissus” ini yaitu tentang kasih sayang dan cinta. Seperti yang dijelaskan pada lariknya yang berbunyi “...pandangmu hening di permukaan telaga dan rindumu dalam tetapi jangan saja kita bercinta jangan saja aku mencapaimu dan kau padaku menjelma..”. Ilustrasi ini menggambarkan dua figur wanita sebagai center of interest. Satu figur wanita digambarkan sedang menangis dengan bawah mata yang memerah sambil membawa beberapa bunga berwana putih keunguan untuk figur wanita di sebelahnya. Dan figur wanita di sebelahnya digambarkan menutup matanya dengan wajah yang lebih pucat. Gestur wajah figur wanita sebelah kiri menggambarkan diri Narcissus yang sedang dirundung duka mendalam. Bunga memang telah lama digunakan oleh manusia untuk mengungkapkan rasa cinta ataupun rasa kesedihan. Figur wanita disebelah kiri digambarkan memberikan bunga tanda sayang dan dukanya untuk saudaranya yang telah lama meninggalkannya. Pemberian warna putih digradasikan dengan warna ungu pada bunga untuk menggambarkan makna kasih sayang yang murni yang telah dirundung dukacita. Makna warna ungu memiliki karakter murung dan menyerah, melambangkan dukacita dan suci. Sedangkan warna putih sendiri melambangkan kesucian, polos, jujur dan murni. Untuk warna biru melambangkan air sungai yang akhirnya sama-sama merenggut nyawa dua figur wanita. Ornamen pada background figur wanita menggambarkan ganggang hijau yang terdapat didalam air sungai untuk memberikan kesan keindahan dan irama. Ornamen lain yang membingkai objek utama dua figur wanita diciptakan melalui teknik opaque sebagai dasaran yang kemudian diberikan kesan tekstur dan high light pada bagian-bagian yang terkena cahaya dengan teknik aquarel untuk menciptakan keruangan, sehingga objek utama sebagai center of interest akan lebih menonjol. Unsur keseimbangan balance muncul melalui penempatan antara bunga dan figur dua wanita yang sejajar. Irama rhytm muncul melalui penggambaran helai-helai rambut menggunakan teknik aquarel dengan kuas detail ukuran 000 dan 0 membentuk garis-garis yang meliuk tak beraturan seperti halnya helaian rambut. Unsur garis terdapat pada bagian kelopak bunga, wajah, air dan rambut tidak hanya untuk memunculkan tekstur tetapi juga untuk menciptakan kesatuan unity dalam ilustrasi. Dari keseluruhan objek baik itu dari pengulangan ornamen dan objek utama memunculkan harmoni melalui warna merah cenderung oranye, kuning serta coklat. Untuk background sendiri diberikan polesan warna putih gading dengan sedikit warna kuning yang diciptakan melalui kolaborasi antara teknik opaque dan teknik aquarel.

6. “Akuarium”