38
3. Manfaat dan Dampak Reklamasi Pantai
Suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia pasti memiliki manfaat juga dampak pada sekelilingnya, begitu juga dengan kegiatan reklamasi pantai. Reklamasi
mempunyai dampak positif sebagai daerah pemekaran kawasan dari lahan yang semula tidak berguna menjadi daerah bernilai ekonomis tinggi. Dan di sisi lain jika
tidak diperhitungkan dengan matang dapat berdampak negatif terhadap lingkungan. Di sinilah diperlukan kepedulian dan kerja sama sinergis dari semua komponen
stakeholders. “Pembangunan kawasan komersial jelas akan mendatangkan banyak
keuntungan ekonomi bagi wilayah tersebut. Asumsi yang digunakan disini adalah semakin banyak kawasan komersial yang dibangun maka dengan
sendirinya juga akan menambah pendapatan asli daerah PAD. Reklamasi memberikan
keuntungan dan dapat membantu kota dalam rangka
penyediaan lahan untuk berbagai keperluan pemekaran kota, penataan daerah pantai, pengembangan wisata bahari, dan lain-lain. Namun harus
diingat pula bahwa bagaimanapun juga reklamasi adalah bentuk campur tangan intervensi manusia terhadap keseimbangan lingkungan alamiah
pantai yang selalu dalam keadaan seimbang dinamis sehingga akan melahirkan perubahan ekosistem seperti perubahan pola arus, erosi dan
sedimentasi pantai, dan berpotensi gangguan lingkungan.”
86
Keuntungan yang diperoleh dengan cara melakukan reklamasi pantai adalah tanah diperoleh tanpa melakukan penggusuran penduduk dan tidak membayar ganti
rugi.
87
Reklamasi pantai bisa sangat bermanfaat jika dikelola dan dianalisis dengan baik.
86
Reklamasi Pantai Dan Dampaknya Terhadap Wilayah Pesisir, diakses dari http:darius- arkwright.blogspot.com201004pendahuluan-reklamasi-adalah-suatu.htm,
pada tanggal
20 Februari 2013
87
Hasni, Op.Cit., hlm. 348.
Universitas Sumatera Utara
39
Reklamasi pesisir dan pulau-pulau kecil diharapkan dapat memberikan manfaat sumber daya lahan baik secara lingkungan maupun sosial ekonomi budaya
seperti peningkatan ekonomi skala makro dan mikro investasi dan peluang bisnis, lapangan kerja terbuka, aktifitas pariwisata meningkat, dan alternatif pendapatan
terbuka.
88
Di kota Batam terlihat pembangunan dengan membuat daratan di lepas pantai. Salah satunya adalah Coastarina. Berbentuk miniatur dunia dengan membendung laut
saat surut, lalu ditimbun dan dibangun dengan pondasi beton perumahan dan kavling di atasnya.
Perumahan di pantai ini dikembangkan menjadi pusat hunian dengan suasana tepi laut. Sebagian areanya diperoleh dari hasil reklamasi. Siteplannya dirancang bak
lagoon raksasa yang bagian tengahnya ditata menyerupai peta dunia dengan miniatur berbagai benua. Di Coastarina, akan dibangun total 1.000 seribu rumah di kawasan
total 150 hektar 25 hektar termasuk taman dan fasilitas umum.
89
Tetapi harus diingat bahwa bagaimanapun juga reklamasi adalah bentuk campur tangan intervensi manusia terhadap keseimbangan lingkungan alamiah
pantai yang selalu dalam keadaan seimbang dinamis sehingga akan melahirkan perubahan ekosistem seperti perubahan pola arus, erosi dan sedimentasi pantai,
berpotensi meningkatkan bahaya banjir, dan berpotensi gangguan lingkungan.
90
88
Redaksi Butari, Loc.Cit.
89
Coastarina di Pesisir Batam, diakses dari http:duaribuan.wordpress.com, pada tanggal 27 Maret 2013
90
M. Faiqun
Ni’am, Pro
Kontra Reklamasi
di Semarang,
diakses dari
http:faiqun.edublogs.org, pada tanggal 27 Maret 2013
Universitas Sumatera Utara
40
Khusus untuk kota Batam telah diatur bahwa kegiatan pengembangan kawasan pantai yang mengubah ekosistem dan lingkungan perairan laut harus
didahului dengan studi yang mendalam dan dilengkapi dengan Analisi dampak lingkungan AMDAL sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
91
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup AMDAL adalah Kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha danatau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha danatau kegiatan.
92
AMDAL ini dibuat saat perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya. Yang dimaksud
lingkungan hidup di sini adalah aspek abiotik, biotik dan kultural. Dasar hukum AMDAL di Indonesia adalah Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Pasal 45 ayat 4 Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam 2004-2014 menyebutkan bahwa kawasan pengembangan pantai melalui reklamasi pantai di kota Batam hanya diperuntukkan
bagi pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa, perkantoran, perumahan, pariwisata, dan kegiatan perkotaan lain yang memiliki daya tarik investasi dan nilai
ekonomi yang tinggi, dan harus dilengkapi dengan sistem prasarana transportasi,
91
Lihat Pasal 45 ayat 4 Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam 2004-2014
92
Lihat Pasal 1 Butir 1 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Universitas Sumatera Utara
41
fasilitas umum, dan utilitas umum Kota yang disediakan oleh pihak investor atau pengembang kawasan.
Selain itu untuk kegiatan industri tidak diperbolehkan berada di Kawasan Pengembangan Pantai, kecuali yang sifatnya perluasan dari kawasan-kawasan
industri yang sudah ditetapkan di kota Batam dengan memperhatikan kondisi lingkungan perairan dan peruntukan di sekitarnya.
93
Kegiatan reklamasi tanah pantai dilaksanakan dengan mengubah air laut menjadi daratanlahan. Hal ini merupakan salah satu upaya manusia untuk
memaksimalkan pemanfaatan alam yang terbatas. Salah satu faktor positif yang mendorong pendekatan ini adalah pesatnya pembangunan yang mengakibatkan
kebutuhan akan lahan di satu pihak dan harus menghadapi kelangkaan ketersediaan lahan di pihak lain.
94
“Di sisi lain reklamasi pantai juga memiliki dampak. Dampak-dampak tersebut antara lain dampak lingkungan, sosial budaya maupun ekonomi.
Dampak lingkungan misalnya mengenai perubahan arus laut, kehilangan ekosistem penting, kenaikan muka air sungai yang menjadi terhambat untuk
masuk ke laut yang memungkinkan terjadinya banjir yang semakin parah, kondisi lingkungan di wilayah tempat bahan timbunan, sedimentasi,
perubahan hidrodinamika yang semuanya harus tertuang dalam analisis mengenai dampak lingkungan. Dampak sosial budaya diantaranya adalah
kemungkinan terjadinya pelanggaran HAM dalam pembebasan tanah, perubahan
kebudayaan, konflik
masyarakat, dan
isolasi masyarakat.
Sementara dampak ekonomi diantaranya berapa kerugian masyarakat, nelayan, petambak yang kehilangan mata pencahariannya akibat reklamasi
pantai.”
95
93
Selengkapnya lihat Pasal 38 ayat 5 dan Pasal 45 ayat 5 Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam 2004-2014
94
Hasni, Op.Cit., hlm. 352.
95
Reklamasi Pantai, diakses dari http:repository.ipb.ac.id, pada tanggal 20 Februari 2013
Universitas Sumatera Utara
42
Reklamasi pantai, apabila dilaksanakan secara terpadu, dengan teknologi yang tepat, dan sesuai dengan kondisi biogeofisik serta memperhatikan kondisi sosial
ekonomi, maka kegiatan ini akan memberikan keuntungan dan manfaat seperti dalam hal :
a. mendapatkan tambahan lahan yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan, seperti untuk untuk tempat wisata, daerah industri, pelabuhan bahkan perumahan atau hotel,
b. memperbaiki kondisi fisik pantai yang telah mengalami kerusakan seperti akibat erosi,
c. memperbaiki kualitas lingkungan pantai secara keseluruhan, d. memberikan kejelasan tanggung jawab pengelolaan pantai
Sedangkan, reklamasi yang dilakukan secara parsial dan tidak terpadu justru akan memberikan kondisi yang sebaliknya.
Banyak kegiatan reklamasi di Indonesia baik yang telah maupun yang sedang berjalan pada akhirnya menimbulkan permasalahan. Permasalahan ini terkait dengan
teknis pelaksanaan kegiatan, masalah sosial, ekonomi, budaya dan khususnya masalah lingkungan. Masalah tersebut muncul pada semua tahap baik pra,
pelaksanaan, maupun pasca kegiatan, yang seringkali membuat kegiatan reklamasi menjadi terbengkalai dan bahkan menimbulkan masalah. Kegiatan reklamasi,
secermat apapun dilakukannya, tetap akan mengubah kondisi dan ekosistem pesisir dan tentunya tidak akan sebaik ekosistem yang alami.
Upaya reklamasi
pesisir perlu
direncanakan sedemikian
rupa agar
keberadaannya tidak mengubah secara radikal ekosistem pantai yang asli.
Universitas Sumatera Utara
43
Perencanaan tata ruang yang rinci, penelitian lingkungan untuk analisis dampak lingkungan, penelitian kondisi hidrooseanografi, perencanaan teknis reklamasi dan
infrastruktur, perencanaan drainase dan sanitasi, perencanaan fasilitas sosial ekonomi, dan lain sebagainya sangat dibutuhkan sebelum kegiatan reklamasi tersebut
dilakukan. Diperlukan suatu kebijakan, dukungan dan pengawasan dari pemerintah dan seluruh stake holder.
B. Wilayah Pesisir Kota Batam sebagai Kawasan Pengembangan Pantai Kota Batam
Berbicara tentang wilayah pesisir tidak terlepas dari area kelautan. Zona Ekonomi Eksklusif ZEE Indonesia adalah jalur laut diluar laut wilayah Indonesia
sebagaimana diatur dalam dalam Undang-Undang Nomor 4 Prp Tahun 1960 Tentang Perairan Indonesia, dengan lebar 200 mil laut diukur dari garis-garis pangkal.
Menurut Konvensi Hukum Laut PBB 1982 , garis pangkal ada dua jenis yaitu garis pangkal biasa normal base lines dan garis pangkal lurus straight base lines.
Garis pangkal biasa adalah garis yang ditarik pada saat air surut terjauh dari pantai. Sedangkan garis pangkal lurus adalah garis yang ditarik dengan menghubungkan
titik-titik terluar dari pulau-pulau terluar. Kearah luar garis pangkal itu, suatu negara dapat menetapkan lebar laut territorial maksimum 12 mil.
96
Didalam ZEE tersebut Indonesia memiliki dan melaksanakan : a.
Hak-hak berdaulat untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi, pengelolaan dan pelestarian sumber daya hayati dan non hayati dari dasar dan tanah dibawahnya
serta air diatasnya, dan hak-hak berdaulat untuk melakukan kegiatan-kegiatan
96
I Made Pasek Diantha, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia Berdasarkan Konvensi Hukum Laut PBB 1982, Bandung : CV.Mandar Madju, 2002, hlm. 15.
Universitas Sumatera Utara
44
eksplorasi dan
eksploitasi ekonomi
lainnya di
jalur tersebut,
seperti pembangkitan tenaga dari air, arus dan angin.
b. Jurisdiksi yang berhubungan dengan :
1 Pembuatan dan penggunaan pulau-pulau buatan, instalasi-instalasi dan bangunan-bangunan lain;
2 Penelitian ilmiah mengenai laut; 3 Pelestarian lingkungan laut;
4 Hak-hak lain berdasarkan hukum internasional.
97
Secara Umum Indonesia terdiri dari beberapa pulau-pulau baik kecil maupun besar sehingga Indonesia terkenal dengan Negara Kepulauan dan begitu juga dengan
Batam yang terdiri dari beberapa pulau yang besarnya seperti Pulau Batam, Rempang dan Galang dan ada beberapa pulau-pulau kecil. Pulau-pulau kecil dikenal dengan
Daerah Hiterland dan Pulau-pulau Besar dikenal dengan sebutan Mainland.
98
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam Tahun 2004 – 2014 Luas Wilayah Kota Batam, Kota Batam di Sebelah Utara berbatasan dengan Selat
Singapura, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Senayang, Sebelah Barat dengan Wilayah Kecamatan Karimun dan Moro Kabupaten Karimun dan sebelah
Timur dengan Kecamatan Bintan Utara sehingga Batam lebih banyak dominan wilayah lautan dan terdapat banyak pulau-pulau.
Sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 juncto Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam
2004-2014 wilayah Kota Batam dengan batas ruang darat dan ruang laut ditetapkan
97
Ibid., hlm. 63.
98
Kewenangan Pemerintah dalam memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Batam Ditinjau Dari Kewenangan DaerahStudi Kasus terhadap Pulau
Setokok dan
Pulau Janda
Berhias, diakses
dari http:dc415.4shared.comdocgKPnU9xapreview.html, pada tanggal 5 April 2013
Universitas Sumatera Utara
45
sejauh 4 empat Mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas danatau ke arah perairan kepulauan.
Luas laut yang dilegitimasi dan boleh di reklamasi menurut peraturan yang ada di Batam adalah 0 nol mil sampai dengan 4 empat Mil laut diukur dari garis
pantai ke arah laut lepas danatau ke arah perairan kepulauan.
99
Secara historis, wilayah pesisir telah berfungsi sebagai pusat kegiatan masyarakat mengingat berbagai keunggulan fisik dan geografis yang dimiliki.
Pengembangan wilayah pada wilayah pesisir sebagaimana pengembangan wilayah pada kawasan lainnya, tujuan utamanya adalah meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Semakin meningkatnya kegiatan pembangunan dan jumlah penduduk, serta
semakin menipisnya sumber daya alam daratan, maka sumberdaya pesisir dan lautan akan menjadi tumpuan harapan bagi kesinambungan pembangunan ekonomi nasional
di masa mendatang. Wilayah pesisir adalah kawasan peralihan yang menghubungkan ekosistem
darat dan ekosistem laut, yang sangat rentan terhadap perubahan akibat aktifitas manusia di darat dan di laut, secara geografi ke arah darat sejauh pasang tertinggi dan
ke arah laut sejauh pengaruh dari darat.
100
99
Wahyu Daryatin, Kasubdit Pengukuran dan Pemetaan Badan Pertanahan Daerah Kota Batam, Wawancara, Batam, tanggal 06 Mei 2013, pukul 09.00 W.I.B.
100
Nurkhotimah, Op,Cit., hlm. 32.
Universitas Sumatera Utara
46
Wilayah pesisir yang merupakan salah satu sumber daya yang potensial di Indonesia. Sumber daya ini sangat besar, hal ini didukung oleh adanya garis pantai
Indonesia sepanjang sekitar 81.000 Km delapan puluh satu ribu kilometer.
101
Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil menjelaskan bahwa wilayah pesisir adalah
daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan didarat dan laut.
Selanjutnya dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil menyebutkan Ruang lingkup
pengaturan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil meliputi daerah peralihan antara Ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut, ke arah
darat mencakup wilayah administrasi kecamatan dan ke arah laut sejauh 12 dua belas mil laut diukur dari garis pantai
102
“Sebagai kawasan daratan, wilayah pesisir yang masih dipengaruhi oleh proses dan dinamika laut seperti pasang surut, intrusi air laut dan kawasan laut
yang masih mendapat pengaruh dari proses dan dinamika daratan seperti sedimentasi
dan pencemaran.
Sementara itu
pendekatan administrasi
membatasi wilayah pesisir sebagai wilayah administrasi pemerintahan memiliki batas terluar sebelah hulu dari kecamatan atau kabupatenkota yang
101
Emy Rossanty, Dampak Reklamasi Pantai Marina Kota Semarang, Tugas Akhir, Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah Dan Kota, Universitas Diponegoro, Semarang, 2008, hlm.1.
102
Dalam penjelasannya menerangkan bahwa ruang lingkup pengaturan dalam Undang- Undang ini meliputi Wilayah Pesisir, yakni ruang lautan yang masih dipengaruhi oleh kegiatan di
daratan dan ruang daratan yang masih terasa pengaruh lautnya, serta Pulau-Pulau Kecil dan perairan sekitarnya yang merupakan satu kesatuan dan mempunyai potensi cukup besar yang pemanfaatannya
berbasis sumber daya, lingkungan,dan masyarakat. Dalam implementasinya, ke arah laut ditetapkan sejauh 12 dua belas mil diukur dari garis pantai sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 sedangkan ke arah
daratan ditetapkan sesuai dengan batas kecamatan untuk kewenangan provinsi. Kewenangan kabupatenkota ke arah laut ditetapkan sejauh sepertiga dari wilayah laut kewenangan provinsi
sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sedangkan ke arah daratan ditetapkan sesuai dengan batas kecamatan.
Universitas Sumatera Utara
47
mempunyai laut dan ke arah laut sejauh 12 dua belas mil laut dari garis pantai untuk provinsi dan sepertiganya untuk kabupatenkota.
103
“Di Indonesia pengertian yang digunakan adalah wilayah pesisir sebagai wilayah yang merupakan kawasan pertemuan antara daratan dan lautan, ke
arah darat meliputi bagian daratan baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi oleh proses-proses yang berkaitan dengan laut atau sifat-
sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air asin. Sedangkan ke arah laut kawasan pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi
oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan kegiatan manusia di darat seperti penggundulan
hutan dan pencemaran.”
104
“Secara ekologis, batas ke arah laut dari suatu wilayah pesisir mencakup daerah perairan laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alamiah
seperti aliran air tawar dari sungai maupun run-off maupun kegiatan manusia seperti pencemaran dan sedimentasi yang terjadi di daratan.
Sementara itu, batas ke arah darat adalah mencakup daerah daratan yang masih dipengaruhi oleh proses-proses laut, seperti jangkauan pengaruh pasang
surut, salinitas air laut, dan angin laut. Oleh karena itu, batas ke arah darat dan ke arah laut dari suatu wilayah pesisir bersifat sangat site specific atau
bergantung
pada kondisi
biogeofisik wilayah
berupa topografi
dan geomorfologi pesisir, keadaan pasang surut dan gelombang, kondisi DAS
Daerah Aliran Sungai.”
105
Pemerintah Kota Batam juga merumuskan pengertian wilayah pesisir adalah suatu daerah pertemuan antara darat dan laut, ke arah darat meliputi bagian darat,
baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan lain-lain, sedangkan ke arah laut mencakup bagian laut
yang masih dipengaruhi oleh proses alami maupun kegiatan manusia di darat seperti sedimentasi, aliran air tawar, penggundulan hutan, pencemaran lingkungan dan lain-
lain.
106
103
Batasan Laut,
Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau
Kecil, diakses
dari http:repository.ipb.ac.id, pada tanggal 27 Maret 2013
104
Nurkhotimah, Loc.Cit
105
Ibid., hlm. 33.
106
Lihat Pasal 1 huruf p Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam 2004-2014
Universitas Sumatera Utara
48
Dalam konsep normatif batasan pengertian wilayah pesisir yang digunakan adalah sebagaimana dalam Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir
Terpadu yang menyatakan : “Wilayah peralihan ekosistem darat dan laut yang saling mempengaruhi di mana ke
arah laut 12 mil dari garis pantai untuk provinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu untuk kabupatenkota dan ke arah darat batas administrasi kabupaten kota”.
107
Pasal 1 ayat 8 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil menyebutkan kawasan pesisir merupakan
wilayah pesisir tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan kriteria tertentu, seperti karakteristik fisik, biologi, sosial, dan ekonomi,
untuk dipertahankan keberadaannya. Berdasarkan Pasal 45 ayat 1 Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun
2004 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam Tahun 2004-2014 menyebutkan Kawasan Pengembangan Pantai di Kota Batam yang merupakan
kawasan pesisir di bagian utara Pulau Batam diukur dari garis pantai saat pasang tertinggi
ke arah laut yang ditetapkan untuk pengembangan berbagai kegiatan perkotaan melalui reklamasi pantai.
Kawasan pesisir di Pulau Batam yang ditetapkan sebagai Kawasan Pengembangan Pantai mencakup kawasan pesisir Teluk Tering, kawasan pesisir
Bengkong Laut, dan kawasan pesisir Teluk Jodoh.
108
Kawasan reklamasi pantai
107
Nurkhotimah, Op.Cit., hlm. 34.
108
Lihat Pasal 45 ayat 2 Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam Tahun 2004-2014
Universitas Sumatera Utara
49
adalah kawasan hasil perluasan daerah pesisir pantai melalui rekayasa teknis untuk pengembangan kawasan baru.
109
Kawasan reklamasi pantai termasuk dalam kategori kawasan yang terletak di tepi pantai, dimana pertumbuhan dan perkembangannya baik secara sosial, ekonomi,
dan fisik sangat dipengaruhi oleh badan air laut.
110
Reklamasi yang dilakukan di kawasan pengembangan pantai Teluk Tering sudah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam.
111
Perencanaan reklamasi sudah diselaraskan dengan rencana tata ruang kota. Tata ruang kota yang
baru nantinya harus memerhatikan kemampuan daya dukung sosial dan ekologi bagi pengembangan Kota.
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam Tahun 2004-2014 pada bagian Kawasan Budidaya Wilayah Laut yang meliputi :
a. Kawasan Pengembangan Pantai; b. Kawasan Penangkapan Ikan;
c. Kawasan Budidaya Akuakultur; d. Kawasan Pariwisata Laut;
e. Kawasan Pengembangan Industri Kelautan; dan f.
Kawasan Alur Pelayaran.
112
Kawasan Pengembangan Pantai hanya diperuntukkan bagi pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa, perkantoran, perumahan, pariwisata, dan kegiatan
perkotaan lain yang memiliki daya tarik investasi dan nilai ekonomi yang tinggi, dan
109
Pasal 1 ayat 2 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 40 PRTM2007 Tentang Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai
110
Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
40 PRTM2007 Tentang Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai, hlm. ix
111
Wahyu Daryatin, Kasubdit Pengukuran dan Pemetaan Badan Pertanahan Daerah Kota Batam, Wawancara, Batam, tanggal 06 Mei 2013, pukul 09.00 W.I.B.
112
Lihat Pasal 44 Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam Tahun 2004-2014
Universitas Sumatera Utara
50
harus dilengkapi dengan sistem prasarana transportasi, fasilitas umum, dan utilitas umum Kota yang disediakan oleh pihak investor atau pengembang kawasan.
Kawasan pantai umumnya merupakan wilayah yang merupakan koridor pembangunan yang diminati. Hal tersebut disebabkan karena wilayah tersebut
mengandung banyak hal yang memberi kemudahan dan memberi daya dukung untuk pembangunan. Kemudahan dan daya dukung tersebut adalah :
1 Wilayah pantai sebagian besar merupakan wilayah dataran dengan kemiringan
lereng yang datar atau hampir datar, sehingga mudah dicapai dan banyak pembangunan dapat dilaksanakan.
2 Berbatasan dengan laut sehingga di beberapa tempat dapat dikembangkan
menjadi pelabuhan sehingga dapat terjalin komunikasi ke luar pulau, serta adanya wilayah penangkapan dan budidaya perikanan laut.
3 Banyak sungai mengalir dan bermuara di wilayah pantai ini. Sungai dapat
menjadi sumbu air tawar, dan muara sungai menjadi wilayah pelabuhan. 4
Tanah di wilayah dataran pantai mempunyai tanah yang lunak, gembur, berpori sehingga dapat menjadi akifer air tanah yang baik dan dangkal dibandingkan
dengan wilayah pegunungan. Tanah yang lunak dan gembur merupakan tanah yang relatif mudah digarap menjadi kawasan pertanian dan sawah.
5 Wilayah pantai yang merupakan pertemuan antara daratan dan lautan pada
umumnya mempunyai pemandangan yang indah dan mempesona, sehingga dapat berkembang menjadi daerah pariwisata bahari, lebih-lebih jika terdapat
terumbu karang.
6 Wilayah pantai merupakan berbagai ekosistem seperti wilayah hutan bakau,
terumbu karang, laguna, serta gua-gua pada tebing terjal di pantai, muara sungaidelta, dan pantai landai berpasir.
113
Salah satu kawasan pengembangan pantai di Batam adalah Coastarina. Konsep Coastarina adalah gabungan antara perumahan mewah dengan fasilitas wisata
113
Sampurno, Pengembangan Kawasan Pantai Kaitannya Dengan Geomorfologi, Makalah, Departemen Geologi, Institut Teknik Bandung, Bandung, hlm.23.
Universitas Sumatera Utara
51
superlengkap. Coastarina dibangun di kawasan pusat kota Batam, terletak di pinggir pantai Teluk Tering, Batam Centre.
Pengelolaan sumberdaya pesisir pantai dalam kerangka pengembangan wilayah, akan lebih efektif bila dilaksanakan secara bersama-sama dari seluruh
stakeholder yang terkait baik di tingkat pusat maupun daerah. Otonomi daerah telah membuka peluang desentralisasi pengelolaan sumber daya pesisir.
Untuk kawasan pesisir Teluk Tering saat ini telah dilakukan reklamasi, luasnya kurang lebih 750.339 M
2
tujuh ratus lima puluh ribu tiga ratus tiga puluh sembilan meter persegi, dengan status Hak Pengelolaan yang dipegang oleh
Pemerintah Kota Batam.
C. Penataan Ruang Wilayah Kota Batam Dan Kaitannya Dengan Reklamasi Pantai
Pasal 1 ayat 5 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyebutkan pengertian penataan ruang adalah suatu sistem proses
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Penataan ruang sebagai suatu sistem perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan antara yang satu dan yang lain dan harus dilakukan sesuai dengan kaidah
penataan ruang sehingga diharapkan dapat: a. dapat mewujudkan pemanfaatan ruang yang berhasil guna dan berdaya guna serta
mampu mendukung pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan; b. tidak terjadi pemborosan pemanfaatan ruang; dan
Universitas Sumatera Utara
52
c. tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas ruang.
114
Kita bedakan Tata Ruang sebagai wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak dengan penataan ruang. Demikian pula
pengertian rencana tata ruang adalah hasil dari perencanaan tata ruang.
115
“Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional RTRWN
merupakan pedoman untuk penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional; penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional;
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional; mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan
antar wilayah provinsi, serta keserasian antar sektor; penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; penataan ruang kawasan strategis nasional; dan
penataan ruang wilayah provinsi dan kabupatenkota.”
116
“Oleh karena itu, RTRWN disusun dengan memperhatikan dinamika pembangunan yang berkembang, antara lain, tantangan globalisasi, otonomi
dan aspirasi daerah, keseimbangan perkembangan antara Kawasan Barat Indonesia dengan Kawasan Timur Indonesia, kondisi fisik wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang rentan terhadap bencana, dampak pemanasan global, pengembangan potensi kelautan dan pesisir, pemanfaatan
ruang kota pantai, penanganan kawasan perbatasan negara, dan peran teknologi dalam memanfaatkan ruang.”
117
“Untuk mengantisipasi dinamika pembangunan tersebut, upaya pembangunan nasional juga harus ditingkatkan melalui perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian pemanfaatan ruang yang lebih baik agar seluruh pikiran dan sumber daya dapat diarahkan secara berhasil guna dan berdaya guna. Salah
satu hal penting yang dibutuhkan untuk mencapai maksud tersebut adalah peningkatan keterpaduan dan keserasian pembangunan di segala bidang
pembangunan, yang secara spasial dirumuskan dalam RTRWN.”
118
114
Butir 5 Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
115
A.P.Parlindungan [4],
Komentar Atas
Undang-Undang Penataan
Ruang U.U.NO.24TH.1992, Bandung : CV.Mandar Madju, 1993, hlm. 12.
116
Penjelasan Umum Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
117
Ibid.
118
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
53
Dalam konsiderans Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam Tahun 2004-2014 pada butir c
menyebutkan bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam sebagai pedoman dan arahan lokasi investasi pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah, sektor
swasta, dan masyarakat di ruang wilayah darat dan wilayah laut perlu senantiasa antisipatif terhadap setiap dinamika perubahan dan tuntutan perkembangan.
Pasal 2 ayat 1 Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam 2004-2014 menyebutkan Ruang lingkup
wilayah Kota Batam terbentang antara 0
O
25’29” LU - 1 15’00” LU dan 103
34’35” BT - 104
26’04” BT dengan total wilayah darat dan wilayah laut seluas 3.990,00 Km
2
, meliputi lebih dari 400 empat ratus pulau, 329 tiga ratus dua puluh sembilan di antaranya telah bernama, termasuk di dalamnya pulau-pulau terluar di wilayah
perbatasan negara, yang secara administrasi pemerintahan terdiri dari 8 delapan wilayah kecamatan, yaitu :
a. Kecamatan Sekupang, yang mencakup : 1. Kelurahan Sungai Harapan;
2. Kelurahan Tanjung Pinggir; 3. Kelurahan Tanjung Riau;
4. Kelurahan Tanjung Uncang; 5. Kelurahan Tiban Indah;
6. Kelurahan Patam Lestari; 7. Kelurahan Tiban Asri;
8. Kelurahan Tiban Lama;
Universitas Sumatera Utara
54
b. Kecamatan Lubuk Baja, yang mencakup : 1. Kelurahan Batu Selicin;
2. Kelurahan Lubuk Baja Kota; 3. Kelurahan Kampung Pelita;
4. Kelurahan Pangkalan Petai; 5. Kelurahan Tanjung Uma;
c. Kecamatan Batu Ampar, yang mencakup : 1. Kelurahan Bukit Senyum;
2. Kelurahan Sungai Jodoh; 3. Kelurahan Batu Merah;
4. Kelurahan Kampung Seraya; 5. Kelurahan Bengkong Harapan;
6. Kelurahan Bukit Jodoh; 7. Kelurahan Harapan Baru;
8. Kelurahan Bengkong Laut; d. Kecamatan Nongsa, yang mencakup :
1. Kelurahan Batu Besar; 2. Kelurahan Nongsa;
3. Kelurahan Kabil; 4. Kelurahan Teluk Tering;
5. Kelurahan Belian; 6. Kelurahan Baloi Permai;
7. Kelurahan Baloi;
Universitas Sumatera Utara
55
8. Kelurahan Ngenang; e. Kecamatan Sei Beduk, yang mencakup :
1. Kelurahan Muka Kuning;