55
8. Kelurahan Ngenang; e. Kecamatan Sei Beduk, yang mencakup :
1. Kelurahan Muka Kuning;
2. Kelurahan Batuaji; 3. Kelurahan Sagulung;
4. Kelurahan Tanjung Piayu; f.
Kecamatan Galang, yang mencakup : 1. Kelurahan Sijantung;
2. Kelurahan Karas; 3. Kelurahan Galang Baru;
4. Kelurahan Sembulang; 5. Kelurahan Rempang Cate;
6. Kelurahan Subang Mas; 7. Kelurahan Pulau Abang;
g. Kecamatan Bulang, yang mencakup : 1. Kelurahan Bulang Lintang;
2. Kelurahan Pulau Buluh; 3. Kelurahan Temoyong;
4. Kelurahan Batu Legong; 5. Kelurahan Pantai Gelam;
6. Kelurahan Pulau Setokok; h. Kecamatan Belakang Padang, yang mencakup :
1. Kelurahan Belakang Padang;
Universitas Sumatera Utara
56
2. Kelurahan Pemping; 3. Kelurahan Kasu;
4. Kelurahan Pecong; dan 5. Kelurahan Pulau Terong.
Selanjutnya dalam ayat 2 Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam 2004-2014 menyebutkan
bahwa Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam ini mencakup strategi dan struktur pemanfaatan ruang wilayah Kota Batam sampai
dengan batas ruang darat dan ruang laut sejauh 4 empat mil laut dari garis pantai. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam sendiri meliputi :
a. Tujuan
pemanfaatan ruang
wilayah untuk
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan pertahanan keamanan, yang diwujudkan melalui strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah untuk tercapainya pemanfaatan ruang
yang berkualitas; b.
Rencana struktur tata ruang wilayah dan sistem kegiatan pelayanan kota; c.
Rencana alokasi pemanfaatan ruang wilayah darat dan wilayah laut; d.
Rencana sistem prasarana transportasi, fasilitas umum, dan utilitas umum kota; e.
Pedoman pengendalian pemanfaatan ruang wilayah.
119
Lebih tegasnya tujuan pemanfaatan ruang wilayah Kota Batam, yaitu : a.
Terwujudnya tata ruang wilayah yang madani di Kota Batam untuk mendukung visi pembangunan daerah, yakni “Terwujudnya Batam Sebagai Bandar Dunia
yang Madani”;
b. Terselenggaranya pemanfaatan ruang wilayah darat dan wilayah laut yang
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sesuai dengan kemampuan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, serta kebijakan pembangunan
nasional dan daerah;
c. Terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang wilayah darat dan wilayah laut,
serta pelaksanaan kegiatan pembangunan dan pemanfaatan ruang kawasan budidaya di kawasan perkotaan, kawasan perdesaan, kawasan strategis, kawasan
119
Pasal 3 Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam 2004-2014
Universitas Sumatera Utara
57
khusus, dan kawasan-kawasan yang diprioritaskan pengembangannya di Kota Batam;
120
Beberapa pedoman yang ada tentang Rencana Tata Ruang WilayahKota dirasakan masih terlalu umum dan belum secara konseptual meletakkan landasan
pemanfaatan dan pengembangan kawasan tepian pantaisungai. Akibatnya adalah pengembangan kegiatan di atas pantai dan sungai, serta darat tidak terintegrasi secara
baik, sehingga Pemerintah Kota harus menghadapi berbagai permasalahan seperti: a.
Pemanfaatan lahan yang tidak efisien tidak sesuai dengan potensi yang dimilikinya ditinjau dari kontribusinya terhadap ekonomi kota. In efisiensi
penggunaan lahan ini terutama terjadi pada daerah pusat kota. b.
Penguasaan lahan tepi pantai dan sungai oleh perorangan yang membatasi akses warga kota ke pantai dan sungai, sehingga terjadi penguasaan sumber daya
strategis pantai sungai oleh sebagian kecil kelompok masyarakat.
121
Untuk itu pengembangan kawasan tepian pantai menuntut keterpaduan dalam berbagai tingkatan, mulai dari yang bersifat makro kebijaksanaan dan program
hingga keterpaduan yang bersifat mikro fisik. Keterpaduan ini juga mencakup keterpaduan berbagai aspek, antara lain adalah aspek fungsi kegiatan-kegiatan yang
akan ada tata-ruang, intensitas pembangunan tata bangunan, serta arahan arsitektur ruang luar dan bangunan urban desain dan landscaping.
Berdasarkan Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai
122
, dapat kita lihat kawasan reklamasi pantai secara umum dapat dibagi dalam beberapa
tipologi sebagai berikut :
120
Pasal 3 Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam 2004-2014
121
Noval Labadjo, Konsep Penataan Kawasan Tepian Pantai Kota Palu,diakses dari http:noval-labadjo.blogspot.com, pada tanggal 05 Aril 2013
122
Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
40 PRTM2007 Tentang Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai, hlm. 8-10.
Universitas Sumatera Utara
58
a. Tipologi Reklamasi Pantai berdasarkan fungsi yang dikelompokkan atas: 1 Kawasan peruntukan permukiman;
2 Kawasan perdagangan dan jasa; 3 Kawasan peruntukan industri;
4 Kawasan peruntukan pariwisata; 5 Kawasan pendidikan;
6 Kawasan pelabuhan laut penyeberangan; 7 Kawasan bandar udara;
8 Kawasan mixed-use campuran; 9 Kawasan ruang terbuka hijau.
b. Tipologi Kawasan Reklamasi Pantai berdasarkan luas dikelompokkan atas: 1 Reklamasi besar yaitu Kawasan reklamasi dengan luasan lebih dari 500 Ha
lima ratus hektar. 2 Reklamasi kecil Kawasan reklamasi dengan luasan kurang 500 Ha lima ratus
hektar. c. Tipologi Kawasan Reklamasi berdasarkan bentuk fisik:
1 Menyambung dengan daratan Kawasan reklamasi ini berupa kawasan daratan lama yang berhubungan
langsung dengan daratan baru. Penerapan tipologi ini sebaiknya tidak dilakukan pada kawasan dengan karakteristik khusus seperti:
a Kawasan permukiman nelayan; b Kawasan hutan bakau;
c Kawasan hutan pantai;
Universitas Sumatera Utara
59
d Kawasan perikanan tangkap; e Kawasan terumbu karang, padang lamun, biota laut yang dilindungi;
f Kawasan larangan rawan bencana; g Kawasan taman laut.
2 Terpisah dari daratan Kawasan reklamasi ini sebaiknya diterapkan pada kawasan-kawasan yang
memiliki karakteristik khusus seperti yang telah disebutkan di atas. Tipologi ini memisahkan daratan lama yang berupa kawasan yang
memiliki karakteristik khusus dengan kawasan daratan baru dengan tujuan:
a Menjaga keseimbangan tata air yang ada; b Menjaga kelestarian kawasan lindung hutan bakau, pantai, hutan
pantai; c Mencegah terjadinya dampakkonflik sosial;
d Menjaga dan menjauhkan kerusakan kawasan potensial biota laut, perikanan, minyak;
e Menghindari kawasan rawan bencana 3 Gabungan 2 dua bentuk fisik terpisah dan menyambung dengan
daratan Tipologi reklamasi yang merupakan gabungan dua tipologi reklamasi yaitu gabungan dari tipologi c.1 dan c.2.
Tata ruang kawasan reklamasi pantai dapat mempengaruhi pola struktur kota dari kawasan reklamasi pantai hingga membedakannya secara signifikan dengan pola
struktur kota di darat, diantaranya ditandai dengan :
Universitas Sumatera Utara
60
a. Sumbu-sumbu tata ruang kawasan dapat memanfaatkan elemen pantaiperairan
sebagai unsur garis baik secara visual maupun konseptual; b.
Struktur kota merupakan kerangka utama kota yang sebaiknya dirancang di daerah paling tepi dari batas bibir pantai dengan daratan agar dapat dimanfaatkan
sekaligus sebagai wilayah Garis Sempadan Bangunan GSB bangunan di sepanjang
pantai, sehingga
pengembang tidak
kehilangan kesempatan
pemanfaatan lahan dan sepanjang tepian pantai menjadi wilayah publik sehingga dapat dengan mudah wilayah pantai dapat dinikmati publik atau public easement
tetap terjaga.
123
Selanjutnya dalam Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai
tersebut menegaskan
tata ruang
kawasan reklamasi
pantai harus
memperhatikan aspek sosial, ekonomi, dan budaya di kawasan reklamasi, sebagai berikut:
a Reklamasi pantai memberi dampak peralihan pada pola kegiatan sosial, budaya dan ekonomi maupun habitat ruang perairan masyarakat sebelum direklamasi.
Perubahan terjadi harus menyesuaikan: a.1. Peralihan fungsi kawasan dan pola ruang kawasan;
a.2. Selanjutnya, perubahan di atas berimplikasi pada perubahan ketersediaan jenis lapangan kerja baru dan bentuk keragaman diversifikasi usaha baru
yang ditawarkan. b
Aspek sosial, budaya, wisata, dan ekonomi yang diakumulasi dalam jaringan sosial,
budaya, pariwisata,
dan ekonomi
kawasan reklamasi
pantai memanfaatkan ruang perairanpantai.
123
Modul Terapan Kawasan Reklamasi Pantai Pedoman Perencanaan Tata Ruang Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 40PRTM2007, Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Penataan Ruang, hlm.75.
Universitas Sumatera Utara
61
Perencanaan pergerakan, aksesibilitas dan transportasi kawasan reklamasi pantai harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a Pola pergerakan kendaraan di ruas-ruas jalan harus terintegrasi terhadap kerangka utamacoastal road yang melintasi pantaiperairan agar publik dapat menikmati
panorama dan kenyamanan pantai; b Tata ruang kawasan reklamasi pantai harus menyediakan kanal-kanal dan atau
ruang perairan lain untuk aksesibilitas dan integrasi antara pusat kawasan dan sub-sub wilayah kota;
c Harus mudah diakses dan terintegrasi dengan sistem kota dari prasarana dan sarana di perairan, darat dan udara;
d Pola pergerakan dan transportasi darat dan perairan harus memiliki variasi integrasi dan variasi transportasi berdasarkan konsep “ride and park system” di
beberapa tematik kawasan; e Perencanaan manajemen sistem transportasi dan kelengkapan sarana penunjang
transportasi.
124
Untuk menjamin terwujudnya kemudahan publik di kawasan reklamasi pantai, perencanaan tata ruang kawasan ini harus memperhatikan:
a Tata letak bangunan yang figuratif dan garis ketinggian bangunan yang berhierarki untuk menjaga kemudahan publik dalam menikmati panorama ruang
pantai; b Keberadaan ruang publik yang dapat diakses, dimanfaatkan, dan dinikmati secara
mudah dan bebas oleh publik tanpa batasan ruang, waktu, dan biaya; c Potensi elemen-elemen pantai untuk direpresentasikan kembali melalui kreativitas
proses penggalian,
perancangan, dan
pengemasan potensi
alamlautpantaiperairan yang
signifikan agar
tercipta kemudahan
dan kenyamanan publik;
d Potensi alampantai yang perlu dikembangkan sekaligus dikonservasi, misalnya pasir, hutan, flora dan fauna air, bakau, tebingbibir pantai, kontur, peneduh,
langit, dan pemandanganpanorama; e Perwujudan kenyamanan pada elemen pantai dalam bentuk antara lain:
e.1. keheningan suasana; e.2. keindahan panorama pantai;
e.3. kealamiahan desa; e.4. kejernihan riak dan gelombang air pantai;
e.5. kehijauan bukit lembah; e.6. kerimbunan hutan pantai;
e.7. kebersihan pasir; e.8. kebiruan langit;
124
Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 40 PRTM2007, Op.Cit, hlm.11.
Universitas Sumatera Utara
62
e.9. keteduhan di sekitar pantai.
125
Perencanaan tata ruang kawasan reklamasi pantai meliputi penetapan struktur ruang kawasan, pola ruang kawasan, pengelolaan lingkungan, prasarana dan sarana,
serta fasilitas umum dan sosial.
126
Rencana Detail Tata Ruang RDTR di Kota Batam berfungsi sebagai rencana induk master plan bagi setiap Kawasan Pengembangan Pantai, yang di dalamnya
sekurang-kurangnya mengatur hal-hal sebagai berikut : a. Peruntukan detail dari setiap blok-blok reklamasi sesuai perizinan investasi dan
hak pengelolaan lahan yang diterbitkan; b. Pengamanan alur pelayaran dan navigasi kapal-kapal sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan, bila di dalam Kawasan Pengembangan Pantai terdapat pelabuhan eksisting;
c. Pengaturan kanal-kanal bagi keperluan jalur transportasi di antara blok-blok reklamasi, sekurang-kurangnya selebar 100 meter seratus meter;
d. Pengamanan dan pemantapan aliran air sungai dan atau anak-anak sungai dalam rangka pencegahan banjir, bila di dalam Kawasan Pengembangan Pantai
bermuara sungai dan atau anak-anak sungai; e. Panduan desain perkotaan urban design guideline sebagai pedoman dan acuan
dalam penyusunan rencana tapak, penataan lingkungan dan arsitektur bangunan, mencakup ketetapan mengenai KDBKoefisien Dasar Bangunan, KLBKoefisien
Lantai Bangunan, GSB Garis Sempadan Bangunan, skyline, selubung bangunan, dimensi geometrik jalan, saluran drainane, pembuangan limbah, serta ketentuan
teknis untuk utilitas umum lainnya;
f. Penetapan lokasi serta panduan desain ruang publik di pinggir pantai public
beach, yang ditetapkan sekurang-kurangnya selebar 100 meter seratus meter pada sisi terluar dari kawasan hasil reklamasi yang menghadap langsung ke
perairan bebas dan atau ke kawasan alur pelayaran kapal-kapal, bila di dalam Kawasan Pengembangan Pantai terdapat pelabuhan;
g. Insentif dan disinsentif yang dikenakan kepada investor atau pengembang kawasan; dan
h. Panduan pengembangan dan pengelolaan kawasan estate management.
127
125
Ibid., hlm.12.
126
Ibid., hlm.13.
127
Pasal 45 ayat 10 Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam 2004-2014
Universitas Sumatera Utara
63
Pendekatan pemanfaatan ruang untuk penyusunan penataan ruang di wilayah pantai tidak dapat dipisahkan dari konsep perencanaan tata ruang untuk keseluruhan
wilayah. Dalam hal ini pendekatan pembangunan dan perencana penggunaan lahan pantai tidak bersifat sektoral sehingga tercapai pemanfaatan secara berkelanjutan dan
ekosistem pesisir bagi kelangsungan hidup manusia.
D. Dasar Hukum
Pengaturan Reklamasi
Pantai Sebagai
Alternatif Pengembangan Kawasan di Kota Batam
1. Peraturan Hukum Yang Mengatur Reklamasi Pantai