Tindak Tutur Representatif Memperkuat Perhatian

memiliki peringkat pengancaman yang tinggi +R terhadap muka positif penjual. Seharusnya, otoritas penjual yang lebih tinggi +P memberikan wewenang kepadanya untuk melakukan penolakan tanpa perlu memperhatikan keselamatan muka positifnya. Namun, kesadaran penjual untuk menjaga muka pembeli yang merupakan pelanggan -D, membuatnya lebih berhati-hati dalam melakukan penolakan. Penjual pun melakukan penolakan yang dikemas dengan strategi kesantunan positif memperkuat perhatian menggunakan sebuah cerita yang dramatis. Dengan demikian, substrategi memperkuat perhatian merupakan upaya penjual untuk mempertahankan otoritasnya dalam menentukan harga tanpa melukai muka pembeli.

4.1.2.3 Penanda Identitas Kelompok

Substrategi penanda identitas kelompok pada tuturan penjual daging ayam di pasar tradisional Sidoharjo Lamongan diwujudkan dengan tindak tutur direktif. Berikut pemaparannya. Penjual : Ayam ta Sayang? Nggolek ayam apa? Sak kilo? ‘Ayam kah Sayang? Mencari apa? Satu kilo? Pembeli : Pira Mbak sak tengah? ‘Berapa Mbak setengah kilo?’ 1-25-P4 Konteks a. Deskripsi sosiokultural dan situasi: Tuturan terjadi antara penjual dan pembeli biasa. Percakapan terjadi pada awal transaksi, penjual berusaha menawarkan barang dagangannya kepada pembeli. b. Otoritas: Pembeli lebih tinggi daripada penjual pembeli penjual Bentuk pertanyaan dalam bentuk tindak tutur direktif tersebut merupakan upaya penjual untuk mempengaruhi pembeli tanpa melukai muka negatifnya. hal tersebut menendakan bahwa penjual memiliki daya yang lebih kecil dibandingkan pembeli. Data 1-25-P4: ayam ta Sayang? nggolek ayam apa? sak kilo? ‘ayam kah Sayang? mencari apa? satu kilo? digolongkan sebagai tindak tutur direktif, yang ditandai dengan bentuk ujaran yang dimarkahi bentuk pertanyaan yang mengandung perintah dalam tuturan ayam ta Sayang? dan sak kilo?. Dikatakan sebagai tindak tutur direktif karena secara tidak langsung bentuk pertanyaan tersebut menyiratkan bahwa penjual meminta agar pembeli membeli ayam dagangannya dengan jumlah minimal satu kilogram. Tindak tutur direktif tersebut berada pada strategi kesantunan positif yang ditandai dengan fitur sapaan penanda keakraban yang terdapat pada tuturan Sayang. penggunaan sapaan tersebut menyiratkan bahwa penjual berusaha mendekatkan jarak antaranya dengan pembeli. Berdasarkan tingkat komposisi tingkat pengancaman muka, data ini memiliki fitur +D, -P, dan +R yang djelaskan pada uraian berikut ini a. +D menjelaskan bahwa terdapat jarak antara penjual dan pembeli b. –P menjelaskan bahwa otoritas penjual lebih rendah dibandingkan pembeli c. +R menjelaskan bahwa peringkat keterancaman pada topik penawaran barang memiliki nilai pengancaman muka yang tinggi. Penawaran barang merupakan strategi yang harus dikuasai oleh penjual untuk menarik minat pembeli untuk bertransaksi di kios atau lapak miliknya. Tinggginya peringkat pengancaman +R yang disertai dengan rendahnya otoritas yang dimiliki penjual -P dan terdapatnya jarak antara penjual dan pembeli +D, mengharuskan penjual untuk berhati-hati agar tidak melukai muka negatif pembeli dalam tindak tutur direktif tersebut. Sebagai upaya memperkecil potensi keterancaman, penjual menyisipkan penggunaan sapaan Sayang. Penggunaan sapaan tersebut merupakan upaya penjual untuk mengakrabkan diri kepada pembeli. Dengan menjalin komunikasi yang akrab, potensi keterancaman dapat dilunakkan. Selain itu, harapan penjual agar transaksi jual beli berjalan dengan baik dapat tercapai. Dengan demikian, substrategi penanda identitas kelompok merupakan upaya penjual untuk menarik simpati pembeli dengan berusaha mengakrabkan diri kepada pembeli.

4.1.2.4 Bergurau

Substrategi bergurau terdapat pada tuturan penjual daging ayam di Pasar tradisional Sidoharjo Lamongan yang diwujudkan dengan tindak tutur ekspresif. Tindak tutur tersebut terdapat pada data di bawah ini. Penjual : Tokna kabeh gak papa, tokna kabeh. ‘Keluarkan semua tidak apa-apa, keluarkan semua.’ Pembeli : tawa Penjual : Kurang lak ya mene ‘Kalau kurang bisa dibayar besok saja.’ 1-07-P5 Konteks: a. Deskripsi sosiokultural dan situasi: Percakapan berlangsung dengan suasana yang akrab. Tuturan dadi duwike pira iku? ‘jadi uangnya berapa?’ memiliki maksud bahwa pembeli menanyakan jumlah uang yang harus dibayar atas barang yang dibelinya. Tuturan tokno kabeh gak papa, tokno kabeh merupakan sebuah gurauan Keakraban penjual kepada pembeli ditandai dengan tuturan kurang lak ya mene ‘kalau kurang bisa dibayar besok saja’. Jika uang yang dibawa pembeli kurang, pembeli dapat membayar keesokan harinya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa keakraban di antara keduanya membuat penjual memberikan kepercayaan yang besar kepada pembeli. Pembeli dimudahkan oleh penjual atas kebijakan yang dibuat oleh penjual tersebut.