Anggaran Pengentasan Kemiskinan

Grafik 8: Anggaran Pengentasan Kemiskinan

40 39.30 36.15 37.17 35.10 120.0 120.0 riliun) 35 34.96 32.53 .T 115.5 31.02 30.02 100.0 30 100.0 99.2

engentasan Kemiskinan (Rp 40.0 10 5 23.4 28.0

20.0 20.0 Jumlah penduduk miskin (juta orang) Anggaran P 0 2004

00 0.0 Penduduk miskin Anggararn

Sumber: Kementerian Keuangan, BPS

7. Pembangunan wilayah Pembangunan wilayah untuk mewujudkan sebaran ekonomi juga

dilakukan dari Sumatera hingga kawasan Papua, sebagaimana diuraikan di bawah ini:

 Wilayah Sumatera

Nilai koefisien gini wilayah Sumatera memiliki kecende- rungan meningkat. Tahun 2012, nilai koefisien gini wilayah

Ekonomi: MENEMBUS ‘MIDDLE INCOME TRAP’ 201

Sumatera mencapai 0,35 atau meningkat dibandigkan dengan tahun 2009 dengan nilai koefisien gini sebesar 0,31. Peningkatan ini sering kali dimaknai sebagai sinyal semakin senjangnya pendapatan antar-rumah tangga. Namun sebagai catatan, peningkatan rasio gini juga dapat menjadi indikasi terjadinya ekspansi industri yang memberi ruang bagi pekerja dengan keahlian dan berimbas pada semakin lebarnya kesenjangan pendapatan dengan pekerja tanpa keahlian. Dengan demikian, peningkatan rasio gini dalam kondisi tertentu dapat dipahami sebagai fase transisi perluasan pembangunan.Sedangkan untuk peranan pembentukan PDB Nasional, wilayah Sumatera menempati urutan kedua dengan porsi pembentukan PDB nasional sebesar 23,77 persen.

 Wilayah Jawa Nilai koefisien gini pada wilayah Jawa memiliki kecenderungan

meningkat. Tahun 2012, nilai koefisien gini wilayah Jawa mencapai 0,39 atau meningkat dibandingkan dengan tahun 2009 dengan nilai koefisien gini sebesar 0,35. Sedangkan untuk peranan pembentukan PDB Nasional, wilayah Jawa masih menempati urutan pertama dengan porsi pembentukan PDB nasional sebesar 57,63 persen.

 Wilayah Kalimantan Nilai koefisien gini wilayah Kalimantan memiliki tren

meningkat. Tahun 2012 nilai koefisien gini wilayah Kalimantan mencapai 0,36 atau meningkat dibandingkan

202 MENYONGSONG 2014-2019 202 MENYONGSONG 2014-2019

 Wilayah Bali-NTT Nilai koefisien gini wilayah Bali-NTT memiliki tren

meningkat. Tahun 2012, nilai koefisien gini wilayah Bali- NTT mencapai 0,38 atau meningkat dibandingkan dengaan tahun 2009 dengan nilai koefisien gini sebesar 0,34. Sedangkan untuk peranan pembentukan PDB Nasional, wilayah Bali-NTT menempati urutan kedua terkecil dengan porsi pembentukan PDB nasional sebesar 2,51 persen.

 Wilayah Sulawesi

Nilai koefisien gini wilayah Sulawesi memiliki kecenderungan meningkat. Tahun 2012, nilai koefisien gini wilayah Sulawesi mencapai 0,4 atau meningkat dibandingkan dengan tahun 2009 dengan nilai koefisien gini sebesar 0,34. Sedangkan untuk perananan pembentukan PDB Nasional, wilayah Sulawesi menempati urutan keempat dengan porsi pembentukan PDB nasional sebesar 4,73 persen.

 Wilayah Papua

Nilai koefisien gini wilayah Papua memiliki kecenderungan meningkat. Tahun 2012, nilai koefisien gini wilayah Papua mencapai 0,4 atau meningkat dibandingkan dengan tahun

Ekonomi: MENEMBUS ‘MIDDLE INCOME TRAP’ 203

2009 dengan nilai koefisien gini sebesar 0,34. Sedangkan untuk peranan pembentukan PDB Nasional, wilayah Papua menempati urutan terakhir dengan porsi pembentukan PDB nasional sebesar 2,06 persen.

Proyeksi 2014-2019

Mengakhiri abad 21, Indonesia muncul sebagai negara berpendapatan menengah, kuat secara ekonomi, stabil secara politik, serta semakin percaya diri. Selama dasawarsa terakhir, sistem fiskal dan politik Indonesia telah mengalami transformasi. Walaupun jarang disebutkan, Indonesia ternyata juga tengah berada dalam pergeseran demografis dan geografis yang mendasar. Indonesia sekarang merupakan negara perkotaan karena lebih dari 50 persen penduduknya tinggal di daerah perkotaan. Dalam lima tahun ke depan, penduduk Indonesia akan mencapai 270 juta orang, yang sekitar 60 persennya tinggal di perkotaan. Pada saat yang sama, akan terjadi penurunan tingkat kesuburan dan peningkatan tajam dalam jumlah penduduk usia tua, yang akan menjadikan Indonesia terus menikmati berkah ‘Bonus Demografi’ dalam dasawarsa mendatang karena penduduk berusia kerja meningkat terhadap kelompok populasi lainnya.

Pada 2020, diperkirakan jumlah penduduk usia muda 15-24 tahun akan mencapai 50-60 persen. Ini akan menjadi berkah jika penduduk usia muda tersebut memiliki keterampilan dan pekerjaan. Sebaliknya akan menjadi musibah jika mereka menganggur. Untuk menjadikan pertumbuhan penduduk usia muda sebagai

204 MENYONGSONG 2014-2019 204 MENYONGSONG 2014-2019

strategi penyediaan lapangan kerja diperkirakan jumlah Kondisi kependudukan di negara

penduduk usia muda maju merupakan peluang emas bagi 15-24 tahun akan

Indonesia untuk memanfaatkannya mencapai 50-60 persen. sebagai alternatif penyediaan lapangan

Ini akan menjadi berkah kerja. Menurut ILO, pada dasawarsa jika penduduk usia mendatang pertumbuhan penduduk muda tersebut memiliki

keterampilan dan negara maju khususnya Eropa, Amerika pekerjaan. Sebaliknya,

Utara, Asia Timur dan Australia akan akan menjadi

mengalami stagnasi 2020, di mana musibah jika mereka penduduk usia lanjut meningkat 50-

menganggur.”

60 persen. Mereka akan kekurangan tenaga kerja muda. Ini peluang bagi penduduk usia muda kita.

Sejauh ini, beberapa negara industri seperti Jerman mulai meng- ambil langkah mengatasi dampak kondisi tersebut, antara lain dengan mengirimkan delegasi ke Indonesia untuk kemungkinan pengiriman tenaga kerja nasional ke sana. Kondisi serupa telah dirasakan Jepang dan Korea Selatan sehingga sejak beberapa tahun terakhir, dua negara Asia itu telah memberikan kesempatan kepada Indonesia untuk mengirimkan tenaga kerja muda, baik untuk bekerja di industri maupun perawat. Hal serupa diperkirakan akan dilakukan negara maju lain dalam lima tahun terakhir. Secara umum, peluang kesempatan kerja yang dapat dimanfaatkan Indonesia adalah menyediakan tenaga kerja terampil untuk mengisi pasar kerja di sektor industri dan jasa kesehatan. Oleh karena itu, perlu ‘road map’ pengembangan industri jasa tenaga kerja dengan penciptaan iklim

Ekonomi: MENEMBUS ‘MIDDLE INCOME TRAP’ 205 Ekonomi: MENEMBUS ‘MIDDLE INCOME TRAP’ 205

Jika Indonesia dapat meneruskan pengembangan fondasi makroekonomi dan stabilitas politik yang telah dibentuknya serta mempercepat pertumbuhan sekaligus memastikan pertumbuhan yang merata dan berkesinambungan, Indonesia berpotensi untuk menjadi negara berpendapatan menengah yang dinamis, kompetitif dan inklusif dalam dasawarsa mendatang. Namun, untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan Indonesia, masih banyak hal yang harus dilakukan. Pertumbuhan perlu dijaga untuk terus positif dan menguat. Pembangunan infrastruktur dan iklim investasi yang kondusif menjadi pendulum pertumbuhan ekonomi tinggi.

Dengan latar belakang posisi fiskal yang kuat, peluang Indonesia pada lima tahun mendatang sangatlah luas untuk mengatasi sejumlah tantangan beberapa tahun ke depan. Demokratisasi dan desentralisasi secara fundamental telah mengubah struktur pertanggungjawaban dan proses pengambilan keputusan pemerintah. Perubahan ini menggarisbawahi kelemahan sistemik dalam proses dan kapasitas untuk perumusan dan implementasi kebijakan serta membuat proses implementasi reformasi menjadi tugas yang lebih menantang dan memakan waktu. Efektivitas pemerintah terbatasi oleh tidak memadainya kapasitas dan pertanggungjawaban pegawai negeri dan masalah koordinasi dalam pemerintah. Dengan demikian, perbaikan dan peningkatan kapasitas aparatur negara khususnya di daerah-daerah menjadi perhatian serius untuk mengkondusifkan pembangunan nasional dalam lima tahun ke depan.

206 MENYONGSONG 2014-2019