Kerangka Teori Tinjauan Yuridis Hak Pengelolaan Pemerintah Kota Batam Atas Tanah Hasil Reklamasi (Studi Pada HPL Yang Dikelola Pemerintah Kota Batam)

20 Novlinda. Hasil penelitiannya yaitu tentang penyerahan kewenangan bidang pertanahan kepada Pemerintah Daerah Kota Batam sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 belum dapat terlaksana sepenuhnya, karena Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah itu, tidak mengatur secara jelas dan terperinci mengenai kewenangan pemerintah Kota Batam dalam pelayanan bidang pertanahan tersebut. Apabila dilihat dari judul penelitian tersebut diatas jelas menunjukkan perbedaan dengan demikian penelitian ini adalah asli dan bukan hasil ciplakan dari penelitian atau penulisan lain. Oleh karena itu dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara akademis.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktifitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori. 47 Ciri umum dari hukum yang paling menonjol di sepanjang masa dan tempat adalah bahwa eksistensinya berarti bahwa jenis-jenis tertentu perilaku manusia tidak lagi bersifat pilihan opsional, melainkan dalam pengertian tertentu bersifat wajib. 48 Teori adalah suatu kerangka pemikirian atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahn problem yang dijadikan bahan 47 Soerjono Soekanto [1], Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986, hlm. 6. 48 H.L.A Hart, Konsep Hukum The Concept Of Law, Bandung: Nusa Media, 2009, hlm. 9. Universitas Sumatera Utara 21 perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui ataupun tidak disetujui yang dijadikan masukan dalam membuat kerangka berpikir dalam penulisan. 49 “Satjipto Rahardjo menyebutkan bahwa hukum berfungsi sebagai salah satu alat perlindungan bagi kepentingan manusia. Hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut. Pengalokasian kekuasaan ini dilakukan secara terukur, dalam arti ditentukan keluasan dan kedalamannya. Kekuasaan yang demikian itulah yang disebut hak. Tetapi tidak disetiap kekuasaan dalam masyarakat bisa disebut sebagai hak, melainkan hanya kekuasaan tertentu yang menjadi yang menjadi alasan melekatnya hak itu pada seseorang.” 50 Dengan demikian kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan atau pegangan teoritis dalam penelitian. 51 Penelitian ini menyangkut tentang Hak Pengelolaan Pemerintah Kota Batam atas Tanah Hasil Reklamasi, yang tentu saja membahas tentang tanah hasil reklamasi dan status hukumnya dengan diberikan Hak Pengelolaan kepada Pemerintah Kota Batam. Hasil Reklamasi atas tanah itu di harapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat, namun dibutuhkan suatu kepastian hukum dan keadilan bagi pemegang hak atas tanah hasil reklamasi tersebut, maka teori yang dipakai dalam penelitian tesis ini adalah teori Gustav Radbruch yang dikenal dengan Vereniging Theory yang isinya tentang keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. 49 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung : Mandar Madju, 1994, hlm. 80. 50 Satjipto Rahardjo [1], Ilmu Hukum, Bandung : Citra Aditya Bakti, Cetakan ke – V, 2000, hlm. 53. 51 M. Solly Lubis, Op.Cit., hlm. 23. Universitas Sumatera Utara 22 Hukum itu tidak ada untuk dirinya sendiri melainkan untuk manusia dan masyarakat. Diproyeksikan kepada tuntutan keadilan dan kemanfaatan. Meneruskan pendapat Radbruch, maka dalam hukum tidak hanya ada satu logika, yaitu logika hukum, melainkan logika filosofis, dan sosial. 52 Bagi hukum progresif, proses perubahan tidak lagi berpusat pada peraturan, tapi pada kreativitas pelaku hukum mengaktualisasikan hukum dalam ruang dan waktu yang tepat. Para pelaku hukum progresif dapat melakukan perubahan dengan melakukan pemaknaan yang kreatif terhadap peraturan yang ada, tanpa harus menunggu perubahan peraturan. Gagasan hukum progresif bertolak dari dua komponen basis dalam hukum, yaitu peraturan dan perilaku rules and behavior. Hukum ditempatkan sebagai aspek perilaku sekaligus peraturan. Peraturan akan membangun hukum positif, sedangkan perilaku akan menggerakkan peraturan dan sistem yang telah terbangun itu. 53 Hak Pengelolaan HPL sejatinya merupakan “hak yang menguasai dari negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya” telah mengalami pergeseran makna dari yang semula berkedudukan sebagai “fungsi” pengelolaan, kemudian bergeser ke arah “hak” yang lebih menonjolkan sifat keperdataannya dan kemudian bergeser kembali kearah sifat publiknya. 54 52 Satjipto Rahardjo [2], Biarkan Hukum Mengalir Catatan Kritis tentang Pergulatan Manusia dan Hukum, Jakarta: Kompas, 2007, hlm. 87. 53 Satjipto Rahardjo [3], Membedah Hukum Progresif, Jakarta: Kompas, 2008, hlm. 265. 54 Winahyu Erwiningsih [1], Op.Cit., hlm. 182. Universitas Sumatera Utara 23 Menurut A.P. Parlindungan hak pengelolaan itu sebenarnya suatu delegasi wewenang tanah kepada pemerintah daerahlembaga tertentu. 55 Yang berimplikasi terhadap tujuan akhir dari pemberian Hak Pengelolaan HPL yakni untuk mencapai sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. 56 “Istilah “hak pengelolaan” semakin sering dijumpai dalam praktik, maupun teori hukum pertanahan. Sebagaimana ditemui dalam Pasal 1 ayat 3 Peraturan Menteri Negara AgariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan, yang memberi definisi Hak Pengelolaan adalah Hak Menguasai dari Negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya.” 57

2. Konsepsi