diuraikan dengan jenis kesantunan yang terdapat dalam tuturan. Selanjutnya dilakukan penguraian terhadap tindak tutur pengancaman muka. Tahap ketiga,
dilakukan penguraian terhadap strategi kesantunan untuk menyelamatkan muka. Tahap keempat, berdasarkan proses analisis tersebut selanjutnya dilakukan
pengaruaian fungsi-fungsi yang terdapat pada strategi kesantunan yang dimunculkan oleh penjual. Tahap terakhir, dilakukan simpulan untuk menemukan
faktor-faktor yang mempengaruhi kemunculan kesantunan.
3.8 Metode Penyajian Data
Penyajian hasil analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan cara informal. Sudaryanto 2015:261 menjelaskan penyajian informal dilakukan untuk
melakukan perumusan dengan menggunakan kata-kata yang pada penelitian ini perumusan kata-kata digunakan untuk menarasikan hasil temuan-temuan yang
berupa strategi kesantunan, fungsi kesantunan, dan faktor-faktor terjadinya kesantunan pada tuturan transaksi jual beli di pasar tradisional Sidoharjo,
Lamongan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Strategi Kesantunan pada Tuturan Penjual Daging Ayam
Terdapat tiga strategi kesantunan yang ditemukan pada tuturan penjual daging ayam kepada pembeli daging ayam di Pasar tradisional Sidoharjo
Lamongan. Strategi yang tidak ditemukan, yaitu Strategi tidak langsung off record dan strategi diam, tidak melakukan pengancaman muka don’t do FTA.
Strategi tidak langsung off record tidak ditemukan karena penjual senantiasa
bertutur secara lugas untuk mengefektifkan komunikasi. Selanjutnya, strategi diam, tidak melakukan pengancaman muka don’t do FTA tidak ditemukan
karena komunikasi yang terjalin antara penjual dan pembeli senantiasa diungkapkan secara verbal. Adapun tiga strategi yang ditemukan, yakni strategi
langsung bald on record, strategi kesantunan positif, dan strategi kesantunan negatif.
Pembahasan pada subbab kali ini merupakan hasil pengklasifikasian penggunaan strategi kesantunan Brown dan Levinson 2000. Adapun pemerian
setiap strategi kesantunan yang dituturkan penjual daging ayam meliputi strategi langsung, strategi kesantunan positif, dan strategi kesantunan negatif. Ketiga
strategi tersebut dideskripsikan di bawah ini.
4.1.1 Penggunaan Strategi Langsung Bald on Record
Strategi langsung bald on record ditemukan pada tuturan penjual kepada pembeli daging ayam di pasar tradisional Sidoharjo, Lamongan. Penggunaan
strategi langsung muncul pada tindak tutur representatif, direktif, dan ekspresif. Tindak tutur pada strategi langsung tersebut ditandai dengan fitur-fitur berikut ini
a memiliki makna yang jelas; b tidak multitafsir bagi pembeli; dan c diungkapkan secara singkat. Adapun pemerian masing-masing tindak tutur pada
uraian di bawah ini.
4.1.1.1 Tindak Tutur Representatif
Tindak tutur representatif pada tuturan penjual daging ayam di pasar tradisional Sidoharjo Lamongan terdapat pada data menyatakan harga,
ketersediaan barang, dan pemberian pelayanan berikut ini.
Penjual : Pitike telung puluh papat ki.
‘Ayamnya tiga puluh empat ini.’
Pembeli : Hmm, telu papat i.
‘Mahal tiga puluh empat. Penjual
: Iya e, iki gembuk telung puluh loro.
‘Iya, ini yang empuk tiga puluh dua.’ 1-03-L1
Konteks:
a. Deskripsi sosiokultural dan situasi: Penjual menginformasikan harga ayam kepada pembeli yang merupakan
pelanggannya. Harga ayam mengalami kekanikan dari Rp32.000,00 menjadi Rp34.000,00. Tuturan pitike telung puluh papat ki merupakan tindak
representatif mengklaim.
b. Otoritas: penjual lebih tinggi dari pembeli penjual pembeli Bentuk verbal ‘pitike telung puluh papat ki’ merupakan bentuk penanda
bahwa otoritas penjual lebih tinggi dibandingkan pembeli dalam penentuan harga.
Data 1-03-L1: telung puluh papat ki ‘tiga puluh empat ini’ digolongkan sebagai tindak tutur representatif, yang ditandai dengan bentuk ujaran yang
dimarkahi pengklaiman: telung puluh papat ‘tiga puluh empat ribu’. Strategi langsung yang terdapat pada tuturan penjual ditandai dengan fitur makna yang
jelas. Fitur makna yang jelas ditandai pada tuturan telung puluh papat. Tuturan ini