Peran Sutan Sjahrir dalam Dinamika Politik Indonesia

underdeveloper negeri yang masih tebelakang baru bebas dari penjajahan. Maka dari itu partai sosialisme Indonesia ingin memperjuangkan setiap derajat kemanusiaan dan menghormati hak-hak kemanusiaan agar bisa menjadi negeri yang developed atau sudah maju, melalui sosialisme kerakyatan sebagai faham ideologi partai sosialisme Indonesia ini. “…Sosialisme yang kita cita-citakan, sosialisme yang sungguh, yang tiada lagi memungkinkan tindasan dan hisapan oleh manusia terhadap sesame manusia, Sosialisme yang menjamin kesentausaan, kemakmuran serta kemajuan manusia, tiada dapat diwujudkan dengan manusia yang masih bersifat budak dan diperlakukan sebagai budak” 122 Peranan Partai Sosialis Indonesia di Indonesia adalah untuk memajukan bangsa Indonesia dari segala bentuk yang berbau penindasan atau perbudakan yang sudah ada di Indonesia sejak zaman colonial. Partai Sosialis Indonesia juga memperjuangkan hak dan kewajiban masyarakat Indonesia dan setiap warga Indonesia agar dapat mendapatkan hak-hak yang sama dan memunculkan adanya pemerataan di dalam masyarakat, agar tidak terjadi kesenjangan antara masyarakat Indonesia, dilakukan nya pemerataan agar setiap masyarakat bisa Maka bisa dikatakan bahwa tugas Partai Sosialis Indonesia adalah untuk mengajak seluruh rakyat Indonesia pada masa itu agar mempersiapkan diri guna melakukan pembelaan dan perbaikan kondisi dan menuju kemajuan di dalam segala aspek kehidpuan. Usaha yang pertama kali haru di lakukan untuk mencapai tujuan ini adalah membangun masyarakat untuk sadar terhadap hak-haknya sebagai masyarakat. Dan membagun masyarakat yang berderajat serta bertanggung jawab atas kewajiban dan kebebasan yang dimiliknya sebagai masyarakat.

3.3. Peran Sutan Sjahrir dalam Dinamika Politik Indonesia

122 Ibid, hal. 126 bersatu untuk membentuk sebuah bangsa dan negara, dengan melupakan perbedaan-perbedaan yang ada, karena masyrakat Indonesia itu memiliki beragam budaya, suku-suku, dan bahasa. Keanekaragaman ini yang ingin disatukan oleh Partai Sosialis Indonesia melalui paham partai itu yaitu Sosialisme Keraykatan untuk mewujudkan suatu masyarakat yang mendapatkan keadilan sosial dan kesempatan yang sama bagi setiap orang untuk hidup dan berkembang. Partai Sosialis Indonesia yang di ketuai oleh Sutan Sjahrir dan anggotanya selain memperjuangkan rakyat Indonesia dari segala hal bentuk perbudakan dan dan penindasan yang terjadi di kalangan masyarakat, Sutan Sjahrir juga menanamkan rasa Nasionalisme kepada rakyat Indonesia agar dapat mencapai sebuah tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia. Pada jaman pendudukan tanah air oleh Jepang, niali-nilai Barat yang dibawa oleh Belanda tidak lagi dipandang berharga. Saat itu Nasionalisme dipandang sebagai nilai yang paling baik, paling sesuai untuk memenuhi kebutuhan bangsa. 123 Pembagunan bangsa menurut Sutan Sjahrir tidak dapat dilakukan secara totaliter seperti negara di belakang tirai besi. Pembagunan bangsa harus didasarkan kepada kesadaran dan keinginan rakyat terhadap perbaikan dan kemajuan. Dengan demikian pembaguna harus dilaksanakan atas dasar kebebasaan dan kerakyatan. Pada masa zaman penjajahan berkorban demi bangsa bukanlah merupakan hal yang merugikan tetapi merupakan suatu yang sangat berharga bagi bangsa karena moral kehidupan bangsa lebih menjunjung tinggi pengorbanannya untuk membagun sebuah bangsa yang di cita-citakan oleh rakyatnya sendiri. 124 123 Ibid., hal. 97 124 Ibid., hal. 102 Dalam melaksanakan pembagunan sebuah bangsa pemerintah bukan sebagai pemaksa tetapi berfungsi sebagai pedoman dan penjamin terhadap masyarakat agar terpenuhi kepentingan bersama rakyat. Karena kepentingan bersama ini merupakan kepentingan yang harus di dahulukan daripada kepentingan pribadi atau perorangan. Bagi Sutan Sjahrir yang terpenting dalam pembagunan bangsa Indonesia adalah pembagunan ersebut didasarkan kepada kehendak rakyat. Selain itu tujuan pembagunan tersebut untuk kepentingan rakyat Indonesia secara keseluhan. 125 Partai Sosialisme Indonesia juga menerima sejumlah para pemikir bebas untuk menjadi kader mereka seperti, Subadio Sastrosatomo, Djohan Sjaroezah, dan Sitorus mereka adalah orang-orang yang netral dan telah banyak mempengaruhi pemikiran sosial partai itu baik dari luar maupun dari dalam. Walaupun Sjahrir yang berusia 43 tahun dan sudah terjun ke dunia politik pada saat itu banyak menyumbangkan ide-ide yang sangt penting bagi perkembangan ideologi dan program Partai Sosialisme Indonesia. Meskipun terdapat perbedaaan Tanggal 21 November 1948 Sutan Sjahrir menyatakan Partai Sosialisme Indonesia harus menekankan kepada kader-kadernya harus mempunyai jiwa sosialis yang tinggi agar dapat memahami arti sebenarnya dari sosialisme dan cara penerapan sosialisme di Indonesia, hal ini disebabkan karena cara sosialisme yang di bawa oleh Sjahrir berbeda dengan sosialisme yang berada di eropa, maka dari itu menanamkan jiwa sosialisme kepada kader-kader baru itu sangat penting, mengingat bahwa partai sosialisme Indonesia yang baru berdiri pada tahun 1948 ini pecahan dari Partai Sosialisme. Sebab dari itu anggotanya pun terbagi menjadi dua ada yang menikuti Sjahrir dengan partai Sosialisme Indonesia dan ada yang mengikuti Amir Sjariffudin dengan Partai Komunisme. Pasca dibubarkannya PKI oleh Presiden Soekarno karena Partai ini banyak memberikan perlawanan dan pemberontakan disejumlah wilayah di republik Indonesia. Tetapi menurut Sjahrir di bubarkannya PKI hanya menghilangkan sebagian ancaman dari totalitarianisme dan cara yang paling cepat dan tepat untuk menghilangkan rasa ancaman ini adalah dengan melatih individu-individu secara politik agar dapat membedakan sertabertindak berdasarkan kemapuan individu itu sendiri. 125 Ibid., hal. 102-103 pendapat antara para pemimpin partai dengan Sutan Sjahrir tetapi landasan politik dan ideologinya cocok dengan Sjahrir dalam memahami gagasan-gagasan tersebut, berarti punya suatu pengetahuan umum tentang orientasi dasar partai itu secara keseluruhan. Tujuan Sjahrir untuk menghapuskan rasa feodalistis dari masyarakat Indonesia terutama dari golongan bagsawan lama di Indonesia, karena para bangsawan sangat berkuasa di setiap daerah di Indonesia. Dan Sjahrir percaya bahwa jika Sosialisme yang akan dicanangkan itu sedapat mungkin didesentralisasi dan diatur secara setempat, akan lebih jauh lebih baik bagi Indonesia. 126 Karena dengan adanya bahaya ini dank arena keyakinan kuat akan adanya kekuatan demokratis rakyat Indonesia, Sjahrir dan pemimpin yang lainnya mendesak agar usaha-usaha partai mereka dibaktikan kepada pendidikan politik karena hal yang paling ditakuti oleh Sutan Sjahrir adalah totaliterisme dan otoriterisme yang akan menguasai Indonesia jika hal ini tidak di hapuskan dari masyarakat, karena dengan adanya warisan dari masa kolonialisme yaitu mentalitas otoriter yang feodalistis di kalangan banyak orang Indonesia. Menurut Sjahrir dengan adanya rasa feodalistis yang di wariskan oleh colonial dapat dengan mudah di manfaatkan oleh kaum komunis pada masa itu, karena sifat pemerintahan yang otoriter sangat cocok dengan kaum komunis yang hanya memperbolehkan satu partai saja yang boleh berkuasa di suatu negara. Maka dengan itu kaum komunis bisa membentuk sebuah partai yang kuat yang sejalan dengan aliran-aliran otoriter dan sangat cocok dengan sifat warisan yang sudah di turunkan dari masa kolonial, dan yang menjadi sasaran bagi kaum komunis untuk mengembangkan partai ini dalah para bangsawan lama karena di dalam diri mereka telah mendarah daging suatu otorieriesme. Hal-hal ini yang sangat ditakuti oleh Sutan Sjahrir Indonesia terjerumus kedalam sistem pemerintahan yang bersifat otoriterisme. 126 George Mac Trunan Kahnin, Op,cit, hal. 407 rakyat. 127 Tujuan dari pendidikan politik ini untuk membuat masyarakat matang secara politik dan agar dapat memahami apa itu politik, dan juga membuat masyarakat agar bisa berpikir secara kritis serta kaya akan keampuan analisis dan dapat bebas menilai masalah-masalah politik yang sedang terjadi pada masa itu. Sutan Sjahrir dan para pemimpin partai sosialis Indonesia lainya berusaha keras agar tidak membangun partai massa dengan pengikut yang buta akan pemahaman politik dan tidak berpikir secara kritis maka dari itu Sutan Sjahrir memberikan pendidikan politik kepada masyarakat agar dapat memahami politik. Sebaliknya, mereka telah berusaha membentuk kader-kader yang berkeyakinan dan membentuk kaum sosialis Indonesia yang cerah, yang bertindak tidak hanya atas perintah-perintah dari atas atau berjalan secara doktrik dogmatis. 128 Bagi Partai Sosialis Indonesia, kabinet Hatta dapat diterima sebagai alat atau uitkomst Jalan untuk mengatasi dan selanjutnya menghindarkan berbagai Partai Sosialis Indonesia bukanlah partai yang besar pada masa 1950-an karena sifat partai ini adalah hanya sebagai partai kader saja buka partai massa, berbanding terbalik pada masa pasca kemerdekaan Indonesia dimana Partai Sosialis adalah partai yang besar karena sistem pemerintahan Indonesia pada awal-awal kemerdekaan adalah parlementer dan Sutan Sjahrir yang menjadi Perdana Menteri nya, dan kabinet ini dinamai kabinet Sjahrir dan anggota-anggota nya pun sebagaian besar dari Partai Sosialis, Partai Sosialis pun mendominasi awal pemerintahan Republik Indonesia dengan kabinet Sjahrir pertama hingga yang ke tiga. Setelah Sutan Sjahrir tidak menjabat lagi sebagai Perdana Menteri Sjahrir pun hilang kekuasaan dalam perpolitikan Indonesia dan ia pun mendirikan sebuah partai kecil yang masih beraliran Sosialisme yaitu PSI Partai Sosialis Indonesia, pada masa pembentukannya PSI tidak begitu banyak berperan, dan juga tidak bisa memasukan anggota nya pada Kabinet Hatta. 127 Ibid, hal. 408 128 Ibid, hal. 408 krisis dalam Negara Republik Indonesia. 129 Setelah Kabinet Hatta dibubarkan Mohammad Natsir dan Partai Masjumi nya mengajukan format kabinet kepada Presiden Soekarno pada tanggal 6 September 1950. Di dalam kabinet Natsir ini Partai Sosialis Indonesia ikut berperan dengan memasukan dua anggota nya kedalam kabinet Natsir yaitu, Mr. Tandjono Manu sebagai Menteri Pertanian, Dr Sumitro Djojohadikusumo Menteri Perdagangan dan Industri, dan Harsono Tjokroaminoto Menteri Negara. Tetapi Harsono Tjokroaminoto mengundurkan diri dari kabinet Natsir pada tanggal 31 Desember 1950. Kabinet Natsir jika dilihat dari struktur anggotanya lahir berdasarkan kerjasama koalisi antara Masjumi dan PSI, Pada masa kabinet Natsir Presiden Soekarno tidak menerima perannya sebagai Presidenhanya sebagai lambang konstitusional saja. Pada kabinet Natsir ini muncul isu politik baru tentang Irian Barat. Dari sudut pandang Indonesia, merupakan hal yang penting bahwa Irian Barat menjadi milik Indonesia sesuai dengan Konfrensi Meja Bundar pada tanggal 21 Desember 1950 yang merupakan akhir dari 12 bulan kekuasaan Belanda di Irian Barat. Walaupun PSI tidak bisa memasukan anggotanya kedalam Kabinet Hatta tetapi PSI tetap mendukung Kabinet Hatta untuk mengatasi krisis-krisi politik yang telah diakibatkan oleh Kabinet Amir Sjarifuddin. 130 Pada tanggal 21 maret 1951 kabinet Natsir berhenti karena parlemen menyampaikan mosi tidak percaya kepada pimpinan kabinet dan Moh Natsir pun menyerahkan mandatnya kepada presiden Soekarno, lima hari setelah penyerahan mandat kabinet Natsir kepada Presiden, Soekarno meminta kepda Mr. Sartono meminta membentuk suatau kabinet baru dengan basis yang luas. Dan Mr. Sartono pun berkoalisi dengan Partai Masjumi untuk membentuk sebuah kabinet Bagi Presiden Indonesia Soekarno Irian Barat menjadi perhatian utamanya dan masalah Irian Barat ini selalu disinggung oleh Soekarno dalam setiap pidato-pidato nya di daerah. 129 P.Y Nur Indro, Op.cit Hal, 136 130 Ibid, Hal. 139 yang di berinama Kabinet Sukiman, pemimpin kabinet ini adalah Dr. Sukiman Wirjosandjojo. Pada kabinet ini PNI berkoalisi dengan Masjumi tetapi pada golongan Natsir dalam Masjumi dan PSI tidak diikutsertakan dalam kabinet ini, meskipun PSI tidak ikut serta dalam kabinet Sukiman, PSI menetang perjanjian kemanan bersama MSA-Mutual Securtiy Agreement dengan Amerika Serikat, tidak setuju partisipasi Indonesia dalam konferensi San Fransisco mengenai soal Jepang, tidak mendukung tindakan pemerintahan terhadap serikat buruh. 131 Pada masa kabinet Wilopo ini terjadi peristiwa 17 Oktober 1952 yang menjadi pemicunya adalah pemilu yang tertunda-tunda yang dianggap hanyalah taktik DPRS untuk mempertahankan keadaan yang makin parah. Konflik intern militer dan partai-partai menajam, korupsi meluas, dan keadaan keamanan memburuk. Ditambah dengan kepercayaan Soekarno terhadap pimpinan Angkatan Darat A.H Nasution, sehingga A.H Nastion pun dipecat dari jabatannya beserta tujuh panglima daerah yang melakukan delegasi terhadap Presiden Soekarno yang mendesak untuk membubarkan parlemen. Yang menjadi penyebab konflik antara militer dan pemerintah ini adalah kaum Politisi ikut campur tangan dalam urusan masalah intern Angkatan Perang Republik Indonesia APRI. Selain terjadinya tuntutan militer untuk membubarkan parlemen, terjadinya aksi demonstrasi rakyat Setelah gagalnya kabinet Sukiman dibentuklah kabinet baru yaitu kabinet Wilopo dan pada tanggal 30 Maret 1952 kabinet ini berhasil dibentuk berdasarkan kesatuan dan orientasi politik yang bersifat umum, PSI pun menyumbangkan dua orang menteri pada kabinet Wilopo yaitu Mr. Lukman Wriadinata sebagai Menteri kehakiman dan Dr. Sumitro Djojohadikusumo sebagai Menteri Keuangan. Kabinet Wilopo ini berdasarkan kerjasama Masjumi, PNI dan PSI pada masa kabinet ini terjadi perpecahan di kubu Masjumi yang dikarenakan oleh Menteri Agama bukanlah Wahid Hasyim pecahnya Masjumi melahirkan NU Nahdatul Ulama. 131 Rosihan Anwar, Soebadio Sastrosatomo Pengemban Misi Politik, Jakarta : Pustaka Utama Grafiti 1995, Hal. 168 di depan Istana memperkuat tuntutan tersebut, tapi tidak diindahkan oleh Soekarno yang megatakan dia tidak mau jadi diktator. 132 Selama menjadi Perdana Menteri Indonesia juga sekaligus menjadi Menteri luar Negeri dan juga Menteri Dalam Negeri, Sutan Sjahrir pernah Setelah Soekarno berpidato didepan para demonstran dan pidato tersebut berhasil meredam amarah para demonstran dan para tentara yang datang ke Istana, setelah kejadian yang terkenal dengan disebut peristiwa 17 Oktober 1952, A.H Nasution pun diberhentikan sebagai kepala staf Angkatan Darat, PSI sering disebut-sebut sebagai dalang dari peristiwa ini, isu-isu politik yang menjadikan PSI sebagai penyebab utama dari peristiwa ini disengaja oleh PKI guna menghadapi PSI dalam Pemilu pada tahun 1955. Setelah masa Kabinet Wilopo kabinet berikutnya di pimpin oleh Mr. Ali Sastroamidjojo kabinet ini didominasi oleh dua partai yaitu PNI dan NU, Masjumi dikesampingkan dan PSI juga tidak masuk kedalam kabinet karena beredar isu politik yang mengatakan bahwa PSI adalah dalang dari peristiwa 17 Oktober 1952. Semasa kabinet Ali suatu agenda politik sukses dijalankan yaitu Konferesnsi Asia-Afrika yang diadakan di Bandung pada tanggal 18 April 1955, diluar Jawa terjadi pemberontakan yang di pimpin oleh Teuku Daud Beureueh berserta pengikutnya dalam PUSA Pusat Ulama Seluruh Aceh pemberontakan ini menyatakan bahwa Aceh sebagai daerah Darul Islam selain di Aceh pemberontakan yang sama juga diikuti di berbagai daerah seperi Jawa Barat dan Sulawesi Selatan gerakan-gerakan Darul Islam ini terus meningkat di masa Kabinet Ali. Di pihak militer mereka berhasil menyelesaikan urusan internnya sehingga diadakan konferensi du Yogyakarta untuk menuntaskan peristiwa 17 Oktober 1952, dan kabinet Ali mengangkat Banbang Utoyo sebagai Kepala Staf Angkatan Darat yang baru menggantikan A.H Nasution.

3.4. Peran Sjahrir dan PSI dalam hubungan internasional