93
4. Upaya Mensinergikan Hubungan Kerjasama antara Pemerintah Kota
Batam Dengan Badan Pengusahaan Kawasan Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas Batam Otorita Batam di Bidang Pertanahan
Hubungan Pemerintah Kota Batam dan Otorita Batam sendiri hingga saat ini masih tarik ulur, karena ketidakjelasan peraturan dan Undang-Undang. Maka sangat
diperlukan “win-win solution” ke depan. Artinya tidak boleh lagi ada pihak-pihak yang dirugikan demi kepentingan daerah, nasional dan international.
170
“Dengan mempelajari beberapa permasalahan yang timbul akibat adanya dualisme pemerintahan di Kota Batam maka Pemerintah Pusat dalam hal ini
Departemen Dalam
Negeri perlu
segera membuat
rencana untuk
mensinergikan peranan Otorita Batam dengan Pemerintah Kota Batam.
Masing-masing pihak perlu menyamakan misi bahwa peranan utama lembaga pemerintahan adalah untuk melayani kepentingan masyarakatnya. Dengan
demikian apapun peranan yang menjadi wewenangnya masing-masing pihak harus berorientasi untuk mempermudah dan memperlancar kepentingan
publik. Hal lain yang penting dipertimbangkan pula adalah peranan Kota Batam sebagai kontributor dalam pengembangan ekonomi Nasional. Sebagai
Lembaga yang baru, Pemerintah Kota Batam perlu belajar banyak dari Otorita yang sudah sangat berpengalaman selama lebih dari 35 tahun dalam
mengelola Kota Batam. Begitu pula Otorita Batam perlu mempertimbangkan fakta atas kewenangan otonomi yang dimiliki Pemerintah Kota Batam,
sehingga dengan kesadaran penuh Otorita Batam hanya mengambil peran yang benar-benar spesifik yang belum mampu ditangani oleh Pemko
Batam.”
171
Saat ini kewenangan khususnya di bidang Pertanahan masih tetap menjadi kewenangan Otorita Batam. Sementara itu rumusan pasal 14 Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah disebutkan bahwa urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk kabupatenkota yang diantaranya
170
Pauline R. Hendrati, Op.Cit., hlm.137.
171
Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia, Loc.Cit
Universitas Sumatera Utara
94
adalah pelayanan pertanahan. Namun Undang-Undang ini tidak memberikan penjelasan bentuk dan mekanisme pelayanan pertanahan tersebut.
Tentu saja dalam hal ini Pemerintah Kota Batam sebagai institusi pemerintahan yang otonom dengan berdasarkan kekuatan Undang-Undang
berkesimpulan bahwa
terbitnya Undang-Undang tersebut
memperkuat posisinya dalam mengurus
roda pemerintahan termasuk kewenangan
pertanahan. Namun, perlu diperhatikan bahwa Pulau Batam merupakan salah satu daerah yang memiliki kekhususan dengan keberadaan Otorita Batam
yang merupakan pionir pembangunan Pulau Batam. Hanya saja keberadaan Otorita Batam tidak didukung dengan legalitas formal yang cukup kuat
terutama
dalam menghadapi
perubahan sistem
ketatanegaraan dan
penyelenggaraan pemerintahan saat ini. Harus ada kepastian hukum dengan peraturan yang konsisten dan sinkron
seperti Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dengan Undang-undang nomor 53 tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan,
Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Senggigi dan Kota Batam serta
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1983 tentang Pembentukan Administratif Kotamadya Batam yang seluruhnya mengatur penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan di Batam. Perlunya Pemerintah Pusat secepatnya menyelesaikan masalah hubungan kerjasama antara Otorita Batam dengan Pemerintah Kota Batam.
Dualisme dalam penyelenggaraan pemerintahan harus segera dihentikan dan diganti dengan kepastian hukum.
Universitas Sumatera Utara
95
Amanat Pasal 21 Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999
172
untuk diterbitkan Peraturan Pemerintah tentang bagaimana pengaturan hubungan kerja antara
Pemerintah Kota Batam dan Badan Pengusahaan Kawasan Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas Batam Otorita Batam dimaksudkan untuk menghindari
tumpang tindih tugas penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan antara Pemerintah Kota Batam dan Badan Pengusahaan Kawasan Pelabuhan Bebas dan
Perdagangan Bebas Batam Otorita Batam harus segera direalisasikan oleh Pemerintah Pusat.
B. Hak Pengelolaan
1. Pengertian dan Dasar Hukum Hak Pengelolaan