28
G. Metode Penelitian 1. Sifat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengkategorikan sebagai penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif. Bersifat deskriptif maksudnya penelitian yang bertujuan
untuk melukiskan keadaan obyek atau peristiwanya.
72
Sedang kualitatif diartikan sebagai kegiatan menganalisis data secara komprehenship, yaitu data sekunder dari berbagai kepustakaan dan literatur baik yang
berupa buku, peraturan perundangan, disertasi, tesis dan hasil penelitian lainnya maupun informasi dari media massa.
Metode yang dipakai untuk mengetahui isi dokumen tersebut adalah analisis content analysis, sehingga dengan sifat penelitian ini dapat diperoleh gambaran
yang seteliti mungkin tentang data faktual yang berhubungan dengan obyek yang diteliti tersebut.
2. Sumber Data
Berdasarkan sifat penelitian tersebut di atas, maka data yang dikumpulkan berasal dari data sekunder. Data Sekunder dimaksudkan antara lain meliputi bahan
hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Untuk memperdalam data sekunder tersebut dilakukan wawancara terhadap
responden yang ditentukan, yaitu pejabat pada Kantor Pemerintah Kota Batam, pejabat pada Kantor Otorita Batam sekarang disebut Badan Pengusahaan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, dan Kantor Pertanahan Kota
72
Sutrisno Hadi, Metodologi Reseacht, Yogyakarta : Andi Offset, 1989, hlm. 3.
Universitas Sumatera Utara
29
Batam. Teknik wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. Wawancara dilakukan secara mendalam depth interview.
3. Alat Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dalam penelitian ini maka dipakailah alat pengumpulan data sebagai berikut :
a. Studi dokumen, dilakukan untuk mendapatkan data sekunder yang relevan dengan masalah yang ditelti Untuk memperoleh data yang relevan dengan permasalahan
yang diteliti, dikaitkan dengan jenis penelitian hukum normatif, maka teknik pengumpulan data dimulai dengan menginventarisari peraturan perundang-
undangan di bidang pertanahan dengan pelaksanaan dan kenyataannya di lapangan dengan mengumpulkan dokumen yang berkaitan dengan permasalahan
yang diteliti; b. Wawancara, dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan menggunakan
pedoman wawancara, sehingga diperoleh data yang dalam dan lengkap sehingga dapat digunakan untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan yang telah
dirumuskan.
4. Analisis Data
Sesuai dengan sifat penelitian ini yang bersifat deskriptif kualitatif. Maka setelah diperoleh data sekunder, dilakukanlah pengelompokan data yang sama sesuai
dengan kategori yang ditentukan.
Universitas Sumatera Utara
30
Sebelum analisa dilakukan terlebih dahulu diadakan pemeriksaan dan evaluasi terhadap semua data yang dikumpulkan primer, sekunder maupun tertier untuk
mengetahui validitasnya.
Setelah itu
keseluruhan data
tersebut akan
disistematisasikan sehingga
menghasilkan klasifikasi
yang selaras
dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini dengan tujuan untuk memperoleh
jawaban yang baik pula.
73
Analisis data dilakukan dengan pendekatan kualitatif yang artinya penelitian ini akan berupaya untuk memaparkan sekaligus untuk melakukan analisis terhadap
permasalahan yang ada dengan cara yang sistematis untuk memperoleh kesimpulan jawaban yang jelas dan benar.
74
Penelitian kualitatif jauh lebih subyektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi,
terutama individu dalam menggunakan wawancara secara mendalam. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan mengungkapkan suatu
masalah, keadaan, peristiwa sebagaimana adanya atau mengungkapkan fakta tersebut secara mendalam. Hasil penelitian ini kemudian dikonstruksikan dalam suatu
kesimpulan yang ringkas dan tepat sesuai dengan tujuan dari penelitian ini.
73
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 106.
74
Ibid., hlm. 107.
Universitas Sumatera Utara
31
BAB II
DASAR HUKUM PENGATURAN DALAM PENYELENGGARAAN REKLAMASI PANTAI DI KOTA BATAM
A. Reklamasi Pantai 1. Pengertian Reklamasi Pantai
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil menyebutkan pengertian dari Reklamasi adalah kegiatan yang
dilakukan oleh orang dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan,
pengeringan lahan atau drainase.
75
Reklamasi lahan adalah proses pembentukan lahan baru di pesisir atau bantaran sungai. Sesuai dengan definisinya, tujuan utama dari reklamasi pantai
adalah menjadikan kawasan berair yang rusak atau tak berguna menjadi lebih baik dan bermanfaat.
Kawasan tersebut nantinya akan dimanfaatkan untuk pembangunan kawasan permukiman,
perindustrian, bisnis,
pertokoan, pelabuhan
udara, perkotaan,
pertanian, serta objek wisata. Reklamasi pantai sendiri merupakan salah satu langkah
75
Pengurugan adalah kegiatan penimbunan tanah danatau batuan di atas permukaan tanah danatau batuan, Pengeringan lahan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengubah perairan danatau
daratan menjadi lahan kering dengan cara pemompaan danatau dengan drainase dan drainase adalah metode pengaliran air permukaan atau air tanah agar perairan berubah menjadi lahan. Lihat Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 122 Tahun 2012 tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil Pasal 1 angka3, 4, 5.
31
Universitas Sumatera Utara
32
pemekaran kota. Biasanya reklamasi dilakukan oleh negara atau kota besar dengan laju pertumbuhan dan kebutuhan lahannya meningkat pesat.
Bila dilihat dari penggunaan lahan kota yang sudah sangat mendesak, tindakan ini positif lebih strategis bila kawasan tersebut telah, sedang atau akan
dikembangkan untuk menunjang ekonomi kota atau daerah. Secara umum bentuk reklamasi ada dua, yaitu reklamasi menempel pantai dan
reklamasi lahan terpisah dari pantai daratan induk. Cara pelaksanaan reklamasi sangat tergantung dari sistem yang digunakan. Menurut Buku Pedoman Reklamasi di
Wilayah Pesisir yang di keluarkan oleh Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 2005, reklamasi dibedakan atas 4 sistem, yaitu :
a. Sistem Timbunan yaitu reklamasi dilakukan dengan cara menimbun perairan
pantai sampai muka lahan berada di atas muka air laut tinggi high water level. b.
Sistem Polder yaitu reklamasi dilakukan dengan cara mengeringkan perairan yang akan direklamasi dengan memompa air yang berada didalam tanggul
kedap air untuk dibuang keluar dari daerah lahan reklamasi. c.
Sistem Kombinasi antara Polder dan Timbunan ini merupakan gabungan sistem polder dan sistem timbunan, yaitu setelah lahan diperoleh dengan
metode pemompaan, lalu lahan tersebut ditimbun sampai ketinggian tertentu sehingga perbedaan elevasi antara lahan reklamasi dan muka air laut tidak
besar.
d. Sistem Drainase yaitu reklamasi sistem ini dipakai untuk wilayah pesisir yang
datar dan relatif rendah dari wilayah di sekitarnya tetapi elevasi muka tanahnya masih lebih tinggi dari elevasi muka air laut.
76
Sistem yang paling cocok diterapkan di daerah tropis seperti di Indonesia adalah sistem timbunan dikarenakan sistem ini dilakukan dengan cara menimbun
perairan pantai sampai muka lahan berada di atas muka air laut tinggi high water level.
76
Reklamasi Pantai, diakses dari http:oceocean.blogspot.com201204reklamasipantai.html, pada tanggal 22 Maret 2013
Universitas Sumatera Utara
33
Sistem timbunan cocok dilakukan pada daerah tropis yang mempunyai curah hujan
yang sangat tinggi dan sistem polder dilakukan pada lokasi dengan kondisi drainase yang baik. Reklamasi sistem polder kurang cocok untuk daerah
yang mempunyai curah hujan yang sangat tinggi. Begitu juga yang saat ini sedang dikembangkan di Kota Batam.
“Pantai merupakan daerah datar, atau bisa bergelombang dengan perbedaan ketinggian tidak lebih dari 200 M dua ratus meter, yang dibentuk oleh
endapan pantai dan sungai yang bersifat lepas, dicirikan dengan adanya bagian yang kering daratan dan basah rawa. Garis pantai dicirikan oleh
suatu garis batas pertemuan antara daratan dengan air laut. Oleh karena itu, posisi garis pantai bersifat tidak tetap dan dapat berpindah walking land
atau walking vegetation sesuai dengan pasang-surut air laut dan abrasi pantai atau pengendapan lumpur.”
77
Untuk reklamasi biasanya memerlukan material urugan yang cukup besar yang tidak hanya diperoleh dari sekitar pantai, tetapi dapat didatangkan dari beberapa
kawasan lain yang memerlukan jasa angkutan. Material reklamasi merupakan tanah dominan pasir dan tidak mengandung bahan berbahaya dan beracun B3.
Sumber material yang dipilih sebagai alternatif lain untuk reklamasi dapat dengan melakukan pemotongan bukit yang istilahnya sering disebut “hill cut and
refill”. Di Batam yang mengeluarkan izin material timbun yang berasal dari darat adalah Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
77
Status Kepemilikan Lahan Pada Kawasan Pantai Dan Hutan Mangrove, diakses dari http:www.dephut.go.idINFORMASIRRLSTS_Mangrove.HTM, pada tanggal 12 Januari 2013
Universitas Sumatera Utara
34
Batam Otorita Batam.
78
Cara lain yang relatif lebih aman dapat dilakukan dengan cara mengambil material dengan melakukan pengerukan dredging dasar laut di
tengah laut dalam. Dengan demikian penyelenggaraan reklamasi pantai wajib memperhatikan
kepentingan lingkungan, pelabuhan, kawasan pantai berhutan bakau, nelayan, dan fungsi-fungsi lain yang ada dikawasan pantai serta keberlangsungan ekosistem pantai
sekitarnya. Bahan material untuk reklamasi pantai, diambil dari lokasi yang memenuhi persyaratan teknis dan lingkungan.
2. Konsep Kebijakan Reklamasi Pantai