Metode Analisis Data METODE PENELITIAN

strategi langsung muncul pada tindak tutur representatif, direktif, dan ekspresif. Tindak tutur pada strategi langsung tersebut ditandai dengan fitur-fitur berikut ini a memiliki makna yang jelas; b tidak multitafsir bagi pembeli; dan c diungkapkan secara singkat. Adapun pemerian masing-masing tindak tutur pada uraian di bawah ini.

4.1.1.1 Tindak Tutur Representatif

Tindak tutur representatif pada tuturan penjual daging ayam di pasar tradisional Sidoharjo Lamongan terdapat pada data menyatakan harga, ketersediaan barang, dan pemberian pelayanan berikut ini. Penjual : Pitike telung puluh papat ki. ‘Ayamnya tiga puluh empat ini.’ Pembeli : Hmm, telu papat i. ‘Mahal tiga puluh empat. Penjual : Iya e, iki gembuk telung puluh loro. ‘Iya, ini yang empuk tiga puluh dua.’ 1-03-L1 Konteks: a. Deskripsi sosiokultural dan situasi: Penjual menginformasikan harga ayam kepada pembeli yang merupakan pelanggannya. Harga ayam mengalami kekanikan dari Rp32.000,00 menjadi Rp34.000,00. Tuturan pitike telung puluh papat ki merupakan tindak representatif mengklaim. b. Otoritas: penjual lebih tinggi dari pembeli penjual pembeli Bentuk verbal ‘pitike telung puluh papat ki’ merupakan bentuk penanda bahwa otoritas penjual lebih tinggi dibandingkan pembeli dalam penentuan harga. Data 1-03-L1: telung puluh papat ki ‘tiga puluh empat ini’ digolongkan sebagai tindak tutur representatif, yang ditandai dengan bentuk ujaran yang dimarkahi pengklaiman: telung puluh papat ‘tiga puluh empat ribu’. Strategi langsung yang terdapat pada tuturan penjual ditandai dengan fitur makna yang jelas. Fitur makna yang jelas ditandai pada tuturan telung puluh papat. Tuturan ini menyiratkan harga daging per kilo yang ditawarkan oleh penjual kepada pembeli sebesar tiga puluh empat ribu rupiah. Penuturan secara jelas merupakan upaya penjual untuk memuaskan keinginan pembeli yang ingin mengetahui harga daging ayam. Data di atas memiliki fitur -D, +P, dan –R, yang diuraikan sebagai berikut a. -D menjelaskan bahwa tidak ada jarak antara penjual dan pembeli b. +P menjelaskan bahwa otoritas penjual lebih tinggi c. -R menjelaskan bahwa peringkat keterancaman muka pada topik penginformasian harga memiliki tingkat pengancaman yang rendah. Hal tersebut dikarenakan informasi harga merupakan sebuah kebutuhan pembeli. Data 1-03-L1 pada dasarnya mengandung tindak tutur yang dapat mengancam muka positif pembeli. Informasi kenaikan harga merupakan sebuah kabar yang tidak menyenangkan. Hal itu mengakibatkan keinginan penjual untuk disenangi oleh pembeli menjadi terganggu. Namun, kondisi –D, +P, dan –R menghapuskan potensi keterancaman tersebut. Penjual pun memiliki kebebasan untuk menginformasikan harga secara langsung tanpa perlu memperhatikan keselamatan muka positif pembeli. Dengan demikian, strategi kesantunan langsung pada data ini merupakan bentuk kooperatif penjual terhadap pembeli sebagai langkah awal untuk menarik minat pembeli agar melaksanakan transaksi jual beli. Penggunaan strategi langsung pada tindak tutur representatif juga terdapat pada data di bawah ini. Berikut pemaparannya. Penjual : He, sing biasa tak gawakna papat, dhadhae mek ana sithuk. ‘He, yang biasa aku bawakan empat, dadanya hanya ada satu. Pembeli : Aku wes tuku iku mau. ‘Aku sudah membeli daging ayam bagian dada sebelum ke sini’ 1-34-L2 Konteks: a. Deskripsi sosiokultural dan situasi: Tuturan terjadi pada pagi antara penjual dengan pelanggan. Setiap pagi, penjual terbiasa menyediakan daging ayam bagaian dada untuk pembeli sebanyak empat kilogram. Namun, penjual hanya mampu menyediakan satu kilogram saja. b. Otoritas: Penjual lebih tinggi dari pada pembeli penjual pembeli Bentuk verbal tak gawakna ‘aku bawakan’ merupakan bentuk kalimat aktif. Dengan pola kalimat aktif tersebut, memposisikan dirinya sebagai pelaku utama dalam tuturannya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa penjual memiliki daya yang lebih besar untuk memutuskan melakukan suatu hal kepada pembeli. Data 1-34-L2: Sing biasa tak gawakna papat, dhadhae mek ana sithuk. ‘Yang biasa aku bawakan empat, dadanya hanya ada satu’ digolongkan sebagai tindak tutur representatif, yang ditandai dengan bentuk pernyataan dhadhae mek ana sithuk. ‘hanya ada satu’. Tindak tutur representatif ini memiliki fitur –D, +P, dan +R yang dapat diuraikan sebagai berikut a. -D menjelaskan bahwa tidak ada jarak antara penjual dan pembeli b. +P menjelaskan bahwa otoritas penjual lebih tinggi c. +R menjelaskan bahwa peringkat keterancaman muka pada topik ketersediaan barang memiliki tingkat pengancaman yang tinggi. Tidak tersedianya barang yang menjadi permintaan pembeli, mampu