23
Menurut A.P. Parlindungan hak pengelolaan itu sebenarnya suatu delegasi wewenang tanah kepada pemerintah daerahlembaga tertentu.
55
Yang berimplikasi terhadap tujuan akhir dari pemberian Hak Pengelolaan HPL yakni untuk mencapai
sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.
56
“Istilah “hak pengelolaan” semakin sering dijumpai dalam praktik, maupun teori hukum pertanahan. Sebagaimana ditemui dalam Pasal 1 ayat 3 Peraturan
Menteri Negara AgariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara
dan Hak Pengelolaan, yang memberi definisi Hak Pengelolaan adalah Hak Menguasai
dari Negara
yang kewenangan
pelaksanaannya sebagian
dilimpahkan kepada pemegangnya.”
57
2. Konsepsi
Konsep adalah bagian terpenting dari teori. Konsepsi diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi konkrit, yang disebut dengan
operational definition.
58
Dari pijakan
kerangka teori
hukum tersebut,
maka konsepsi
yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah dengan meninjau peraturan perundang-
undangan mengenai obyek yang diteliti dan menggambarkan kenyataannya di lapangan.
55
A.P. Parlindungan [3], Kapita Selekta Hukum Agraria, Bandung: Alumni, 1981, hlm. l22.
56
Arie Sukanti Hutagalung dan Oloan Sitorus, Seputar Hak Pengeloaan, Yogyakarta: STPN Press, 2011, hlm. 26.
57
Elita Rahmi, Eksistensi Hak Pengelolaan Atas Tanah HPL dan Realitas Pembangunan Indonesia, diakses dari fh.unsoed.ac.idsitesdefault...VOL10S201220elita20rahmi.pdf, pada
tanggal 24 Oktober 2012
58
Samadi Surya Barata, Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo, 1998, hlm. 28.
Universitas Sumatera Utara
24
Untuk menghindari perbedaan pengertian atau penafsiran dari suatu istilah yang dipakai maka dalam penelitian ini dirumuskan kerangka konsepsi sebagai
berikut: c.
Hak Pengelolaan Hak pengelolaan adalah suatu hak atas tanah yang sama sekali tidak ada
istilahnya dan Undang-undang Pokok Agraria, dan khusus hak ini demikian pula luasnya terdapat diluar ketentuan dari UUPA.
59
Hak pengelolaan atas tanah merupakan konversi dari hak penguasaan negara atas tanah.
Sebelumnya hak pengelolaan itu berasal dari hak penguasaan beheer. Hak penguasaan diberikan kepada departemen, jawatan, atau daerah swatantra guna
memenuhi kebutuhan hukum terutama bagi lembaga-lembaga tersebut yang tidak dimungkinkan lagi sebagai pemilik subyek hak milik atas tanah sesuai dengan
pendapat yang dimajukan Panitia Agraria Yogya tahun 1951 bahwa azas domein harus hapus, padahal sebagai Negara yang baru merdeka sangat memerlukan dana
untuk melaksanakan tugas-tugasnya.
60
Hak Pengelolaan ini baik yang berasal dari Hak Penguasaan dan maupun hak-hak yang timbul dari PMDN 1 Tahun 1977, merupakan suatu hak atas tanah yang
belum diatur dalam UUPA.
61
d. Pemerintah Kota Batam
“Menurut ketentuan Pasal 1 butir 2 Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menyatakan bahwa pemerintah daerah adalah
59
A.P. Parlindungan [1], Op.Cit., hlm. 1.
60
Tampil Anshari
Siregar, Undang-Undang
Pokok Agraria
Dalam Bagan,
Medan: Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU, 2001, hlm. 265.
61
A.P. Parlindungan [2], Op.Cit., hlm. 272.
Universitas Sumatera Utara
25
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.”
62
Mengingat segala kekayaan alam Indonesia yang berada di wilayah Indonesia dikuasai oleh negara dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan dan dipergunakan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran seluruh bangsa Indonesia, maka segala kegiatan lainnya harus mendapatkan izin dengan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan
Pemerintah Indonesia.
63
Terbentuknya Pemerintah
Kota Batam sebagai institusi Eksekutif yang
melaksanakan roda pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, menjadi harapan untuk dapat menjawab setiap permasalahan maupun tantangan yang muncul
sesuai dengan perkembangan Sosial Ekonomi, Sosial Budaya, Politik dan lainnya dalam masyarakat.
64
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 tersebut, maka Kotamadya Administratif Batam berubah menjadi daerah otonom Kota Batam yang
mana penyelenggaraan pemerintahan Kota Batam oleh Pemerintah Kota dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut azas desentralisasi.
Wilayah Indonesia yang sedemikian luasnya dan ditempati berbagai suku bangsa yang beraneka ragam, corak pemerintahan yang berdasarkan sistem
62
Selanjutnya Pasal 1 butir 3 Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menyebutkan bahwa pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah
63
P. Joko Subagyo, Hukum Laut Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 30.
64
Batam In Figures 2009, diakses dari http:skpd.batamkota.go.idbapedafiles2010016.- pemerintahan.pdf, pada tanggal 6 Desember 2012
Universitas Sumatera Utara
26
pembagian kekuasaan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah berdasarkan corak desentralisasi sebagaimana tercermin dalam pasal 18 UUD 1945.
65
e. Hak atas Tanah
Tanah dalam pengertian yuridis adalah permukaan bumi, sedangkan hak atas tanah adalah hak atas tanah adalah hak atas sebagian tertentu permukaan, yang
berbatas, berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar, adapun ruang dalam pengertian yuridis, yang berbatas, berdimensi tiga, yaitu panjang lebar, dan tinggi,
yang dipelajari dalam Hukum Penataan Ruang.
66
Menurut S. Chandra, tanah dimaksud merupakan daratan di lapisan kulit bumi nusantara yang dapat dipunyai dengan suatu pemilikan hak atas tanah oleh orang
perseorangan atau badan hukum sesuai peraturan perundang-undangan berlaku.
67
Konsisten dengan pengertian hak atas tanah dalam Pasal 4 UUPA, maka hak atas tanah itu dapat dilihat sebagai suatu strata yang terdiri dari tiga lapisan: pada
permukaan bumi, di bawah tanah, dan di ruang udara, yang masing-masing dapat dipergunakan sesuai dengan keadaan serta sifat dari haknya.
68
Yang dimaksud dengan hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada pemegang haknya untuk menggunakan danatau
mengambil manfaat dari tanah yang di hakinya. Perkataan “menggunakan” mengandung pengertian bahwa hak
atas tanah itu digunakan untuk kepentingan mendirikan bangunan, sedangkan perkataan “mengambil manfaat” mengandung pengertian bahwa hak atas tanah itu
digunakan untuk kepentingan bukan mendirikan bangunan, misalnya pertanian, perikanan, dan perkebunan.
69
65
Faisal Akbar, Dimensi Hukum Dalam Pemerintahan Daerah, Cetakan Pertama, Medan : Pustaka Bangsa Press, 2003, hlm. 43.
66
Urip Santoso, Op.Cit.,hlm. 10.
67
S. Chandra, Sertipikat Kepemilikan Hak Atas Tanah Persyaratan Permohonan di Kantor Pertanahan, Jakarta: Grasindo, 2005, hlm. 12.
68
Maria S.W. Sumardjono [1], Loc.Cit.
69
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
27
Menurut Ali Achmad Chomzah, yang dimaksud dengan Hak atas tanah sebagaimana yang ditetapkan Pasal 16 Undang-undang Pokok Agraria UUPA
khususnya hak atas tanah primer Originair yaitu hak atas tanah yang langsung diberikan oleh negara kepada subyek hak.
70
d. Reklamasi
Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial
ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase.
71
Reklamasi adalah suatu proses membuat daratan baru pada suatu daerah perairanpesisir pantai atau daerah rawa. Hal ini umumya dilatarbelakangi oleh
semakin tingginya tingkat populasi manusia, khususnya di kawasan pesisir, yang menyebabkan lahan untuk pembangunan semakin sempit.
Untuk memfokuskan penelitian ini, maka perlu adanya batasan, yaitu Reklamasi yang dibahas dalam tesis ini selanjutnya adalah Reklamasi Pantai.
Kawasan Reklamasi Pantai yang menjadi fokus penelitian ini berada kawasan pesisir Teluk Tering, dengan status Hak Pengelolaan yang dipegang oleh Pemerintah Kota
Batam.
70
Ali Achmad Chomzah, Hukum Pertanahan, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2002, hlm. 1.
71
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Pasal 1 butir 23
Universitas Sumatera Utara
28
G. Metode Penelitian 1. Sifat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengkategorikan sebagai penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif. Bersifat deskriptif maksudnya penelitian yang bertujuan
untuk melukiskan keadaan obyek atau peristiwanya.
72
Sedang kualitatif diartikan sebagai kegiatan menganalisis data secara komprehenship, yaitu data sekunder dari berbagai kepustakaan dan literatur baik yang
berupa buku, peraturan perundangan, disertasi, tesis dan hasil penelitian lainnya maupun informasi dari media massa.
Metode yang dipakai untuk mengetahui isi dokumen tersebut adalah analisis content analysis, sehingga dengan sifat penelitian ini dapat diperoleh gambaran
yang seteliti mungkin tentang data faktual yang berhubungan dengan obyek yang diteliti tersebut.
2. Sumber Data