Faktor Penunjang Kinerja Penyuluh dalam Pemanfaatan

commit to user 46 7 Sikap terhadap teknologi informasi Sikap adalah penyataan atau pertimbangan evaluatif mengenai obyek, orang dan peristiwa. Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan sesuatu Robbins, 1998. Bungin 2008 menyatakan bahwa, sikap masyarakat terhadap inovasi telematika pada masyarakat post modern adalah dipandang sebagai bagian gaya hidup, pada masyarakat modern dipandang secara rasional, pada masyarakat transisi mempertimbangkan untung rugi terhadap inovasi, dan pada masyarakat tradisional cenderung menolak.

b. Faktor Penunjang

Cyber Extension Strategi untuk menunjang dalam menghasilkan teknologi informasi yang baik yang mencakup tiga hal pokok 1 sistem informasi; 2 piranti lunak dan perangkat keras; dan 3 perangkat manusia Indrajit, 2010. Beberapa hal yang diperhatikan pula dalam menunjang akses teknologi informasi, khususnya cyber extension adalah sarana-prasarana, infrastruktur, pembiayaan, dan kebijakan Nasution, 2002; Sharma, 2005, Mulyandari dkk, 2010; dan Badan PPSDMP, 2010. Faktor-faktor tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1 Kebijakan Kebijakan pemerintah adalah dukungan yang diberikan oleh kelembagaan atau pemerintah kepada penyuluh, guna kelancaran penyelenggaraan dan peningkatan kualitas penyuluhan pertanian. Kebijakan pemerintah yang mendukung terhadap penyuluh dan commit to user 47 penyelenggaraan penyuluhan akan meningkatkan kemampuan dan kinerja penyuluh Nuryanto, 2008. Mardikanto 2009 mengungkapkan, apabila kebijakan diartikan sebagai pilihan terbaik yang perlu dilakukan oleh setiap manajemen untuk mengelola sumberdaya demi tercapainya tujuan yang ditetapkan, maka pemerintah berkewajiban untuk menetapkan kebijakan penyuluhan pertanian yang secara empiris memiliki peran strategis sebagai: pemicu maupun pemacupelancar pembangunan pertanian. Namun, menurut Arifin 2005, dari pengalaman sejarah maka beberapa kebijakan publik hanya menguntungkan sebagian kecil pelaku ekonomi dan merugikan sebagian pelaku ekonomi lain, terutama petani. Ivancevich et al. 2005 menjelaskan bahwa kebijakan bagi karyawan akan berdampak pada komitmen karyawan dan kepuasan kerja karyawan. Dalam rangka meningkatkan kinerja dan peran penyuluh dalam pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi perlu didukung oleh perangkat peraturan yang jelas dalam menerapkan dan mengoperasionalkan pelayanan data dan informasi berbasis internet kepada masyarakat tani, pemangku kebijakan dan pengguna jasa informasi pada umumnya Badan PPSDMP, 2010. Menurut Pedoman Standar Pelayanan Minimal Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan BP3K, telah diatur bahwa salah satu kegiatannya adalah layanan terpadu informasi cyber extension atau sering disebut Kios Cyber Extension Badan PPSDMP, 2010 commit to user 48 Kebijakan penyuluhan pertanian didefinisikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian Kementerian Pertanian, 2009. Kebijakan tersebut di antaranya adalah mengutamakan kegiatan berorientasi peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian salah satunya melalui sistem cafeteria informasi yang berbasis teknologi informasi. Dalam rangka mewujudkan kebijakan tersebut maka strategi yang ditetapkan adalah membangun sistem cafeteria informasi agribisnis dan inovasi dalam penyuluhan pertanian yang didukungberbasis teknologi informasi cyber extension Kementerian Pertanian, 2009. Arti penting kebijakan penyuluhan pertanian yang menunjukkan bahwa kegiatan penyuluhan pertanian akan berkaitan dengan banyak pihak yang melakukan beragam kegiatan, yang meliputi: penelitian, diseminasi informasiinovasi, pengadaan sarana produksi, pengadaan peralatanmesin pertanian, pemasaran produk yang dihasilkan, pembiayaan, transportasi, dan aneka jasa yang lain. Sehingga, kegiatan penyuluhan pertanian tidak cukup ditangani oleh satu institusi pemerintah, tetapi akan melibatkan banyak instansi yang memerlukan koordinasi dan integrasi secara berkelanjutan Mardikanto, 2009. Untuk itu, dalam kebijakan penyuluhan pertanian yang telah diatur salah satunya adalah meningkatkan intensitas komunikasi dialogis dan koordinasi dengan seluruh mitra pembangunan penyuluhan pertanian Kementerian Pertanian, 2009. commit to user 49 Nasution 2002 menyatakan bahwa, dalam rangka meningkatkan akses dan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi bagi seluruh masyarakat, perlu upaya kebijakan dari pemerintah, karena pihak swasta tidak cukup mengatasi masalah kesenjangan yang terjadi. Menurut OECD dalam Nasution 2002 pemerintah diharapkan untuk mengimplementasikan upaya kebijakan sebagai berikut: a Infrastruktur jaringan pengembangan infrastruktur dan prakarsa regulasi untuk mendorong kekompetitifan. b Penyebarserapan ke individu dan rumah tangga akses di sekolah dan akses di institusi publik yang lain. c Pendidikan dan pelatihan pelatihan di sekolah-sekolah dan pelatihan vokasional. d Penyebarserapan ke kalangan bisnis dukungan dan pelatihan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengusaha kecil serta bantuan ke daerah dan kawasan pedesaan. e Proyek pemerintah pelayanan pemerintah secara on line dan pemerintah sebagai model pengguna teknologi informasi dan komunikasi. Menurut Marimin dan Probowo 2006, dalam kebijakan tersebut harus melekat pedoman-pedoman teknologi informasi untuk pemberdayaan masyarakat, seperti: a Pedoman layanan informasi publik minimal yang harus disediakan dan diperlukan oleh masyarakat suatu daerah. commit to user 50 b Pedoman infrastruktur dasar yang diperlukan untuk mendukung layanan informasi publik. c Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat akan informasi melalui terbentuknya community network dan community r esearch center . d Deregulasi pemerintah pada sektor telekomunikasi, sehingga infrastruktur yang ada bisa menjadi lebih murah. Semenjak tahun 2008 dalam mengatasi kesenjangan teknologi informasi dan komunikasi yang dialami di wilayah Indonesia, Kementerian Telekomunikasi dan Informatika mengembangkan kebijakan berdasarakan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 32PERM.KOMINFO112008 tentang Kewajiban Pelayanan Universal KPU Telekomunikasi atau Universal Service Obligation USO. Kebijakan tersebut telah mengatur penyediaan jasa akses telekomunikasi dan informatika KPU di Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi WPUT yaitu di wilayah antara lain daerah tertinggal, daerah terpencil, daerah perintisan, daerah perbatasan, dan daerah yang tidak layak secara ekonomis serta wilayah yang belum terjangkau akses dan layanan telekomunikasi, dengan tujuan: 1 mengatasi kesenjangan digital 2 menunjang dan mendukung kegiatan perekonomian, memantapkan pertahanan dan keamanan, serta mencerdaskan kehidupan bangsa; dan Pemenuhan komitmen Indonesia di World Summit Information Society . Pengelola cyber extension adalah sektor pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertanian Badan PPSDMP, maka perlu adanya kebijakan mengenai tata kelola informasi. Menurut Jogiyanto dan Abdillah 2011, commit to user 51 kebijakan tata kelola mengacu pada mekanisme peran dan tanggung jawab yang digunakan organisasi untuk memastikan investasi di bidang teknologi informasi memenuhi tujuan organisasi. Faktor praktek komunikasi tata kelola teknologi informasi perlu diperhatikan terkait dengan sejumlah saluran komunikasi yang digunakan untuk mengkomunikasikan tata kelola, pedoman dan praktek. 2 Sarana dan Prasarana Mardikanto 1996 menyatakan bahwa, beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap efektifitas penyuluhan diantaranya adalah salah satunya adalah lingkungan fisik. Terkait lingkungan fisik sarana- prasarana, maka Sharma 2005 menyatakan bahwa, yang diperlukan dalam mengakses cyber extension adalah komputer yang berbiaya murah dan mampu menjadi perangkat media komunikasi yang dikembangkan sesuai budaya lokal. Infrastruktur yang dimanfaatkan dalam rangka konektivitas pedesaan di wilayah yang tidak terjangkau jaringan internet adalah wireless local loop komunikasi nir kabel. Dalam Pedoman Standar Pelayanan Minimal Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan BP3K telah diatur bahwa dalam mendukung kegiatan pusat informasi, maka BP3K harus dilengkapi perlengkapan yang salah satunya adalah komputer, modem, dan loca l area network. Pusat informasi tersebut dimanfaatkan untuk mengakses informasi berkaitan dengan hasil-hasil penelitian, menyediakan database kegiatan penyuluhan, dan tempat melakukan kegiatan penyuluhan Badan PPSDMP, 2010. commit to user 52 Infrastruktur jaringan komunikasi yang paling lazim adalah kabel, hal ini apabila dikaitkan dengan terminologi jaringan yang merupakan perangkat fisik dan piranti lunak yang membentuk satu kelas kesisteman Scahum 2004. Menurut Winarno dan Zaki 2010, ada dua jenis piranti jaringan ditinjau dari teknologinya yaitu piranti jaringan kabel wired dan nirkabel wirelesswifi . Schaum 2004 menambahkan bahwa, infrastruktur jaringan adalah merujuk kepada semua kabel, perangkat-perangkat switch, hub, router dan berbagai hardware lainnya yang dimiliki dalam sebuah organiasasi atau yang berada di wilayah suatu geografis tertentu. Jaringan nirkabel didefinisikan sebagai jaringan yang menggunakan media gelombang radio. McLeod Jr dan Schell 2008 mengungkapkan bahwa, jaringan nirkabel adalah jaringan yang populer dan popularitasnya saat ini sedang berkembang. Satu area pertumbuhan area pertumbuhan yang cepat itu adalah jaringan nirkabel yang mendistribusikan atas akses koneksi internet tunggal berkecepatan tinggi. Banyak orang memiliki modem kabel dan dan lebih satu komputer di rumah menggunakan jaringan nir kabel, sehingga kecepatan dari kabel modem tersebut dimanfaatkan oleh semua komputer di rumahnya. Vermaat 2010 menyatakan bahwa, dengan adanya jaringan nir kabel memungkinkan orang untuk bisa bergerak bebas dalam mengakses internet. Infrastruktur seperti pasokan listrik dan gedung atau ruangan yang memadai menjadi penunjang implementasi cyber extension Sumardjo commit to user 53 dan Mulyandari, 2010. Ruangan dan penerangan PLNgenset yang antara lain menjadi syarat standar minimal pelayanan di BP3K. Ruangan dimanfaatkan untuk melaksanakan aktivitas dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan. Penerangan tersebut dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan. Badan PPSDMP, 2010. Selain itu tempat akses informasi access point yang terbuka untuk umum juga menjadi penunjang implementasi cyber extension Sumardjo dan Mulyandari, 2010 . Menurut Philips and Pitmann 2009, maka dalam pembangunan berbasis masyarakat, maka kebutuhan akan infrastruktur untuk akses internet dapat memfasilitasi interaksi publik, komunikasi, dan pertemuan kelompok. Pada tahun 2010, Badan Penyuluhan Pengembangan SDM Pertanian memfasilitasi perangkat keras hardwa re dalam bentuk perangkat cyber extension untuk kelembagaan penyuluhan di kecamatan, kabupaten dan provinsi sebanyak 1.000 unit, terdiri dari: komputer dekstop atau laptop, modem, dan printer Badan PPSDMP, 2010. Dalam Undang-undang No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, pada Bab VIII diatur mengenai sarana-prasarana sebagai berikut: a Untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan penyuluhan dan kinerja penyuluh, diperlukan sarana dan prasarana yang memadai agar penyuluhan dapat diselenggarakan dengan efektif dan efisien. commit to user 54 b Pemerintah, pemerintah daerah, kelembagaan penyuluhan swasta, dan kelembagaan penyuluhan swadaya menyediakan sarana dan prasaran penyuluhan pada ayat 1. c Penyuluh PNS, swasta dan penyuluh swadaya dapat memanfaatkan sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat 2. 3 Pembiayaan Biaya untuk operasional aplikasi teknologi informasi menjadi penunjang implementasi cyber extension Sumardjo dan Mulyandari, 2010 . Leeuwis 2004 mengemukakan bahwa, biaya pengembangan dan pemeliharaan media hibrid internet dapat agak tinggi. Departemen Komunikasi dan Informasi 2004, menjelaskan biaya jasa masih mahal, maka menyebabkan akses dan penyebaran teknologi nir kabel, sehingga praktis berada di luar jangkauan pedesaan di Indonesia. Mardikanto 1996 menyatakan bahwa, teknologi yang tersedia membawa konsekuensi ekonomi yang akan ditimbulkan tamabahan biaya investasi, pemeliharaan, dan biaya operasional. Mardikanto 2009 menambahkan bahwa, di dalam manajemen, pembiayaan merupakan unsur penting, bahkan seringkali dianggap terpenting, karena sesuai perkembagan peradaban hampir tidak ada sesuatu yang harus dibeli dengan uang. Sesuai dengan Undang-undang No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, Bab IX tentang Pembiayaan, Pasal 32 dijelaskan pada ayat 1 dan 2 sebagai berikut: commit to user 55 a Untuk menyelenggarakan penyuluhan yang efektif dan efisien diperlukan tersedianya pembiayaan yang memadai untuk memenuhi biaya penyuluhan; b Sumber pembiayaan untuk penyuluhan disediakan melalui APBN, APBD, baik provinsi maupun kabupatenkota, baik sektoral maupun lintas sektoran, maupun sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat. Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2009 tentang Pembiayaan, Pembinaan, dan Pengawasan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, maka yang dimaksud “pembiayaan penyuluhan” adalah pengeluaran untuk keperluan penyelenggaraan penyuluhan. Di dalam kegiatan penyuluhan, unsur pembiayaan diperlukan untuk Mardikanto, 2009: a Biaya personil gaji, upah, tunjangan, insentif, dan lain-lain; b Pengadaan perlengkapan alat-bantu dan alat-peraga penyuluhan; c Biaya operasional pembuatanperbanyakanpenyebarluasan materi penyuluhan, biaya perjalanan, dan lain-lain; d Biaya manajemen kantor, perlengkapan kantor, sarana transportasi, pos dan telekomunikasi, alat-tuliskantor, dan lain-lain. e Biaya operasional dan pemeliharaan kantor, sarana kantor, sarana transportasi, perlengkapan penyuluhan, dan lain-lain. Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2009 tentang Pembiayaan, Pembinaan, dan Pengawasan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, dijelaskan bahwa pembiayaan commit to user 56 penyelenggaraan penyuluhan, terkait dengan pembiayaan sarana- prasarana digunakan untuk pengadaan dan pemeliharaan sarana- prasarana.

c. Kualitas Informasi