Pemikiran Politik Sutan Sjahrir dan Partai Sosialis Indonesia

BAB 3 ANALISIS DATA

a. Pemikiran Politik Sutan Sjahrir dan Partai Sosialis Indonesia

Pemikiran Soetan Sjahrir tentang Sosialisme Demokrat yang menjadi landasan Partai Sosialis Indonesia pada jamannya dapat dikatakan unik dan prespektif. 110 Menurut Herbert Feith dan Lance Castle dalam bukunya Indonesian Political Thinking 1945-1965, pemikiran yang berada di Indonesia pada masa itu dapat dipisah dalam lima aliran, yaitu: 1 Nasionalisme Radikal, 2 Tradisonalisme Jawa, 3 Islam, 4 Sosialisme Demokratis dan 5 Komunisme. Karena pada pemikiran Sjahrir tersebut telah membangun sebuah gagasan tentang anti dominasi atas otonomitas manusia dan kemanusian yang nanti nya gagasan ini menjadi landasan partai sosialis Indonesia, selama masa jaya nya partai sosialis Indonesia selalu mencermati dan mengkritisi berbagai hal yang menentang kesejajaran manusia dan terus berupaya meningkatkan pendidikan di rakyat Indonesia dan juga meniadakan perbedaan atas suku-suku, agama dan rasa kedaerahan yang ada di Indonesia partai sosialis Indonesia mencoba mentiadakan pengkotak-kotakan itu semua. 111 Perpecahan yang terjadi pada Partai Sosialis dikarenakan Amir Syarifudin menambahkan faham tentang Komunisme kedalam prinsip utama Partai Sosialis, Dari kelima aliran pemikiran yang ada di Indonesia menurut Herbert Feith dan Lance Castle, Partai Sosialis Indonesia ada pada aliran Sosialisme Demokratis yang menjadi dasar PSI di Indonesia. Kandungan yang terdapat pada pemikiran Sosialisme Demokratis ini lebih kepada kebebasan masyarakat dan kehidupan sosial manusia yakni: kebebasan universalisme humanis dan sosialisme kerakyatan. 110 P.Y, Nur Indro, Op.cit hal xiv. 111 Ibid, hal. xiv sedangkan faham komunisme ini sangat di tentang oleh Sutan Sjahrir, karena komunisme ini tidak cocok di jalankan di Indonesia, melihat kondisi rakyatnya yang sebagian besar adalah petani dan nelayan, bukan rata-rata buruh yang ada di Eropa Timur tempat lahirnya faham komunisme ini. Dalam pemikiran Soetan Sjahrir, penambahan faham Komunisme kepada prinsip utama yang menjadi landasan Partai Sosialis tersebut akan mempengaruhi arah pemerintahan yang totaliter. 112 Dimana sistem pemerintahan yang bersifat totaliter ini tidak cocok diterapkan di Indonesia, karena gaya kepeminpinan Totaliter ini berusaha mengatur semua aspek kehidupan manusia, jika gaya kepemimpinan ini diterapkan akan banyak timbul-timbul protes di kalangan rakyat kecil di Indonesia, yang sebagian besar adalah petani. Maka dari itu pemikiran politik Soetan Sjahrir yang lebih bersifat kebebasan dan sosialis kerakyatan, lebih cocok di praktikan di Indonesia melihat dari segi sosial para penduduknya. Pemikiran Soetan Sjahrir mengenai kebebasan ini tidak lepas dari pengaruh Liberalisme Barat karena Soetan Sjahrir pernah menempuh pendidikan Hukum di Belanda dari tahun 1929 sampai 1931, meskipun Soetan Sjahrir tidak dapat menyelesaikan pendidikannya tersebut. Pandangan Soetan Sjahrir tentang kebebasan ini juga pernah menyarankan Golongan Merdeka agar tidak membentuk Partai Politik melainkan membentuk Pendidikan Nasional Indonesia, tujuan pembentukan Pendidikan Nasional Indonesia ini bukan untuk mengajarkan Politik melainkan untuk membawakan kejernihan dalam politik tersebut, yang dimaksud kejernihan. Prinsip kebebasan Soetan Sjahrir ini lebih lanjut dipertegas dalam tulisaannya pada majalah Daulat Ra’jat pada bulan Januari 1932 yang berisi: 113 “… Tiap badan politik harus terdiri dari bagian-bagian lepas, dan tiap bagian itu harus mempunyai cara hidup sendiri. Kehidupan bagaian- bagian lepas itu bisa diorganisasikan ke dalam suatu kelompok yang lebih 112 Ibid, hal. 4 113 Ibid, Hal, 47 besar, tetapi hanya sejauh keinginan bagian-bagian itu untuk hidup sendiri tak cukup berat.” Menurut dari tulisan Soetan Sjahrir itu bagian dari badan politik itu dalah dalam keadaan posisi bebas. Bahkan perubahan sebagai wujud dari dinamika sosial sangat dihargai. Dalam hal ini adalah wajar apabila antara bagian-bagian itu diorganisasikan atau dalam dari bagian itu pecah menjadi bagian-bagian lagi, asal berlangsung secara bebas. Bagi Sutan Sjahrir menyatukan secara paksa bagian- bagian politik tersebut akan merusak pergerakan-pergerakan dalam suatu organisasi tersebut. Pada masa setelah kemerdekaan, Soetan Sjahrir menekankan bahwa faham Sosialisme Demokratis cocok untuk dasar pembangunan di Indonesia. Fokus Sosialisme Demokratis adalah mengakui adanya hak yang sama pada setiap orang dan memunculkan pemerataan. 114 Tokoh utama dari Partai Sosialis Indonesia adalah Sutan Sjahrir dan juga sebagai Pendiri partai tersebut, selain Sutan Sjahrir ada juga Tan Malaka yang sebagai tokoh utama dalam partai sosialis Indonesia, tetapi banyak pihak yang menggangap Sjahrir adalah yang paling menentukan arah dan situasi pada masa- masa sulit di era awal terjadinya Revolusi Kemerdekaan Indonesia, yang dimana kala itu setelah merdeka dari Belanda, Indonesia langsung mendirikan sistem pemerintahan yang bersifat Parlmenter, dan Sutan Sjahrir langsung diangkat oleh Presiden Republik Indonesia saat itu Soekarno menjadi Perdana Menteri yang Maka dari itu Sutan Sjahrir tidak setuju dengan segala bentuk Totaliterisme karena hanya menempatkan satu golongan saja dan tidak memikirkan golongan yang lain, Sjahrir sendiri lebih setuju dengan faham Sosialisme Demokratis yang dimana akan mempegaruhi pembentukan Partai Sosialis Indonesia, karena Sosialisme Demokratis mewujudkan suatu masyarakat yang meliputi keamanan anggotanya serta keadilan sosial dan kesempatan yang sama bagi setiap orang untuk hidup dan berkembang. 114 Ibid, hal. 6 pertama di Indonesia. Sutan Sjahrir juga merupakan sebagai sosok, perdana menteri atau juga sekaligus sebagai Diplomat ulung, dan seorang intelektual yang banyak di segani oleh lawan-lawan politiknya pada saat itu.

3.2 Pandangan Sutan Sjarir tentang sosialisme kerakyatan