2.8. Sutan Sjahrir menjadi Perdana Menteri ke Tiga Kalinya
Sejak tanggal 28 Juni 1946 Kabinet Sjahrir II secara yuridis telah domissioner karena kepala pemerintahan diambil alih oleh Presiden dari tangan Perdana
Menteri Sutan Sjahrir, karena Sutan Sjahrir diculik oleh gerombolan tidak dikenal pada tanggal 27 Juni 1946.
103
Pada tanggal 2 Oktober 1946 itu Sutan Sjahrir menerima kembali kekuasaan negara ia kembali menjadi kepala pemerintahan
Perdana Menteri. Ia menyusun kembali kabinetnya yang diberi nama Kabinet Syahrir III dan sekaligus merupakan kabinet keempat di negeri Indonesia. Sutan
Sjahrir merombak menteri-menterinya diganti dengan orang-orang baru. Kabinet ini merupakan Kabinet Parlementer yang tetap bertanggung jawab kepada
parlemen yaitu KNIP.
104
Setelah delegasi Repulik Indonesia dan delegasi Belanda bebeapa kali melakukan perundingan, maka perundingan ronde terakhir untuk menyepakati
rancangan persetujuan diselenggarakan di tempat peristirahatan Linggarjati, di Keresidenan Cirebon, Jawa Barat.
Kabinet Sjahrir III ini juga melaksanakan politik dengan perusahaan Belanda untuk mencapai perdamaian, maka pada tanggal 7 Oktober 1946 di adakan
pertemuan pertama antara Indonesia dengan Belanda. Dari Indonesia di wakili oleh Sutan Sjahrir sendiri dan dari Negeri Beanda diwakili oleh Prof.
Scermerhorn. Dan pertemuan itu dipimpin oleh Lord Killern dari Inggris, dalam perundingan ini menekankan atas dasar pengakuan kedaulatan 100 atas
Indonesia dan persiapan rakyat serta negara Indonesia dalam bidang politik, militer, ekonomi, dan sosial untuk mempertahankan kemerdekaan Republik
Indonesia, usulan dari pihak Belanda untuk menjadikan Indonesia menjadi negara bagian dari Belanda ditolak oleh Sutan Sjahrir.
105
103
Ibid, hal. 50
104
Ibid, hal. 50
105
H.Rodihsn Anwar, Op.cit, hal. 75
Perjanjian Linggarjati ini adalah perjanjian yang menguntungkan bagi pihak Belanda. Hasilnya dianggap terlalu
Universitas Sumatera Utara
kompromistis. Linggarjati memutuskan, wilayah Indonesia secara de facto hanya Jawa dan Sumatera, dan Indonesia kemudian menjadi Republik Indonesia Serikat
yang tergabung dalam Uni Indonesia Belanda. Setiap perundingan pasti ada yang pro dan kontra begitu pula hasil
perundingannya. Karena persetujuaan Linggarjati ini diuat antar Negara, maka harus ada Ratifikasi dulu dari masing-masing parlemen. Maka dalam sidangnya
KNIP di Malang tanggal 25 Februari 1947 golongan yang kontra kalah, sehingga keputusan sidang itu 25 Februari 1947 – 6 Maret 1947 adalah sebagai berikut.
106
1. Menerima baik Peraturan Presiden No. 6 yang dulunya ditolak oleh
BPKNIP isinya penambahaan anggota KNIP 2.
Member kepercayaan kepada kebijaksanaan pemerintah 3.
Menyetujui penandatanganan perjanjian Linggarjati.
2.8.1. Tantangan Yang Diahadapi Kabinet Sjahrir III
Tantangan-tantangan yang dihadapi oleh kabinet Sjahrir III ini datang dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Tantagan yang datang dari dalam negeri banyak
berasal dari lawan-lawan politik Sutan Sjahrir. Apalagi dengan adanya perjanjian Linggarjati yang ditandatangani oleh Sutan Sjahrir dan Scermerhorn. Yang
menimbulkan golongan Pro dan Kontra di kalangan politisi Indonesia. Golongan yang Pro dengan perjanjian Linggarjati adalah:
107
1. Partai Komunis Indonesia PKI yang dipimpin Alimin
2. Partai Sosialis yang dipimpin oleh Amir Syarifuddin dan Sutan Sjahrir
sendiri 3.
Partai Tani
106
Bibit Suprapto, Op.cit, hal. 55
107
Ibid, hal. 56
Universitas Sumatera Utara
Di samping golongan yang Pro dengan perjanjian Linggarjati ini ada juga golongan yang Kontra terhadap Perjanjian ini. Walaupun pada Kabinet Sjahrir III
ini kelompok Persatuan Perjuangan yang dipimpin oleh Tan malaka sudah tidak ada lagi. Tetapi Sutan Sjahrir mendapat lawan baru yang tidak menyetujui
perjanjian Linggarjati, kelompok ini ialah:
108
1. PNI dalam pernyataanya 28 November 1946
2. Benteng Indonesia yang dibentuk tanggal 8 Desember 1946 terdiri dari
atas partai-partai dan golongan-golongan atau organisasi lainnya yang tidak setuju dan menentang naskah Linggarjati. Anggotanya ialah: PNI,
Masyumi, BPRI, Lasykar Rakyat Jawa Barat, Partai Wanita Rakyat, Akoma, Partai Rakyat, Barisan Bentang, KRIS Kesatuan Rakyat
Indonesia Sulawesi. Selain tantangan yang dihadapi dari dalam negeri, Kabinet Sjahrir III juga
mendapat tantangan dari luar negeri terutama dari pihak Belanda yang ingin menjajah Indonesia Khususnya pada bagian Indonesia luar Jawa seperti
Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Irian, karena daerah ini tidak masuk kedalam perjanjian Linggarjati, maka dengan itu Belanda ingin menjajah kembali bagian
dari luar pulau Jawa.
Dalam sidang kabinet tanggal 25 Juni 1947 di Yogyakarta, timbul perselisihan pendapat antara partai-partai yang semulanya mendukung Sjahrir dalam
Perjanjian Linggarjati. Akibat perselisahan dalam sidang kabinet tersebut partai- partai yang awalnya mendukung Sjahrir, sekarang tidak mendukung lagi dan
sehingga menimbulkan perdebatan yang sengit dan timbul resolusi. Kedaan suhu politik Indoesia semakin gawat.
108
Ibid, hal. 56
Universitas Sumatera Utara
Pada tanggal 26 Juni 1947 setelah adanya resolusi dari partai-partai dalam kabinet itu sendiri yang asalnya mendukung Sjahrir, yang dipimpin oleh Amir
Syarifuddin yang merupakan teman Sjahrir satu partai dan satu aliran. Amir Syariffudin sudi menjegal temannya sendiri yaitu Sjahrir. Maka pukul 11.00
malam itu juga Kabinet Sjahrir menyerahkan mandatnya kepada Presiden.
109
Kabinet Sjahrir ke 3 ini jatuh karena adanya keretakan di dalam kabinet sendiri terutama pada partai sosialis, karena partai ini menjadi tulang punggung Kabinet
Sjahrir yang ke 3 ini. Dengan kata lain Kabnet ini jatuh karena pendukung Sjahrir tidak lagi mendukungnya dalam Kabinet.
109
Ibid, hal. 59
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 ANALISIS DATA
a. Pemikiran Politik Sutan Sjahrir dan Partai Sosialis Indonesia