BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Sebelumnya
Penelitian kesantunan dalam masyarakat tutur bahasa Jawa pernah dilakukan oleh Sudartini 2010. Sudartini dalam penelitiannya menggunakan
teori kesantunan Brown dan Levinson untuk menelaah pola wanita Jawa dalam berbicara. Menurut Sudartini, wanita Jawa pada umumnya menggunakan pola
kesopanan positif dan negatif. Pola kesopanan positif digunakan untuk mengakrabkan pembicaraan antara penutur dengan lawa tutur. Pola kesopanan
negatif direalisasikan dalam penggunaan kata maaf. Konsep kedudukan wanita Jawa sebagai second sex membuat wanita kurang percaya diri dalam
mengungkapkan ide dan gagasanya. Penelitian kesantunan dalam masyarakat tutur bahasa Jawa pernah
dilakukan oleh Masfufah 2010. Masfufah dalam penelitiannya menggunakan teori kesantunan Leech 1983 dan teori kesantunan Brown dan Levinson 2000
untuk menganalisis kesantunan bentuk tuturan direktif di lingkungan SMA Negeri 1 Surakarta. Dari hasil penelitiannya tersebt, ia menemukan bahwa siswa dan guru
di lingkungan SMA Negeri 1 Surakarta mematuhi enam maksim dalam tututran direktifnya. Selain itu, strategi kesantunan positif dan negatif dilakukan untuk
menjaga muka mitra tuturnya. Kesantunan tersebut dipengaruhi oleh faktor kebahasaan dan nonkebahasaan. Faktor kebahasaan meliputi pemakaian diksi
yang tepat, gaya bahasa yang santun, dan struktur kalimat yang baik dan benar.
Faktor nonkebahasaan meliputi topik, konteks situasi, dan pranata sosial budaya masyarakat.
Penelitian kesantunan dalam masyarakat tutur bahasa Jawa juga pernah dilakukan oleh Wajdi 2013. Wadji dalam penelitiannya menerapkan teori sapaan
Brown dan Gilman 1960 dan teori diglosia Ferguson 1959 untuk menganalisis pola, faktor yang mempengaruhi kesantunan, dan dinamika penggunaan tingkat
tutur bahasa Jawa di Magelang. Dalam penelitiannya tersebut ia menemukan bahwa kesantunan bahasa Jawa adalah kontrak sosial sebagai pengakuan atas
adanya kelas sosial atas dan kelas sosial bawah. Selain itu, Wajdi juga merumuskan bahwa terdapat tiga tipe kesantunan dan komunikasi yang terdapat
pada kesantunan bahasa Jawa. Penelitian kesantunan dalam masyarakat tutur bahasa Jawa juga pernah
dilakukan oleh Rahardini 2013. Rahardini menggunakan konsep kesantunan yang dikemukakan oleh Gunarwan 2005 untuk menelaah interaksi guru dan
siswa dalam pembelajaran bahasa Jawa di SMPN 1 Banyumas. Dari hasil analisisnya ia menemukan bahwa guru dan siswa mematuhi prinsip-prinsip
kesantunan, yakni prinsip kebijaksanaan, formalitas-tepa selira, penghargaan dan kerendahan hati-andhap asor, dan ketidaklangsungan. Selain itu, penelitian ini
juga menemukan bahwa untuk meningkatkan nilai kesantunan dapat dilakukan dengan memperhatikan penggunaan unggah-ungguh bahasa yang tepat sesuai
dengan konteks tuturannya. Penelitian mengenai kesantunan pada masyarakat tutur bahasa Jawa juga
terdapat pada penelitian Lestari, dkk 2016. Lestari, dkk mengkaji kesantunan