di depan Istana memperkuat tuntutan tersebut, tapi tidak diindahkan oleh Soekarno yang megatakan dia tidak mau jadi diktator.
132
Selama menjadi Perdana Menteri Indonesia juga sekaligus menjadi Menteri luar Negeri dan juga Menteri Dalam Negeri, Sutan Sjahrir pernah
Setelah Soekarno berpidato didepan para demonstran dan pidato tersebut berhasil meredam amarah
para demonstran dan para tentara yang datang ke Istana, setelah kejadian yang terkenal dengan disebut peristiwa 17 Oktober 1952, A.H Nasution pun
diberhentikan sebagai kepala staf Angkatan Darat, PSI sering disebut-sebut sebagai dalang dari peristiwa ini, isu-isu politik yang menjadikan PSI sebagai
penyebab utama dari peristiwa ini disengaja oleh PKI guna menghadapi PSI dalam Pemilu pada tahun 1955.
Setelah masa Kabinet Wilopo kabinet berikutnya di pimpin oleh Mr. Ali Sastroamidjojo kabinet ini didominasi oleh dua partai yaitu PNI dan NU, Masjumi
dikesampingkan dan PSI juga tidak masuk kedalam kabinet karena beredar isu politik yang mengatakan bahwa PSI adalah dalang dari peristiwa 17 Oktober
1952. Semasa kabinet Ali suatu agenda politik sukses dijalankan yaitu Konferesnsi Asia-Afrika yang diadakan di Bandung pada tanggal 18 April 1955,
diluar Jawa terjadi pemberontakan yang di pimpin oleh Teuku Daud Beureueh berserta pengikutnya dalam PUSA Pusat Ulama Seluruh Aceh pemberontakan
ini menyatakan bahwa Aceh sebagai daerah Darul Islam selain di Aceh pemberontakan yang sama juga diikuti di berbagai daerah seperi Jawa Barat dan
Sulawesi Selatan gerakan-gerakan Darul Islam ini terus meningkat di masa Kabinet Ali. Di pihak militer mereka berhasil menyelesaikan urusan internnya
sehingga diadakan konferensi du Yogyakarta untuk menuntaskan peristiwa 17 Oktober 1952, dan kabinet Ali mengangkat Banbang Utoyo sebagai Kepala Staf
Angkatan Darat yang baru menggantikan A.H Nasution.
3.4. Peran Sjahrir dan PSI dalam hubungan internasional
132
Ibid, Hal. 168
membuat suatu Perjanjian dengan Belanda pada tanggal 25 Maret 1947 di Jakarta yang dikenal sampai saat ini dengan nama Perjanjian Linggarjati. Sutan Sjahrir
sebagai Perdana Menteri Indonesia mewakili Indonesia dan Ali Budiardjo sebagai delegasi dari Indonesia dan lawan dalam perundingan ini adalah Prof.
Schermerhorn perwakilan dari Belanda. Pada tanggal 2 Oktober 1946 dibawah pimpinan diplomat Inggris Lord Killearn, Sjahrir berunding dengan Prof.
Schermerhorn, ketua Komisi-Jendral Belanda di Jakarta untuk mencari jalan penyelesaian dalam sengketa Indonesia-Belanda.
133
Perundingan-perundingan ini dimulai dari Jakarta sampai ke pertemuan- pertemuan selanjutnya. Dalam perundingan ini dilakukan secara bergantian di
Perjanjian Linggarjati ini sebelumnya di rancang pada tanggal 15 November 1946, yang menjadi pelaku utamanya adalah Perdana Menteri
Republik Indonesia Sutan Sjahrir, Letnan Gubernur Jendral H.J van Mook dan Prof. Schermerhorn sebagai perwakilan Belanda dalam perjanjian Linggarjati.
Perundinggan Linggarjati ini sempat mendapat hambatan dari pihak-pihak dari kedua negara masing-masing. Kedua pihak tersebut memiliki pandangan yang
berbeda dan sama-sama menentang peperangan keduanya ingin menyelesaikan masalah Indonesia dan Belanda dengan cara berunding. Tetapi pada kenyataanya,
Syahrir berda di tengah-tengah dua titik focus yang permanen. Pada pihak yang satu dia berupaya mengadakan pendekatan terhadap pihak skutu dan ingin
mencapai suatu persetujuaan agar mencapai sasarannya: yaitu pengakuan republik Indonesia. Tetapi di pihak lain ada gerakan oposisi yang memaksa dan
mengabaikan prakrasa dari Inggris dan Belanda. Dengan menghadapi kedua kesulitan-kesulitan yang dihadpai oleh Syahrir, maka ia menyatakan kepada
oposisi bahwa tidak ada lagi jalan keluar selain membuat perundingan dan meyelesaikan konflik-konflik yang terjadi, Sjahrir melihat peluang untuk bisa
terus melakukan perundingan terhadap pihak Belanda.
133
H. Rosihan Anwar, Singa dan Banteng: Sejarah Hubungan Belanda-Indonesia 1945-1960, Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia UI-Perss, 1997, hal. 184
Rijswijk kantor Komisi Jendral dan di kediaman Sutan Sjahrir sendiri. Pada saat diadakannya sidang di Rijswijk, Sutan Sjahrir yang menjadi pimpinan sidangnya,
dan pada saat sidang dilakukan di kediaman Sjahrir, Prof. Schermerhorn yang sebaliknya menjadi pimpinan sidang yang dilakukan di kediaman Sutan Sjahrir.
Dipihak Inggris Lord Killearn juga dibantu oleh Michael Wright. Tujuan perundingan ini adalah mencapai suatu kesepakatan sebelum
tanggal 30 November 1946, yaitu tanggal yang telah ditetapkan bagi pihak militer Inggris untuk meninggalkan Indonesia.
134
Tetapi banyak Pihak yang mergaukan Perjanjian Linggarjati ini seperti Tokoh Tan Malaka, karena menggap Lingarjati Merugikan Indonesia, dalam
perjanjian Lingarjatti secara de facto wilayah Indonesia hanyalah Suamtera dan Jawa dan kemudian Indonesia menjadi Reoublik Indonesia serikat atau yang lebih
dikenal sebagai RIS, RIS tergabung dalam Uni Indonesia Belanda hal-hal ini yang banyak menggap Linggarjati merugikan Indonesia karena di luar Jawan dan
Sumatera masih terdapat pasukan-pasukan sekutu. Sedangkan tokoh-tokoh besar Sjahrir melakukan perundingan-
perundingan dengan Belanda guna untuk mengakui kemerdekaan Indonesia dari Belanda, tetapi justru sebaliknya Belanda tidak mengakui Kemerdekaan ini karena
Belanda masih menjdaikan Indonesia wilayah jajahan mereka, tetapi Belanda yang memberikan usulan agar Indonesia menjadi negara bagian dari Belanda,
usulan tersebut ditolak oleh Sjahrir yang menginginkan kemerdekaan 100, Indonesia sudah siap dalam mempertahankan kemerdekaanya. Dibalik
perundingan untuk menyelesaikan sengketa antara Indonesia dan Belanda pihak militer Inggris ikut memegang peranan penting sebagai jalur penghubung antara
kedua negara yang berunding untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi. Pada akhirnya Perundingan antara Indonesia dan Belanda yang dimulai sejak 2 Oktober
1946 menghasilkan sebuah Persetujuan Linggarjati yang ditandatangani di Jakarta pada tanggal 25 Maret 1947.
134
A.B Lapian P.J. Drooglever, Menelusuri Jalur Linggarjati Diplomasi Dalam Perspektif Sejarah, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1992, hal. 151
seperti Bung Tomo dan Tan Malaka serta masyarakat dan tentara Indonesia menuntut kemerdekaan 100. Menurut mereka Sjahrir terlalu banyak
memberikan konsesi kepada Belanda.Yang dimaksud dengan kemerdekaan 100 adalah Belanda tidak ikut campur tangan dalam urusan, politik, ekonomi, militer
dan sosial di Indonesia. Jika dilihat dari Perjanjian Linggarjati Sjahrir yakin Belanda tidak
mungkin menggoyangkan kedaulatan Indonesia, tetapi apa yang dilihat Sjahrir dari Perjanjian Linggarjati tersebut malah justru sebaliknya, penandatanganan
naskah Persetujuan Linggarjati di Jakarta terlaksana tanpa kesepakatan, sekedar memenuhi formalitas internasional. Pihak Belanda, yang memang tidak berharsat
menandatanganinnya terpaksa melakukannya.
135
135
K.M.L Tobing, Perjuangan Politik Bangsa Indonesia Linggarjati, Jakarta: Gunung Agung, 1986, Hal. 45
Belanda terpaksa melakukan persetujuan pada naskah Linggarjati ini karena di sebabkan oleh faktor keuangan
dan material Belanda sangat tergantung pada Amerika sebab Belanda banyak mengalami kerugian pada Perang Dunia ke-2, sedagkan Indonesia sendiri untuk
melakukan persetujuan ini melakukannya secara ragu-ragu karena Indonesia sudah sering sekali di tipu oleh Belanda dalam hal-hal pemberian kebebasan pada
Indonesia, tetapi pihak Indonesia bersunguh-sunguh melakukan perjanjian ini guna agar dunia Internasional menaruh simpati pada perjungan Indonesia
melawan penjajahan selama ini. Di dalam bidang sosial dan politik pihak Belanda berusaha untuk
memecahbelah Indonesia, dengan cara menyebarkan fitnah-fitnah terhadap kaum- kaum ekstrmis yang ada di Indonesia ini bertujuan agar Belanda dapat menguasai
lagi daerah jajahannya itu, Belanda yang didanai oleh Amerika guna untuk rehabilitasi Hindia Belanda untuk mengadakan distribusi sandang dan pangan
bagi masyarakat, untuk mendapatkan kebutuhan pangan ini sangat mudah bagi masyarakat asal masyarakat tersebut tidak berhubungan dengan kaum ekstrimis.
Sebelum agresi militer pertama Belanda pada tahun 1947, Belanda lebih dulu menaklukan Bogor. Pendudukan kota Bogor pada 16 November 1946 dapat
digolongkan sebagai suatu aksi percobaan Belanda. Ketika itu mereka masih dibawah komando Sekutu. Tetapi setelah tentara Inggris mengakhiri tugas di
Indonesia, tentara Belanda segera menduduki Bogor dan mengadakan pembersihan di daerah-daerah sekitarnya.
136
sementara pasukan Belanda menduduki Bogor parlemen Belanda sibuk membahas peretujaun Linggarjati,
pengiriman pasukan Belanda terebut untuk memecah belah Republik Indonesia agar tidak terjadi kerjasama antara Belanda dan Indonesia. Setelah persetujuan
Linggarjati di tandatangani oleh kedua pihak, banyak masyarakat yang mentang persetujuan itu karena Indonesia tidak mendapatkan kemerdekaan 100. Setelah
Kabinet Sjahrir yang ketiga jatuh karena tidak mendapatkan dukungan-dukungan dari partai-partai yang ada di dalam parlmen, Maka Belanda tidak mau lagi
mengakui isi perjanjian Linggarjati, sebab perjanjian tersebut diadakan oleh Belanda Scermerhorn dengan kabinet Sjahrir, sedangkan kabinet Sjahrir sudah
tidak memerintah lagi karena sudah jatuh. Belanda merasa tidak terikat lagi oleh perjanjian Linggarjati karena kabinet Sjahrir sudah tamat riwayatnya.
137
Pada tanggal 21 Juli 1947 pada saat tengah malam serdadu-serdadu Belanda menduduki gedung-gedung di Jakarta, dan setelah itu Belanda melakukan
agresi militer pertamanya dengan menyerang Indonesia berbagai jurusan darat, laut, dan udara. Sebelum aksi militer Belanda ini dilancarkan Sjahrir sudah
mundur dari Jabatan Perdana Menterinya, karena Sjahrir tidak mendapat dukungan dari partai-partai besar lainnya partai Sutan Sjahrir sendiri pada saat itu
adalah Partai Sosialis juga sudah hilang kepercayaan terhadap Perdana Menteri Dan
Belanda sendiri mengingkari Persetujuan tersebut dan memberikan kuasa penuh kepada Dr. Van Mook atas pemerintahaan kerjaan Belanda dengan melakukan
agresi militer pertamannya dengan menyerang Jakarta.
136
Ibid., Hal. 46
137
Bibit Suprapto, Op.cit, Hal. 65
Sutan Sjahrir, karena pihak-pihak yang mendukung Sjahrir memandang Perjanjian tersebut hanya berdasarkan ke inginan Belanda saja.
Serangan Agresi militer Belanda yang dilakukan pada tanggal 21 Juli 1947 mendapat reaksi yang keras dari dunia Internasional, Strategi Pemerintahan
Republik Indonesia yang dipimpin oleh Sjahrir menjadikan masalah hubungan bilateral antara kedua negara ini berhasil diangkat ke dunia internasional terutama
Perserikatan Bangsa-Bangsa, ini semua karena kecerobohan Belanda menyerang Indonesia dengan kekuatan militernya dan masalah ini menjadi pusat perhatian
dunia saat itu, Agresi ini juga berdampak kepada Perjanjian Linggarjati yang telah disetujui Belanda karena Prof. Schermerhorn telah gagal dalam misi
diplomatisnya. Pada tanggal 14 Agustus 1947 Syahrir dengan gemilang dan meyakinkan menjelaskan hak bangsa Indonesia untuk hidup sebagai suatu negara
yang merdeka.
138
Pidato-pidato Sjahrir pada sidang Dewan Keamanan di Lake Success banyak mendapat simpati dari negara-negara lain terhadap perjuangan
bangsa Indonesia selama masa melawan penjajahan. Pada tanggal 15 Agustus 1947, salah satu Koran yang luas pengaruhnya The New York Herald Tribune
berkomentar bahwa pidato Sjahrir “adalah salah satu pernyataan yang paling mengesankan di Lake Success.
139
Peran Partai Sosialisme Indonesia dalam kebijakan luar negeri Indonesia, bisa dilihat dari peranan Sutan Sjahir yang pernah menjabat sebagi Perdana
Menteri Pertama Indonesia dalam Kabinet Sjahrir 1 sampai kabinet Sjahrir 3, Sutan Sjahrir juga sekaligus menjadi orang yang membentuk Partai Sosialis
Indonesia ini. Sjahrir dan pemimpin partai itu yang lainnya dengan keras menentang usaha persekutuan Indonesia dengan Rusia ataupun Amerika Serikat.
Mereka berpendapat bahwa antara kedua blok kekuasaan yang besar itu, Setelah itu masalah Indonesia dengan Belanda
menjadi diinternasionalisir karena pasal 17 Persetujuan Linggarjati yang mengatur soal arbitrase.
138
Aboe Bakar Loebis, Op.cit, Hal. 189
139
H. Rosihan Anwar, Sutan Sjahrir Demokrat Sejati, Op.cit , Hal. 79
Indonesia harus tetap netral.
140
Kedua negara tersebut yakni Amerika Serikat dan Uni soviet mempunyai landasan Ideologis yang saling berlawan Amerika berideologis kapitalisme dan
Uni Soviet mempunyai landasan ideologi komunisme. Kedua landasan ideologi negara yang berkuasa itu banyak ditolak oleh masyarakat Indonesia secara
Ideologis rakyat Indonesia menetang komunisme dan kapitalisme di jadikan dasar negara selain rakyatnya partai-partai di Indonesia juga menolak kedua landsan itu
untuk di pergunakan di Indonesia,maka dengan hal ini Indonesia lebih bersifat “netral positif”, sehingga dengan adanya antar kesederajatan aktor internasional
ini, maka kerja sama setiap aktor akan lebih optimal, agar beban sebagai “faktor ketiga” dalam masalah-masalah internasional seperti ini tidak dibebankan kepada
Indonesia saja, melainkan kepada negara-negara yang lain yang mampu menggerakan aktor-aktor nya sebgai negara yang netral dan tidak berpihak kepada
Netral yang dimaksud adalah Indonesia harus bisa menjadi faktor ketiga dalam setiap hubungan-hubungan internasional, Partai
Sosialis Indonesia tidak menolak kehadiran Amerika Serikat sebagai Blok barat masuk kedalam Asia tenggara, tetapi kehadiran Amerika Serikat ini tidak
membuat suatu dominasi atau membuat kekuasaan wilayah di kawasan Asia Tenggara melainkan menjadi Penyeimbang kekuatan blok timur yaitu Uni Soviet.
Sikap Indonesia yang tidak berpihak kepada salah satu blok ini adalah unutk menjadikan Indonesia sebagai aktor internasional yang bebas dalam
kesederajatan, Partai Sosialis Indonesia tidak menggambarkan bahwa sifat netral yang harus di ambil oleh Indonesia ini adalah sebgai suatu kelompok negara yang
terorganisir erat, untuk tidak memihak siapapun dalam ke dua blok terebut. Sifat netral ini ditunjukan Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan politik dan
ekonomi secara minimum dari kedua blok yang berkuasa yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet yang dapat memberikan mereka suatu ukuran yang sesuai dari
kebebasan bertindak.
140
George Mc Trunan Kahnin, Op.cit Hal. 408
kedua blok yang berkuasa tersebut dalam masalah-masalah internasional seperti ini.
Pada sekitar tahun 1860 Partai Sosialis Indonesia mengungkapkan kekecewaannya terhadap sikap Amerika Serikat yang tidak menghargai kebebasan
bangsa lain, dalam hal ini adalah bangsa Indonesia.
141
Tapi Kainet Djuanda ini tetap diperhankan oleh Presiden Soekarno dan Partai Nasionalis Indonesia dan juga Nahdlatu Ulama, jika dilihat dari komposisi
anggota kabinet Djuanda tampak seperti koalisi antara Partai Nasionalis Indonesia Kekecewaan Partai Sosialis
Indonesia terhadap Amerika Serikat di sebabkan adanya bantuan rahasia Amerika terhadap pemberontakan yang selama ini terjadi di Indonesia. Amerika juga
memaksakan kehendaknya atas kebijaksanaan yang menyangkut Irian, pemaksaaan kehendak atas negara lain ini sangat ditentang dengan partai Sosialis
Indonesia karena betentangan nilai-nilai kebebasaan, dari pemaksaan kehendak atas Irian yang di lakukan oleh Amerika Serikat bisa dilihat sebagai dominasi
kekuasaan Amerika ingin menguasai Indonesia karena Indonesia merupakan posisi yang starategis, mengingat adanya perseteruan antara Amerika dan Uni
Soviet.
3.5. Kontradiksi Pemikiran Sutan Sjahrir dan Soekarno