hitam yang menggambarkan keadaan malam hari. sangat berbeda apabila disandingkan dengan background pada ilustrasi bagian kedua yang lebih kearah
warna yang terang yaitu warna kuning muda dengan gradasi kehijauan. Kontras contras warna background ini mewakilkan keadaan saat kedua figur wanita ini
seakan melakukan hal-yang sia-sia sehingga waktu cepat berlalu tanpa disadari karena hal yang tidak berguna.
3. “Dalam Sakit”
Puisi “Dalam Sakit” adalah puisi dalam antologi “Hujan Bulan Juni” yang menggambarkan tentang waktu dan kematian. Baik waktu maupun kematian saling
berdampingan. Manusia sebagai mahluk fana yang memiliki batas waktu akan selalu dibayangi oleh kematian. Ketika sakit, setiap manusia akan terbayang akan
kematian. Namun, Tuhan memberikan jatah waktu yang lebih panjang, sehingga pada akhirnya manusia terus menjalani hidupnya kembali serta menunggu dan
mempersiapkan kematian yang suatu saat akan menghampirinya. Berikut adalah puisi “Dalam Sakit” seutuhnya:
DALAM SAKIT waktu lonceng berbunyi
percakapan merendah, kita kembali menanti-nanti kau berbisik: siapa lagi akan tiba
siapa lagi menjemputmu berangkat berduka di ruangan ini kita gaib dalam gema. Di luar malam hari
mengendap, kekal dalam rahasia kita pun setia memulai percakapan kembali
seakan abadi, menanti-nanti lonceng berbunyi 1967
Sapardi Djoko Damono 2016:20
Visualisasi karya ilustrasi digambarkan dengan menggunakan media cat acrylic diatas kanvas pada bidangan berdiameter 40 cm. Dalam visualisasinya,
objek utama dalam ilustrasi ini adalah jantung, tengkorak, dan wanita. Kesuluruhan dari objek ilustrasi ini menggambarkan sebuah jam kayu tua dengan jantung sebagai
detak jamnya. Jam sebagai penunjuk waktu digambarkan telah rusak dan tidak dapat menunjukan waktu lagi walaupun detaknya masih hidup. Jantung
digambarkan sebagai nyawa manusia dan tiap detaknya dianggap sebagai detik waktu hidup seorang manusia. Beberapa pembuluh jantung ini terhubung dengan
objek wanita dan tengkorak. Berikut adalah ilustrasi puisi yang berjudul “ Dalam
Sakit” :
Gambar 49: Judul Karya: “Dalam Sakit”, cat acrylic
diatas kanvas dengan diameter 40 cm, 2017 sumber: dokumentasi pribadi
Warna pada karya ilustrasi ini didominasi warna coklat tua terutama untuk warna background yang menggambarkan jam tua. Tekstur kayu dibuat dengan
penggabungan antara teknik opaque dan teknik aquarel. Penggunaan teknik opaque yang plakat digunakan sebagai background atau dasaran bidang-bidang
yang besar. Untuk teknik aquarel ini digunakan untuk gradasi warna pada objek, tekstur, dan highlight pada objek tertentu. Seperti pada background belakang
jantung diberikan warna yang lebih terang dengan sapuan teknik aquarel untuk menciptakan bayangan sehingga objek utama lebih menonjol dengan sedikit efek
keruangan. Beberapa warna yang dominan seperti warna kuning ocre dimunculkan pada beberapa objek utama untuk memunculkan kesatuan unity. Garis pada
helaian rambut figur wanita serta beberapa pembuluh jantung, retakan pada kayu dan kaca jam untuk memunculkan irama rhytm dengan pengulangan bentuk yang
hampir sama. Jantung divisualisasikan lebih besar dari objek yang lain terutama figur wanita dan keberadaan ditengah objek lainnya dengan warna merah sangat
kontras dengan warna disekitarya sebagai center of interest. Untuk objek tengkorak digambarkan sedikit lebih besar di sebelah kiri jantung, dimaksudkan bahwa
kematian memberikan ketakutan yang besar pada manusia dan setakut apapun manusia akan kematian, hal itu sendiri pasti akan datang kepada siapa saja tanpa
terkecuali. Ilustrasi ini menggambarkan bahwa waktu akan segera merenggut siapa
saja. Jantung sebagai pengganti lonceng pada jam digambarkan saling berhubungan antara figur wanita dan tengkorak yang menggambarkan kematian. Hal ini
dijelaskan pada bait puisi “Dalam Sakit” yang berbunyi: “...waktu lonceng berbunyi
percakapan merendah, kita kembali menanti-nanti kau berbisik: siapa lagi akan tiba siapa lagi menjemputm
u berangkat berduka..”. Kepasrahan dalam menunggu kematian digambarkan melalui figur wanita yang dalam keadaan pasrah dengan
gestur wajah tenang dan menutup matanya, merasakan kapan waktunya tiba untuk menghadap Sang Pencipta melalui pembuluh-pembuluh jantung yang terhubung
langsung dengan tubuhnya.
4. “Ketika Jari-Jari Bunga Terbuka”