47
H. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas
Validitas adalah ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahitan suatu instrumen Suharsimi Arikunto, 2006: 168. Hasil
penelitian dikatakan valid apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti.
Untuk mengetahui validitas untuk variabel sikap percaya diri, digunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson. Adapun perumusannya
sebagai berikut.
= {
}{ }
Suharsimi Arikunto, 2006: 169 dengan:
r
XY
= koofesien korelasi antara variabel x dan y X
= skor siswa pada butir-butir yang diuji validitasnya Y
= skor total yang diperoleh siswa N
= Jumlah responden Kriteria yang digunakan untuk mengetahui suatu pernyataan valid
atau tidak valid yaitu jika r
XY
≥ r tabel maka pernyataan valid dan jika r
XY
r tabel maka pernyataan tidak valid. Perhitungan validitas dilakukan pada
variabel sikap percaya diri dengan menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistics 20 dengan hasil 5 instrumen tidak valid yaitu nomor 5, 12,
13, 14, 27 dari 30 butir pernyataan. Hasil validitas selengkapnya terdapat pada lampiran 2.
Sedangkan dalam mengukur variabel kemampuan kognitif digunakan pengujian validitas konstruk dan pengujian validitas isi.
a. Validitas konstruk constuct validity dapat dicapai bila terdapat kesesuaian antara bagian instrumen dengan instrumen secara
48 keseluruhan.
Dengan kata lain, validitas internal merupakan keragaman butir-butir pertanyaan dari indikator yang tersedia.
Validitas ini dilakukan dengan cara mengkonsultasikan instrumen butir soal kepada ahlinya judgment experts.
b. Validitas isi content validity dapat dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrumen tersebut sesuai dengan informasi lain
mengenai variabel penelitian tersebut. Validitas ini dilaksanakan dengan mengadakan seleksi terhadap butir-butir pertanyaan dalam
rencana instrumen terpakai sehingga diketahui butir-butir pertanyaan mana yang perlu dipertahankan, direvisi atau dihilangkan. Untuk
menguji validitas butir-butir pertanyaan, maka setelah dikonsultasikan dengan ahli, selanjutnya dianalisis dengan pengujian sebagai berikut:
1 Tingkat Kesukaran Tingkat kesukaran merupakan peluang menjawab benar suatu
soal pada tingkat kemampuan tertentu yang dinyatakan dalam bentuk indeks. Besar indeks tingkat kesukaran berkisar 0,00 – 1,00.
Adapun rumus mencari indeks kesukaran adalah sebagai berikut: P =
B JS
Keterangan: P
= Indeks kesukaran B
= banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS
= jumlah seluruh siswa peserta tes Kriteria yang digunakan adalah semakin kecil indeks yang
diperoleh, maka semakin sulit soal tersebut, sebaliknya makin besar
49 indeks yang diperoleh makin mudah soal tersebut. Adapun kriteria
indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut: a Soal dengan P 0,00 sampai dengan 0,30 adalah soal sukar.
b Soal dengan P 0,31 sampai dengan 0,70 adalah soal sedang. c Soal dengan P 0,71 sampai dengan 1,00 adalah soal mudah.
Suharsimi Arikunto, 2013: 222 – 225 Dari data variabel kemampuan kognitif diperoleh tingkat
kesukaran dengan perbandingan soal berkriteria mudah : sedang : sukar yaitu 63,3 : 30 : 6,67. Dengan demikian soal yang digunakan
dapat menunjukan kemampuan siswa yang pandai, sedang, atau kurang.
2 Daya Pembeda Daya pembeda bertujuan untuk mengetahui kesanggupan soal
dalam membedakan siswa yang tergolong mampu berprestasi tinggi dengan siswa yang tergolong kurang lemah prestasinya.
Butir soal yang tidak memiliki daya pembeda diduga terlalu mudah atau terlalu sukar, sehingga perlu diperbaiki atau perlu
diganti dengan pertanyaan lain. Adapun interpretasi nilai DP mengacu pada pendapat Suharsimi Arikunto 2013: 232:
0,00 – 0,20 = jelek poor 0,21 – 0,40 = cukup satistifactory
0,41 – 0,70 = baik good 0,71 – 1,00 = baik sekali excellent
Data hasil tes kemamuan kognitif yang diperoleh untuk
responden berjumlah 32 siswa, didapatkan daya pembeda soal