commit to user 151
mengadakan sosialasasi di tingkat BP3K Sosialisasi pemanfaatan cyber extension dilaksanakan di setiap BP3K pada pertengahan tahun 2011, dan
diselenggarakan bertepatan dengan pertemuan dua mingguan di BP3K. Dalam sosialisasi tersebut cenderung menjelaskan teknik mengakses cyber extension,
dan tidak menjelaskan pengelolaan informasi
cyber extension
, sehingga banyak penyuluh yang tidak tahu mengenai keberadaan admin
cyber extension.
Perwakilan penyuluh di tiap BP3K juga mendapat sosialisasi di tingkat pusat yang diselenggarakan pada acara launching
cyber extension
beserta 300 peserta yang lain dari seluruh Indonesia. BP4K pun mendukung sosialisasi cyber
extension
melalui pencetakan buku berjudul Teknik Mengakses
Cyber Extension.
Namun karena hanya dicetak 30 eksemplar dan dibagi satu tiap BP3K, sehingga para penyuluh tidak banyak mengetahuinya. Hal ini disebabkan
buku tersebut tidak pernah disampaikan oleh penyuluh atau diperbanyak lagi oleh BP3K untuk dibagikan kepada penyuluh. Buku ini dicetak khususnya bagi
penyuluh yang tidak bisa mengoperasikan internet. Hambatan yang paling utama dalam pelaksanaan dan pemanfaatan
cyber extension
oleh penyuluh adalah ketidakmampuan penyuluh, khususnya Penyuluh PNS yang berusia tua dalam
mengoperasikan internet.
2. Kinerja Penyuluh dalam Pemanfaatan
Cyber Extension
Kinerja penyuluh dalam pemanfaatan
cyber extension
di Kabuupaten Bogor masuk dalam kategori sangat rendah, atau tidakbelum pernah melaksanakan.
Kinerja penyuluh tersebut meliputi aspek aksesbilitas, pemanfaatan materi bagi kegiatan penyuluhan serta pengenalan
cyber extension
kepada petanikelompok yang ketiganya masuk dalam kriteria sangat rendah
commit to user 152
Tingkat aksesbilitas
cyber extension
masih sangat rendah. Hal ini dikarenakan, sebagai berikut:
a. Dari aspek mencari informasi masih sangat rendah, karena bagi penyuluh
yang terbiasa memanfaatkan internet, maka mencari informasi dengan menggunakan situs pencari seperti www.google.com lebih mudah daripada
memanfaatkan
cyber extension
dan informasinya pun lebih beragam, tidak hanya cenderung informasi teknis saja. Sedangkan untuk penyuluh yang tidak
menggunakan internet, khususnya penyuluh PNS senior, akan menjadi faktor penghambat dalam mencari informasi melalui
cyber extension
. Penyuluh PNS yang berusia tua ini pun motivasi kerja penyuluh pun sudah mulai menurun,
apalagi terkait motivasi pemanfaatan informasi teknologi internet. Selain itu yang menjadi penghambat dalam mencari informasi pertanian melalui
internet pada umumnya dan
cyber extension
pada khususnya, yaitu ketersediaan sarana-prasarana di kantor BP3K yang tidak mencukupi 1 – 2
komputer tiap BP3K, dan tidak semua penyuluh mempunyai sarana pribadi untuk mengakses internet. Sarana-prasarana lebih cenderung digunakan untuk
kegiatan administrasi perkantoran. Hampir sebagian aktivitas kerja penyuluh berada di lapangan, sehingga bagi penyuluh yang tidak mempunyai sarana
pribadi tidak pernah mencari informasi melalui
cyber extension
. Sedangkan penyuluh yang mempunyai sarana pribadi, lebih cenderung untuk mengakes
media sosial. b.
Dari aspek memberikan umpan balik juga masih sangat rendah, hal ini dalam penilaian penyuluh tampilan
cyber extension
yang masih standar dan tidak ada menu menyampaikan ide atau komentar pada setiap informasi yang
commit to user 153
disajikan dalam situs tersebut, sehingga kurang memberikan manfaat adanya interaksi antar pengguna, khususnya penyuluh, sehingga belum ada
manfaatnya untuk menambah kolega yang baru. Para penyuluh pun belum tahu cara menggunakan
e-petani
, yaitu menu dalam
cyber extension
yang memungkinkan melakukan memberikan umpan balik terhadap informasi yang
ada. Penyuluh juga belum pernah meneruskan informasi yang terdapat dalam
cyber extension
melalui e-mail, karena mereka hanya tahu prosedur mengakses, namun tidak tahu prosedur meneruskan informasi tersebut kepada
e-mail
koleganya. c.
Penyampaian informasi melalui
cyber extension
masih sangat rendah dikarenakan, para penyuluh tidak mengetahui prosedur menyampaikan
informasi
cyber extension
untuk materi spesifik lokasi dan gerbang daerah yang harus melalui admin kabupaten. Penyuluh juga tidak mengetahui
prosedur dalam menyampaikan informasi melalui
e-petani
. Sangat rendahnya kinerja penyuluh dalam penyampaian informasi melalui
cyber extension
juga dikarenakan belum ada kebijakan dari pemerintah yang mengikat mereka
dalam pemanfaatan
cyber extension
. Aturan yang mengikat dengan tugas pokok dan fungsi penyuluh pertanian yang diatur dalam Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara No 2 Tahun 2008 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian yang terkait dengan perencanaan penyuluhan
pertanian melalui media elektronik
website
hanya melekat pada jabatan penyuluh ahli. Sampai dengan tahun 2012 di Kabupaten Bogor hanya
mempunyai dua orang yang menjabat sebagai penyuluh ahli setelah lulus ujian kompetensi penyuluh.
commit to user 154
Kinerja penyuluh dalam hal pemanfaatan informasi
cyber extension
bagi kegiatan penyuluhan masih sangat rendah atau belum pernah dilakukan. Hal ini
disebabkan, kecenderungan penyuluh belum menjadikan materi dalam internet pada umumnya, dan
cyber extension
pada khususnya, sebagai materi utama dalam kegiatan penyuluhan, sehingga mereka tidak pernah menggunakan materi
dalam internet dalam kegiatan penyuluh. Selama mereka masih mendapatkan sumber informasi yang lain tercetak, komunikasi interpersonal, publikasi
ilmiah, pertemuan teknis, mereka tidak akan mengakses informasi pertanian, apalagi
cyber extension
. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Suryantini 2003 bahwa sumber informasi yang paling banyak digunakan oleh penyuluh di
Kabupaten Bogor adalah sumber interpersonal sesama penyuluh dan kontak tani petani maju dan media cetak surat kabar.
Kinerja penyuluh dalam hal pengenalan
cyber extension
kepada petani kelompok tani masih sangat rendah atau belum pernah dilakukan. Para penyuluh
memandang para petani di Kabupaten Bogor belum mampu menggunakan internet. Penyuluh beranggapan bahwa bagi petani, internet masih merupakan
“barang” yang mahal, sehingga masih belum dimanfaatkan. Bagi para penyuluh, khususnya Penyuluh PNS yang berusia tua, yaitu ketidakmampuan
mengoperasikan internet, sehingga mereka merasa tidak mampu mengajarkan akses informasi pertanian melalui internet pada umumnya
cyber extension
pada khususnya kepada petani di pedesaan. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Departemen Komunikasi dan Informasi 2004, bahwa masih terbentang jalan yang panjang sebelum semua orang Indonesia, khususnya di perdesaan dapat
mengambil manfaat dari potensi penuh teknologi informasi komunikasi internet.
commit to user 155
Wijekoon
et al.
2006, pun menyatakan bahwa di negara Sri Lanka yang menjadi hambatan dalam pemanfaatan
cyber extension
adalah rendahnya kemampuan mengoperasionalkan komputer dari penyuluh dan petani, sehingga
perlu didukung dengan strategi khusus untuk mengatasinya.
3. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh dalam Pemanfaatan