Temuan Fungsi Kesantunan pada Tuturan Penjual

Penjual : Gak ana iku.. pithik loh mundhak akeh. Lapo aku goro. ‘Tidak ada itu.. ayam loh naik banyak. Kenapa saya berbohong.’ Pembeli : Timbangen pas setengah kilo. ‘Timbangkan pas setengah kilo.’ 2-28-JS2 Konteks: a. Deskripsi sosiokultural dan situasi: Pembeli yang merupakan pelanggan berniat untuk membeli setengah kilogram daging ayam. Harga daging ayam semula adalahRp.32.000,00 dan mengalami kenaikan menjadi Rp33.000,00 perkilonya. Pembeli menawarnya menjadi Rp15.000,00. Penjual pun menolak permintaan pembeli tersebut. b. Otoritas: Pembeli lebih rendah daripada penjual pembeli penjual Otoritas penjual lebih tinggi ditunjukkan dengan bentuk verbal Gak ana iku ‘tidak ada itu’ yang menandakan bahwa penjual memiliki kuasa yang besar dalam menolak keinginan pembeli. Data 2-28-JS2 Kok nembelas? Kekna limalas ae ya. ‘Mengapa enambelas? Kasihkan lima belas saja.’ menandakan bahwa muka pembeli dalam kondisi terancam atas kabar kenaikan harga. Selanjutnya, data Gak ana iku.. pithik loh mundhak akeh. Lapo aku goro. ‘Tidak ada itu.. ayam loh naik banyak. Kenapa saya berbohong.’ merupakan upaya pembeli mengurangi keterancaman wajah dengan strategi kesantunan positif, memberikan alasan. Timbangen pas setengah kilo ‘Timbangkan pas setengah kilo.’ mengindikasikan bahwa strategi kesantunan positif yang dilakukan oleh penjual berhasil menyelamatkan muka pembeli dari keterancaman sehingga tuturan penjual dapat dikategorikan sebagai tuturan yang santun. Data di atas memiliki fitur –D, +P, +R, yang diuraikan sebagai berikut a. –D menjelaskan bahwa tidak ada jarak antara penjual dan pembeli b. +P menjelaskan bahwa otoritas penjual lebih tinggi c. +R menjelaskan bahwa peringkat keterancaman muka pada topik penawaran harga memiliki tingkat yang tinggi. Dengan fitur –D, +P, +R, strategi kesantunan positif yang dilakukan oleh penjual mampu menyelamatkan muka pembeli. Hasil pengklasifikasian fitur pada kedua data di atas menghasilkan perbedaan pada status jarak antara pembeli. Data 2-25-JS1 memiliki fitur terdapat jarak antara penjual-pembeli. Sedangkan, data 2-28-JS2 memiliki fitur tidak ada jarak antara penjual-pembeli. Dengan perbedaan status D jarak antara penjual-pembeli, mampu mempengaruhi kesantunan yang terdapat pada tuturan penjual. Pelanggan memiliki pemahaman atas kondisi sosiokultural yang melatarbelakangi terjadinya tuturan pada transaksi jual beli. Hal tersebut membuat keterancaman muka pembeli dengan mudah diatasi. Namun sebaliknya, ketidakpahaman pembeli biasa atas kondisi sosiokultural, membuat daya pelunakan yang dilakukan oleh penjual tidak mampu menyelamatkan muka pembeli dari keterancaman.

4.2.2 Kedudukan

Faktor kedudukan ini terkait dengan otoritas yang dimiliki oleh penjual dan pembeli daging ayam di Pasar tradisional Sidoharjo Lamongan. Faktor kedudukan penjual ditentukan dengan kondisi otoritas tinggi, otoritas sejajar, dan otoritas rendah. Otoritas tinggi terjadi manakala permintaan pembeli yang tinggi sehingga penjual memiliki daya untuk mengendalikan transaksi jual beli. Otoritas sejajar terjadi manakala permintaan pembeli yang sedang sehingga penjual dan