2.7 Sjahrir Sebagai Perndana Menteri Indonesia Kedua Kalinya
Dalam sidang KNIP tanggal 28 Februari 1946 yang dipimpin oleh Mr. Assaat terjadilah perdebatan yang sengit antara Pemerintah Kabinet Sjahrir dengan
Persatuan Perjuangan yang sebagai oposisi, yang berakibat jatuhnya Kabinet Sjahrir 1 pada hari itu juga.
96
Tanggal 3 Maret 1946 Kabinet baru yaitu Kabinet Sjahrir II telah membentuk dan merupakan Kabinet koalisis luas longgar karena bukan dua atau tiga partai
saja yang akan masuk dalam kabinet tetapi banyak Partai, sehingga hampir menyerupai Kabinet Nasional di antaranya PSI, PSII, Masyumi, Perwari,
Parkindo dan Bandan Kongres Pemuda. Di samping itu terdapat beberapa Menteri yang tidak berpartai. Kabinet ini dilantik pada tanggal 12 Maret 1946.
Pada Tanggal 2 Maret 1946 Sutan Sjahrir ditunjuk kembali oleh Soekarno untuk membentuk kembali Kabinet baru, stelah Persatuan Perjuangan tidak
mampu menjalankan mandat untuk membentuk kabinet baru. Dan setelah disetujui oleh KNIP akhirnya Sjahrir menyetujui untuk membentuk kabinet baru
dengan menetapkan anggota kabinet baru ini bersama Soekarno dan Hatta.
97
Kabinet Sjahrir II mempunyai program kerja yaitu:
98
1. Berunding atas dasar pengakuan Republik Indonesia Merdeka 100
2. Mempersiapkan rakyat negara di segala lapangan politik, ketentaraan,
ekonomi, dan sosial untuk mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia.
3. Menysusn Pemerintahan Pusat dan Daerah yang demokratis.
4. Berusaha segiat-giatnya untuk menyempurakan pembagaian makanan dan
pakaian.
96
Ibid, hal. 38
97
Ibid,hal. 39
98
Ibid, hal. 41
Universitas Sumatera Utara
5. Tentang perusahaan dan perkebunan hendaknya oleh pemerintah diambil
tindakan-tindakan seperlunya hingga memenuhi maksud sebagai termaktub dalam UUD pasal 33
2.6.2. Tantangan Yang Dihadapai Kabinet Syahrir II
Pada kabinet Sjahrir ke-2 ini banyak tantangan-tanagan yang dihadapai oleh kabinet ini, kebanyakan tantangan itu datang dari pihak Belanda yang ingin
menjajah kembali Indonesia. Belanda berusaha terus untuk menjatuhkan Pemerintahan Indonesia dan
menjajah kembali negeri ini. Timbullah peperangan yang berlarut-larut antara lain:
99
1. Peperangan anara tentara Belanda dengan TRI dan Lasykar rakyat lainnya
masih terus berjalan seperti Bandung, Bali, Medan,Lombok, Sulawesi dan tempat-tempay yang lain. Di Surabaya berkecamuk perang lagi 19 Juli
1946 Belanda dibantu Sekutu dan juga membawa tentara GHURKA dari India yang waktu itu dijajah oleh Inggris.
2. Di samping peperangan Belanda juga melaksanakan politik memecah-
belah Devide et Impera; seperti: Belanda melaksanakan Konferensi Malino15 Juni 1946 dipimpin Van Mook. Utusan yang datang 36 orang
Sedangkan permasalahan di dalam negeri datang dari kelompok Tan Malaka yang menetang politik diplomasi dengan Belanda dan meculik Sjahrir di Solo, 27
Juni 1946.
100
99
Ibid, hal. 43
100
H. Rosihan Anwar, Op.cit, hal. 76
Pada saat terjadinya masa krisis di Indonesia, di mana sang Perdana Menteri telah diculik, maka Presiden Soekarno turun mengambil ahli sementara
selama masa krisis ini berlangsung. Pada tanggal 30 Juni 1946 Soekrano berpidato melalui radio, mengecam penculikan Sjahrir dan menuntut pembebasaanya, ia
Universitas Sumatera Utara
mengatakan bahwa apa pun maksud baik yang mendorong penculikan itu, tindakan itu salah dan melemahkan kedudukan Republik Indonesia dalam
menghadapai musuh Belanda. Ia selanjutnya menyatakan, bahwa sejak tangga 28 Juni telah mengambil tampuk pimpinan pemerintah.
101
Akhir dari Kabinet Sjahrir II ini karena adanya bahaya akibat Perdana Menteri diculik oleh gerombolan penculik Persatuan Perjuangan dan kekuasaanya di
ambil alih oleh Presiden Soekarno. Kabinet domisioner ini terus dipimpin oleh Presiden Soekarno sendiri sampai tanggal 2 Oktober 1946 yaitu sampai keadaan
darurat hilang dan muncul kabinet baru yakni Kabinet Sjahrir III. Dan dua hari kemudian
setelah pidato Presiden Soekarno, Sjahrir pun dibebaskan di desa Paras, di lereng Gunung Merbabu, dan kemudian ia dibawa ke Yogyakarta dan kembali ke
Jakarta. Peristiwa penculikan terhadap Sjahrir telah diketahui oleh rakyat Indonesia
pada masa itu, malalui berita dari Kantor Berita ANTARA pada tanggal 6 Juli 1946, yang memberitahukan bahwa penculikan itu adalah perbuatan Tan Malaka,
Mr.A. Subarjo, Mr. Iwa Kusuma Sumantri, Suakrni, dan Mr, Muhammad Yamin. Yang sebelumnya telah diketahui oleh pemerintah. Pada saat masa tahanan Tan
Malaka masih diberi kebebasan bergerak, dan para tahanan ini berhasil membujuk Jenderal Mayor Sudarsono untuk melakukan kudeta. Tanggal 3 Juli 1946 Jendral
mayor Sudarsono mengadakan Kudeta Komplotan itu masuk ke Istana Kepresidenanan untuk membubarkan Kabinet Sjahrir II dan mengajukan Susunan
Kabinet baru untuk ditandatangani oleh Presiden. Tetapi Presiden Soekarno menolak mendandatangani dan para pelaku Kudeta langung ditanggkap. Maka
dengan pengambilan alih Kabinet Sjahrir oleh Presiden Soekarno berakhirlah Kabinet Sjahrir II.
102
101
Aboe Bakar Loebis, Kilas Balik Revolusi – Kenangan, Pelaku dan Saksi, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1992, hal. 162
102
Bibit Suprapto, Op.cit. hal. 49
Universitas Sumatera Utara
2.8. Sutan Sjahrir menjadi Perdana Menteri ke Tiga Kalinya