Peringkat Faktor Penentu Kesantunan pada Tuturan Penjual Daging
Konteks:
a. Deskripsi sosiokultural dan situasi: Pembeli berniat akan membeli setelah kilogram daging ayam. Harga setengah
kilogram daging ayam adalah Rp17.000,00 dan pembeli berusaha menawarnya menjadi Rp16.000,00
b. Otoritas: Pembeli lebih rendah daripada penjual pembeli penjual Hal tersebut dibuktikan dengan setengah, pitulas ‘setengah tujuh belas’ dan
nggeh pitulas ‘ya tujuh belas’ merupakan bentuk otoritas penjual dalam mengendalikan harga.
Data 2-21-SP1: Nembelas ya? ‘Enam belas ya?’ merupakan tindak tutur
direktif pembeli untuk mempengaruhi penjual agar menurunkan harga. Pembeli berusaha bertindak santun untuk meminimalkan keterancaman tersebut dengan
menggunakan strategi kesantunan negatif, bentuk pertanyaan. Penggunaan kesantunan negatif dalam tuturan tersebut, mengindikasikan bahwa pembeli
berusaha menunjukan sikap positif kepada penjual. Pembeli menginginkan agar permintaannya dipenuhi oleh penjual tanpa melukai muka penjual.
Menanggapi permintaan pembeli, penjual juga berusaha menunjukan kesantunannya dalam melakukan penolakan. Hal tersebut dibuktikan dengan
tuturan nggeh pitulas ta Bu, kula nembelas setengah yang merupakan bentuk pemberian alasan substrategi dari kesantunan positif. Penggunaan strategi
kesantunan positif dalam penolakan, mampu meminimalkan keterancaman muka pembeli. Dengan demikian, penjual tetap mempertahankan harga daging ayam
tanpa melukai muka pembeli. Uraian di atas berusaha menjelaskan pengaruh sikap pembeli terhadap
kemunculan kesantunan. Ketika pembeli bersikap kooperatif terhadap muka penjual, penjual akan membalasnya dengan sikap kooperatif pula. Sebaliknya
ketika pembeli tidak melakukan usaha penyelamatan muka, penjual akan
membalasnya dengan tuturan yang tidak santun yang mampu mengancam muka pembeli pula. Berikut data yang membuktikan pernyataan tersebut.
Penjual :
Wolu timbangane, ya wolu ya. ‘hasil timbangannya delapan, ya delapan ya.
Pembeli :
Ya, mendal-mendul iku. Ya, naik turun itu.
Penjual :
E, mendal-mendul silitmu timbangan anyar iki loh. E, naik turun pantatmu timbangan baru ini loh.
2-02-SP2
Konteks:
a. Deskripsi sosiokultural dan situasi: Percakapan terjadi pada waktu pagi hari dengan suasana yang cukup akrab.
Tuturan mendal mendul ‘naik turun’ menyatakan bahwa alat timbang milik penjual telah rusak sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Hal tersebut
dituturkan pembeli untuk memperoleh penurunan harga dari penjual.
b. Otoritas: Pembeli lebih rendah daripada penjual pembeli penjual Penjual menunjukan otoritasnya yang lebih besar dengan menunjukkan emosi
yang lebih besar dengan tuturan e, mendal-mendul silitmu ‘e, naik turun pantatmu’.
Data 2-02-SP2 berisi tuturan pembeli yang menginginkan penurunan harga dari penjual. Untuk memperoleh apa yang diinginkannya, pembeli
menuturkan ya, mendal-mendul iku. Tuturan tersebut memiliki maksud bahwa hasil timbangan penjual tidak akurat, oleh karenanya penjual harus menurunkan
harga daging ayam yang akan dibeli. Pembeli telah mengancam muka negatif penjual dengan permintaanya. Tidak ada usaha penghalusan dari pembeli untuk
meminimalkan pengancaman muka penjual. Penjual yang merasa telah diancam mukanya, juga melakukan serangan balasan untuk mengancam muka pembeli.
Hal tersebut dibuktikan dengan munculnya kemarahan penjual pada tuturan
mendal-mendul silitmu timbangan anyar iki loh. Pada akhirnya, pembeli mengakhiri pembicaraan tersebut sebagai responnya atas pengancaman muka
yang telah dilakukan oleh penjual.