80
72 28
Sangat Tinggi Tinggi
Rendah Sangat Rendah
prestasi belajar praktik menunjukan sebagian siswa 71,875 termasuk dalam kategori tinggi, dan sebagian kecil siswa 28,125 termasuk dalam
kategori rendah. Data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian siswa 71,875 memiliki prestasi belajar praktik cenderung termasuk dalam
kategori tinggi. Hasil saat pengamatan dan PPL UNY tahun 2015 di SMK N 1
Sedayu diketahui, bahwa prestasi belajar praktik yang dimiliki siswa tercermin dari hasil pekerjaan praktik siswa yang cenderung tidak sesuai dengan ukuran
geometris jobtugas yang sudah ditentukan blong. Proses pengerjaan job praktik yang tidak sesuai dengan prosedur yang seharusnya karena
mengabaikan teori yang sudah diajarkan. Hal tersebut hendaknya terus menjadi perhatian untuk meningkatkan prestasi belajar praktik siswa dalam
meraih prestasi yang setinggi-tingginya.
Keterangan: Gambar 9. Diagram Prestasi Belajar Praktik
4. Pembahasan Hasil Hipotesis Pertama
Hasil pengujian hipotesis pertama menemukan bahwa kemampuan kognitif dalam pengukuran teknik mempunyai hubungan dengan prestasi
belajar praktik siswa. Nilai r hitung r tabel 0,692 0,349 dengan nilai
81 signifikansi p hitung lebih kecil dari p kritis 0,000 0,05. Hal ini menunjukan
bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel kemampuan kognitif dengan prestasi belajar praktik. Dengan demikian,
semakin tinggi kemampuan kognitif dalam pengukuran teknik siswa maka semakin tinggi pula prestasi belajar praktik siswa.
Kemampuan kognitif siswa yang diperoleh melalui proses pembelajaran di kelas akan membekali siswa dalam melaksanakan praktik di
bengkel. Hal ini berarti keberhasilan belajar di kelas erat hubungannya dengan keberhasilan siswa pada praktik di bengkel. Keberhasilan belajar
pada mata pelajaran produktif seperti mata pelajaran teknologi mekanik dapat dilihat dari nilai-nilai hasil belajar siswa yang mencakup kemampuan kognitif
dan prestasi belajar dalam praktik di bengkel. Proses pembelajaran teori yang kurang baik yang diamati dari kurang
antusiasnya siswa dalam mengikuti pembelajaran teori di kelas, berbeda kondisi ketika mengikuti pembelajaran praktik di bengkel. Ketika siswa
melaksanakan pembelajaran teori di kelas, banyak dari mereka yang melakukan hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan, seperti tiduran, berbicara
dengan teman, memainkan handphone, yang intinya tidak memperhatikan guru
ketika menyampaiakan
materi pembelajaran
dan terkesan
menyepelekannya. Ketika dilaksanakan evaluasi tentang hasil belajar di kelas hanya sebagian kecil siswa yang mampu menjawab dengan benar.
Proses pembelajaran yang masih menggunakan modul dan penyampaian materi yang masih menggunakan media papan tulis juga diduga
merupakan faktor kurangnya antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran teori di kelas. Kurangnya pemahaman siswa dalam teori menjadi bekal yang