Kepentingan nasional bidang ekonomi

1. Kepentingan nasional bidang ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sejauh ini memang relatif baik karena angka pertumbuhannya tetap positif meskipun

pertumbuhan ekonomi dunia melambat drastis. Tetapi, prestasi tersebut tidaklah abadi jika tidak dipertahankan dengan penuh perencanaan. Kita lihat, perlambatan pertumbuhan ekonomi pun dialami oleh Indonesia dan tidak bisa dipandang enteng. Pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,5%, namun angka itu turun menjadi 6,23% pada 2012 dan diasumsikan akan turun lagi menjadi 5.9% pada 2013. Jika kondisi makro ekonomi di dalam negeri rapuh, tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terkoreksi juga.

Yang perlu disadari adalah bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah necessary condition (faktor yang dibutuhkan) untuk mencapai kesejahteraan, tetapi bukanlah sufficient condition (faktor yang mencukupi). Dengan semakin terintegrasinya perekonomian suatu negara pada perekonomian di tingkat

Hubungan Internasional: MEMPERJUANGKAN KEPENTINGAN NASIONAL 369 Hubungan Internasional: MEMPERJUANGKAN KEPENTINGAN NASIONAL 369

Contoh konkretnya sebagai berikut. Dalam dunia masa kini, muncul pasar penunjang kegiatan ekonomi riil yang dinamis, misalnya pasar modal. Inilah salah satu esensi dari integrasi ekonomi negara-negara dunia pada pasar global. Ada dana- dana asing yang mencari tempat parkir dengan harapan meraup keuntungan di tempat parkir tersebut. Indonesia sudah memanfaatkan pasar tersebut. Memang demikianlah seharusnya karena ada daya tarik tersendiri bagi pemodal untuk masuk ke pasar negara-negara ekonomi baru. Tetapi, kepekaan Indonesia terhadap model kerja pemain di pasar tersebut belum cukup baik sehingga kinerja Indonesia di pasar modal justru belum optimal mendukung kinerja ekonomi di sektor riil.

Sampai akhir 2012, kapitalisasi pasar Indonesia berada di urutan ke-9 di Asia meskipun usia bursa kita tercatat sebagai yang tertua keempat di Asia setelah Hongkong, Mumbai dan Tokyo. 93 Pertumbuhan kapitalisasi pasar modal Indonesia memang patut diapresiasi karena pertumbuhan kapitalisasi

370 MENYONGSONG 2014-2019

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di peringkat ketiga Pasar keuangan adalah di Asia setelah Jepang dan China. voting machine yang Ini berarti kepercayaan investor independen, spontan,

pragmatis, sekaligus terhadap Indonesia relatif baik, bengis. 1 Pelaku pasar tetapi basis kinerja tersebut kecil. memutuskan untuk

Jumlah perusahaan yang tercatat terlibat hanya jika di bursa saham Indonesia ada 459 pemimpin politik perusahaan (semuanya perusahaan Indonesia, seperti domestik,) sementara di India, Presiden, Menteri misalnya, ada 5.191 perusahaan Keuangan, dan yang tercatat di pasar modalnya, Gubernur Bank Sentral Singapura 776 perusahaan, Malaysia

dianggap kredibel. 920 perusahaan. Berbeda dengan

pasar modal di negara tetangga seperti Filipina, kapitalisasi pasar saham di Indonesia hanya 35%, dan 50-55% di antaranya adalah milik asing.

Pertumbuhan kegiatan di pasar modal menunjukkan bahwa ada peluang baik untuk mendapatkan dana segar untuk menggerakkan perekonomian, tetapi ada risikonya juga. Keterlibatan di pasar modal membutuhkan kesadaran bahwa dana yang ingin diparkir oleh investor adalah untuk mencari kepastian keuntungan, sehingga para pelaku pasar modal sangat peka melihat pondasi ekonomi suatu negara. Menurut pengamat, pasar keuangan adalah voting machine yang independen, spontan,

pragmatis, sekaligus bengis. 94 Pelaku pasar memutuskan untuk terlibat hanya jika pemimpin politik Indonesia, seperti Presiden, Menteri Keuangan, dan Gubernur Bank Sentral dianggap

Hubungan Internasional: MEMPERJUANGKAN KEPENTINGAN NASIONAL 371 Hubungan Internasional: MEMPERJUANGKAN KEPENTINGAN NASIONAL 371

Jika Indonesia sekadar politik kurang nyaman untuk berbisnis.

mengandalkan ekspor komoditas bahan Tetapi, jika pondasi ekonomi makro mentah, terutama dianggap bisa diandalkan, mereka barang tambang, seperti akan terus berinvestasi. Sebaliknya, yang sekarang dilakukan, jika pondasi ekonomi makro dianggap Indonesia menjadi keropos, apalagi jika negara memilih opsi sangat tergantung pada banyak berutang, kepercayaan investor

permintaan global akan merosot. Artinya, jika pada 2007

semata. kapitalisasi pasar modal Indonesia telah

menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) 60 persen, 95 risiko terburuk bagi pertumbuhan ekonomi

Indonesia adalah ketika investor berlomba-lomba meninggalkan Indonesia karena hilang kepercayaan dan panik.

Selain itu, pasar saham juga belum akan menjadi dana segar bagi perekonomian jika jumlah perusahaan pada sektor riil yang terdaftar di bursa saham terbatas. Banyaknya pemain asing yang masuk ke pasar modal Indonesia adalah medium yang baik untuk mengundang lebih banyak pendana (baik domestik maupun asing) untuk menanamkan modal di sektor riil. Ini yang memang lebih sulit dilakukan karena orang cenderung ingin “main” di sektor yang mudah dan cepat menghasilkan keuntungan. Di Indonesia, keengganan investor untuk masuk ke sektor riil perlu ditanggapi dengan lebih peka sebagai urgensi perbaikan kinerja dan fasilitasi pada sektor riil.

Di sisi lain, investor asing punya kecenderungan untuk kabur jika neraca perdagangan suatu negara defisit. Artinya, jika Indonesia

372 MENYONGSONG 2014-2019 372 MENYONGSONG 2014-2019

Pondasi yang kokoh dari perekonomian suatu negara ditentukan oleh tiga hal pokok. Yaitu, kekokohan daya saing produksi di dalam negeri, pengelolaan sosial politik ekonomi yang peka akan perubahan zaman, dan kerja sama yang baik antarpelaku dan pembuat kebijakan. Aktivitas ekspor dan impor boleh defisit jika sifatnya sementara, tidak ditandai dengan merosotnya produktivitas sektor riil dan ditopang oleh kebijakan fiskal dan moneter yang tanggap. Indonesia akan lebih leluasa mengatur tawaran kerja sama perdagangan bebas jika pondasi tersebut kuat. Dengan pondasi yang kuat, hal-hal yang perlu diwaspadai pun menjadi lebih jelas sehingga pengaturan strategi pun lebih mudah dilakukan. Titik tumpu dari pondasi yang kokoh adalah desain alias rancang bangun kebijakan dan kegiatan yang dipikirkan secara menyeluruh.

Hubungan Internasional: MEMPERJUANGKAN KEPENTINGAN NASIONAL 373

Gambar 1: Ilustrasi Rancang Bangun Kebijakan & Kegiatan

Kepercayaan Investor

Krisis Global

Kerja Sama

KEMISKINAN DLL

Asing

KERJASAMA YANG NBAIK ANTAR PELAKU & PEMBUAT

PENGELOLAAN

KEBIJAKAN

DAYA SAING

SOSIALISASI POLITIK

PRODUKSI

EKONOMI YANG PEKA

YANG KOKOH

PERUBAHAN ZAMAN

Sumber: Dinna Wisnu, 2013

Tiga hal pokok penentu pondasi perekonomian Indonesia ini yang masih kurang baik. Sejumlah pengamat ekonomi meyakini, pondasi perekonomian Indonesia keropos karena sejak tahun 2000-an, kinerja sektor riil terus melempem. Data investasi publik dari pemerintah Indonesia berada jauh di bawah Malaysia, India, Thailand, bahkan Korea Selatan. Ini berarti, peran pemerintah dalam menggerakkan perekonomian lemah, apalagi ternyata belanja pemerintah habis untuk subsidi bahan bakar minyak (BBM), belanja pegawai, dan belanja modal. 96

374 MENYONGSONG 2014-2019

Grafik 1: Perbandingan Investasi Publik Beberapa Negara

Publik Investment 1/ (In percent of GDP, current prices)

India Korea

Indonesia

Malaysia Thailand

Sumber: Faisal Basri, sebagaimana dikutip dari IMF Country Report No. 12/278, September 2012

Grafik 2: Komparasi Biaya Belanja Pemerintah (Trilyun)

Belanja pegawai

Belanja modal Bunga utang

Belanja barang

Subsidi energi

Bantuan sosial

Sumber: Faisal Basri, sebagaimana dikutip dari APBN-P, Kementerian Keuangan 2012

Hubungan Internasional: MEMPERJUANGKAN KEPENTINGAN NASIONAL 375

Sementara itu, para pelaku ekonomi di Indonesia masih saja mengeluhkan faktor ekonomi biaya tinggi, yang tak ayal disebabkan oleh birokrasi yang tumpang tindih dan tidak efisien, adanya biaya-biaya siluman, dan kebijakan yang tambal sulam. Penghasilan pemerintah dari pajak tetap sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara lain yang membukukan pertumbuhan ekonomi seperti Indonesia, yang artinya bahwa pertumbuhan ekonomi lebih digerakkan atas dasar konsumsi.

Jumlah kelas menengah di Indonesia memang meningkat tetapi sebagian besar posisinya ‘di ujung bawah’ kelas menengah. Ukuran kelas menengah di Indonesia adalah tingkat konsumsi

2 dolar AS sehari, sedangkan tingkat konsumsi kelas menengah di negara-negara lain 10-100 dolar AS sehari. 97 Daya beli masyarakat secara umum masih sangat rendah, terkait dengan jumlah 38 persen penerima upah di Indonesia yang bekerja tanpa kontrak dan 54 persennya lagi bekerja di sektor yang tidak

tercatat atau informal, 98 yang lebih banyak porsi usaha mikro dan kecil. Ini berarti, kerentanan para pekerja Indonesia tergolong tinggi. Jadi jangan heran, jika neraca perdagangan Indonesia bisa demikian defisit pada 2013 karena rata-rata penduduk Indonesia adalah konsumen belaka dan yang diimpor pun terbukti memang barang-barang konsumen pula.

Yang juga tidak bisa diabaikan adalah besaran kesenjangan sosial ekonomi di Indonesia. Berapapun angka pertumbuhan ekonomi di tingkat makro, kenyataannya Indonesia masih belum menyelesaikan problem kemiskinan struktural di tanah air. Kita tak bisa berkelit bahwa angka kemiskinan per kepala menurun

376 MENYONGSONG 2014-2019 376 MENYONGSONG 2014-2019

Data Badan Pusat Statistik (BPS) per September 2012 menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun belum ada perbaikan angka presentase penduduk miskin di tiap provinsi. Provinsi yang dikenal miskin tetaplah miskin, terutama yang berada di Indonesia bagian timur. Demikian pula presentase penduduk miskin di provinsi-provinsi yang padat penduduk di Jawa sebenarnya relatif stabil. Koefisien gini, yakni ukuran kesenjangan konsumsi, meningkat dari 31,7 pada 1999 menjadi

35 pada 2009. 99 Mereka yang tinggal di pedesaan tetap dicirikan dengan hidup berkekurangan. Karakter kemiskinan di perkotaan dan daerah-daerah penyangga pun tiada berubah. Hal ini ironis karena pemerintah mengklaim, setidaknya pemerintahan masa Presiden SBY, bahwa mereka sudah menggelontorkan dana penanggulangan kemiskinan yang berkali-kali lipat. Kita pun tahu, dana-dana bantuan asing termasuk yang bersumber dari utang telah tersalur pula untuk program penanggulangan kemiskinan.

Gambaran problem kesenjangan ekonomi ini terefleksi pula dalam kualitas pendidikan di Indonesia, yang sampai sekarang baru sekitar enam persen penduduknya bisa mengenyam bangku kuliah S1. Kebanyakan anak-anak masih direpotkan dengan problem tidak punya uang untuk menuntaskan pendidikan dasar dan menengah. Wajar kiranya jika kemudian muncul problem upah murah dan pemasukan dari pajak yang rendah.

Hubungan Internasional: MEMPERJUANGKAN KEPENTINGAN NASIONAL 377

Meskipun di sana-sini kita melihat hadirnya pertokoan dan pusat perbelanjaan mewah, menjamurnya cluster perumahan baru dan gedung apartemen pencakar langit, serta padatnya jalanan di perkotaan dengan kendaraan bermotor, segalanya semu karena fenomena tersebut bertumpu pada perekonomian yang

92 persennya dikelola oleh pekerja dan pengusaha dengan skala ekonomi mikro dan kecil dan pekerja tanpa kontrak. Data dari Shubham Chauduri (Diskusi Panel Ekonomi Kompas 21 Juni 2012) mengungkapkan, hanya dua persen dari angkatan kerja di Indonesia yang merupakan majikan, enam persen bekerja sebagai pekerja tetap dengan kontrak jelas, 38 persen bekerja sebagai upahan tetapi tanpa kontrak, dan 54 persen menjalankan usaha sendiri yang tidak tercatat alias informal.

Jika kedua data di atas dipadukan, sungguh jelas terlihat mengapa pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih seperti lingkaran setan. Bayangkan, problem ekonomi biaya tinggi di mana masih saja terjadi kutipan-kutipan biaya tidak resmi, pegawai yang mengasong proyek ke sana kemari, atau lemahnya penegakan hukum di sektor-sektor ekstraktif. Hal ini bisa dipahami karena lebih dari 90 persen penduduk hidup dengan ketidakpastian masa depan sosial ekonomi keluarganya. Tak heran kalau Indonesia kesulitan melakukan formalisasi sektor ekonomi dan menghidupkan sektor riil, serta buruh terus turun ke jalan meneriakkan hal-hal mereka pahami saja yakni permintaan kenaikan upah, sementara pengusaha terus menolak kenaikan upah. Tak heran juga, jika angka kemiskinan dan kualitas hidup masyarakat buruk. Jika ini diteruskan, mustahil Indonesia bisa tembus sebagai negara besar.

378 MENYONGSONG 2014-2019

Dalam krisis 2013 nampak bahwa profil ekonomi itu membuat rata-rata masyarakat bertindak sebagai konsumen, sehingga Indonesia perlu banyak mengimpor barang-barang jadi termasuk juga barang modal dari luar negeri. Ini menggerus devisa negara, padahal pendapatan negara dari pajak rendah dan kita mau utang tetap rendah. Akibatnya, kepercayaan investor dan spekulan pada Indonesia turun juga. Maka, mata uang kita yang menjadi sasarannya. Padahal, ketika kondisi moneter kita terganggu, tindakan pemerintah adalah meningkatkan suku bunga yang efeknya juga bagi kantong masyarakat karena tingkat konsumsi menurun.

Indonesia perlu menyadari bahwa kepentingan nasional kita adalah menyudahi kerentanan ekonomi yang sekarang berkembang dan makin mendalam ini. Paradigma trickle-down effect (efek menetes) sudah usang, atau setidaknya terbukti belum terjadi juga di Indonesia. Kita tidak mungkin menunggu 92 persen penduduk Indonesia yang bekerja tanpa kontrak dan di sektor informal tadi bisa keluar secara swadaya dari ketidakpastian ekonomi yang melilitnya.

Di sisi lain, Indonesia perlu menyadari bahwa perekonomian global diwarnai oleh praktik penajaman competitive advantage, di mana pemerintah bahu membahu dengan pelaku usaha untuk meningkatkan skala produksi suatu barang/jasa, mencari faktor- faktor produksi termurah, dan menekan biaya distribusi supaya unit barang/jasa yang dihasilkan kompetitif dan menarik di mata konsumen. Pemerintah Indonesia perlu menyadari, meskipun kegiatan ekonomi domestik wajib dijaga agar tetap dinamis,

Hubungan Internasional: MEMPERJUANGKAN KEPENTINGAN NASIONAL 379 Hubungan Internasional: MEMPERJUANGKAN KEPENTINGAN NASIONAL 379

berorientasi pada perluasan sayap perlu menyadari,

kekuatan ekonomi ke negara, bahkan meskipun kegiatan

ke benua lain.

ekonomi domestik wajib dijaga agar

Dengan demikian dapat diidentifikasi, tetap dinamis, negara

kepentingan nasional Indonesia sebesar Indonesia

dalam bidang ekonomi adalah: harus berorientasi pada

Pertama, mendorong dominasi perluasan sayap kekuatan produk Indonesia di pasar dunia. Para ekonomi ke negara,

bahkan ke benua lain. pejabat kita perlu berhitung secara

realistis tiap kali mendapat tawaran kerja sama dari negara lain, dan bukannya malah bersaing antarkementerian.Kedua, menjaga agar produk Indonesia selalu lebih kompetitif dibandingkan dengan produk negara- negara lain. Ketiga, mencegah penyelundupan dan kegiatan ekonomi ilegal dengan menjaga kedaulatan di wilayah-wilayah perbatasan, menuntut pencatatan yang akurat dari negara- negara penyedia servis logistik untuk produk-produk Indonesia, dan menempatkan staf-staf yang patuh hukum dan didukung sistem monitoring yang ketat di wilayah-wilayah perbatasan dan negara-negara mitra strategis.

Keempat, melindungi kepentingan pertumbuhan sektor usa-

ha mikro, kecil, dan menengah untuk “naik kelas” dan mengembangkan diri sebagai bagian dari global value chain. Informasi yang disediakan bagi para pebisnis harus lebih komprehensif dan detail sehingga keinginan pebisnis untuk ekspansi ke negara-negara sahabat meningkat. Kelima,

380 MENYONGSONG 2014-2019 380 MENYONGSONG 2014-2019

Ketujuh, menyuarakan pada dunia tentang desain realistis dari pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, tidak dengan retorika belaka tetapi dengan menunjukkan harmonisasi kebijakan pengelolaan tata guna lahan: mana lahan untuk pertanian, hutan industri dan konservasi. Pihak kantor- kantor perwakilan RI perlu menggandeng kantor kementerian teknis dan kantor pemerintah daerah untuk memfasilitasi pihak asing yang layak diajak bekerja sama di dalam negeri, dengan menghindari jalur non-formal yang mempertaruhkan akuntabilitas pemerintah. Kedelapan, aktif memantau ketersediaan pasokan energi dengan harga terjangkau untuk keperluan industri dan rumah tangga sampai ke pelosok tanah air. Diplomasi Indonesia harus membidik perusahaan pertambangan, perusahaan energi, dan tren kerja sama bidang energi, baik di tingkat regional maupun global.

Hubungan Internasional: MEMPERJUANGKAN KEPENTINGAN NASIONAL 381