Kepentingan nasional bidang politik

2. Kepentingan nasional bidang politik

Dalam hubungan internasional, solusi politik adalah hal yang perlu dikembangkan dalam menyelesaikan ketegangan antarnegara. Jangan sampai cara-cara unilateral yang menggunakan kekerasan militer diusulkan negara-negara lain untuk menyelesaikan problemnya dengan Indonesia. Sekali saja Indonesia diajukan ke forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai negara yang “perlu dibantu” karena problem domestiknya, maka secara tidak langsung Indonesia akan dikenal sebagai negara parah.

Secara umum, ada kesepakatan di antara pelaku hubungan internasional 100 bahwa kondisi internasional saat ini memberi ruang gerak yang lebih baik bagi Indonesia sehingga seharusnya target-target politik luar negeri Indonesia dapat dicapai dengan relatif lebih mudah. Kemudahan ini terbentuk menyusul transisi menuju demokrasi yang dialami Indonesia sejak tahun 1998 dan dengan makin terlibatnya kelompok masyarakat sipil dalam mengedepankan praktik demokrasi dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM). Indonesia aktif melakukan pertemuan antar-LSM terkait kerja sama penguatan perlindungan HAM. Demikian pula Lembaga Bantuan Hukum (LBH), Komnas HAM, Komnas Perempuan dan Komnas Perlindungan Anak memperoleh perhatian tinggi dari masyarakat sebagai tem- pat mengadu dan mencari solusi. Sejumlah kegiatan yang mengedepankan karakter Indonesia yang menghormati demo- krasi, nilai-nilai keberagaman, pemajuan HAM, pemulihan keamanan dan perdamaian, serta pemulihan ekonomi menjadi titik balik yang turut mengubah aktivitas diplomasi. Secara

382 MENYONGSONG 2014-2019 382 MENYONGSONG 2014-2019

Indonesia dipandang cukup serius oleh negara-

luar negeri terhadap kegiatan negara sahabat untuk hubungan luar negeri yang

melakukan konsolidasi dilakukan Indonesia.

demokrasi, termasuk Dengan status politik sebagai

dalam menciptakan suasana lebih kondusif

negara demokrasi, Indonesia untuk kebebasan pers, me mang dipandang cukup

kebebasan berserikat, serius oleh negara-negara kebebasan berpendapat

sahabat untuk melakukan kon- termasuk dengan memberi soli dasi demokrasi, termasuk

peluang demonstrasi dalam menciptakan suasana damai dan perlindungan

lebih kondusif untuk kebebasan terhadap perempuan di pers, kebebasan berse rikat, ruang publik.

kebebasan berpendapat ter- masuk dengan memberi pe luang demonstrasi damai dan perlindungan terhadap perempuan di ruang publik. Di tingkat ASEAN, misalnya, Indonesia dipuji karena andilnya melahirkan Komisi Antarpemerintah ASEAN tentang Hak Asasi Manusia atau ASEAN Inter-governmental Commission on Human Rights (AICHR), ASEAN Institute for Peace and Reconciliation dan mengelola Institute for Peace and Democracy di Bali. Di kantor Dewan Pertimbangan Presiden, ada kegiatan sharing praktik demokrasi yang aktif yang diapresiasi negara-negara demokrasi baru seperti Mesir dan Myanmar.

Namun, kritik yang berkembang dari dalam dan luar negeri juga cukup tajam, sehingga ada indikasi bahwa kredibilitas dan

Hubungan Internasional: MEMPERJUANGKAN KEPENTINGAN NASIONAL 383 Hubungan Internasional: MEMPERJUANGKAN KEPENTINGAN NASIONAL 383

Kasus penolakan pada Mei 2013 terhadap pemberian penghargaan untuk Presiden SBY sebagai negarawan dunia “World Statesman Award 2013” dari Appeal of Conscience Foundation di New

York adalah salah satu contohnya. Publik di dalam negeri masih menganggap perlu kerendahan hati dari pemimpinnya bahwa masalah penghargaan internasional harus bisa dirasakan dulu kenyataannya di tataran individu warga negara. Prof. Magnis Suseno, seorang filsuf dan pemuka agama, menyoroti lemahnya perlindungan kelompok minoritas dan kepastian hukum dalam kebebasan beragama sebagai hal esensial yang absen dalam kepemimpinan Presiden SBY sehingga pemberian penghargaan tadi dianggap tidak pada tempatnya, apalagi karena penghargaan tadi diberikan untuk pertimbangan kinerja dalam toleransi keagamaan. 101

Catatan merah juga diberikan oleh Dewan HAM PBB. Meskipun Indonesia terpilih tiga kali berturut-turut sebagai anggota Dewan HAM PBB, termasuk untuk periode 2011-2014, pada periode ini pula Indonesia terus mendapat rapor merah. Disebutkan, meskipun Indonesia punya komitmen dan instrumen-instrumen untuk mendorong dan melindungi HAM, mekanisme untuk pelaksanaannya tidak memadai. 102 Kepolisian masih dituding melakukan pelanggaran HAM karena melakukan penyiksanaan atau tindakan kekerasan yang berlebihan. Aktivitas politik yang damai seperti demonstrasi termasuk oleh pendukung HAM dan

384 MENYONGSONG 2014-2019 384 MENYONGSONG 2014-2019

Terkait persoalan minoritas agama dan kebebasan beragama, Indonesia dituntut menghapuskan segala bentuk diskriminasi dan kekerasan yang dialami kelompok minoritas agama, meningkatkan toleransi antarumat beragama, me-review dan menghapuskan kebijakan yang diskriminatif dan yang membatasi kebebasan beragama, memastikan kebijakan perundang- undangan sesuai dengan hukum HAM Internasional, mempercepat RUU Religious Harmony, mengadakan pelatihan untuk kampanye antidiskriminasi bagi kelompok minoritas, serta mengambil langkah-langkah hukum bagi tindakan syiar kebencian, diskriminasi, pelecehan, dan kekerasan yang dialami kelompok minoritas beragama.

Penilaian tersebut terjadi pada saat Indonesia dipandang heroik dan sigap dalam memperjuangkan hak bagi masyarakat negara- negara lain. Diplomasi yang dilakukan oleh anggota DPR, misalnya, menjadi contoh yang sangat relevan untuk heroisme tersebut. Melalui IPU (Inter-Parliamentary Union), delegasi DPR-RI memperjuangkan Palestina menjadi anggota tetap IPU, membebaskan anggota parlemen Palestina dari penjara dan blokade Israel, bahkan tokoh diplomasi DPR seperti Marzuki Darusman, Theo Sambuaga, dan Abdillah Toha mendesak Komite Eksekutif IPU untuk membawa kasus Palestina ke sidang Governing Council IPU dan hasilnya sesuai dengan harapan: Palestina diterima pada sidang IPU berikutnya di Addis Ababa, Ethiopia, pada 5-10 April 2009.

Hubungan Internasional: MEMPERJUANGKAN KEPENTINGAN NASIONAL 385

Jika kita sandingkan fakta di atas dengan slogan ribuan teman dan tanpa musuh (thousand friends and zero enemy) dari Presiden SBY dan konsep keseimbangan dinamis (dynamic equilibrium) yang diangkat oleh Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, ada suatu puzzle besar. Indonesia sendiri menginginkan apa dalam pergaulan politik global? Sekadar teman dan keseimbangan politik global? Yang meresahkan adalah bahwa menambah teman sebanyak-banyaknya dan mencarikan keseimbangan dalam politik global berpotensi untuk sekadar menguntungkan kepentingan negara-negara lain. Istilah sinisnya: Indonesia sekadar menari di atas tabuhan genderang negara-negara lain.

Berdasar paparan di atas jelas bahwa kepentingan nasional Indonesia di bidang politik adalah: (a). Meyakinkan negara- negara lain bahwa pemerintah Indonesia mampu dan punya kredibilitas serta reputasi positif di mata masyarakatnya. Kepercayaan dan dukungan domestik akan dibaca oleh pihak asing sebagai wujud solidnya gerak Indonesia sebagai bangsa dalam percaturan politik global. (b). Menunjukkan kepada negara-negara lain bahwa Indonesia punya strategi, baik jangka pendek, menengah maupun panjang yang meyakinkan untuk melindungi HAM. Kritik internasional perlu diterima dengan lapang dada dan dicarikan solusinya, dan bukannya dipendam lebih lama lagi. Indonesia yang aktif dalam menyuarakan demokrasi perlu konsisten menunjukkan komitmennya dalam menyelesaikan masalah-masalah yang mengganggu ketenangan publik dalam menjalankan prinsip-prinsip demokrasi.

386 MENYONGSONG 2014-2019

Selain itu, Indonesia juga perlu: (c). Menunjukkan komitmen penegakan hukum, termasuk dalam memerangi praktik aturan main yang tidak jelas dan semena-mena, termasuk korupsi dan pelanggaran hukum dan pelanggaran HAM. Jika terjadi tebang pilih dalam penegakan hukum, tidak hanya kredibilitas pemerintah akan diragukan, tetapi juga Indonesia berpotensi dipecah belah. Indonesia perlu membangun reputasi juga bahwa siapapun yang terpilih menjadi pemimpin di Indonesia tidak akan mengorbankan kepentingan nasional Indonesia karena rayuan kepentingan sesaat yang disodorkan negara-negara lain. (d) Mendukung cara-cara multilateral dan kerja sama regional dalam menyelesaikan ketegangan antarnegara. Dari pengalaman keterlibatan dalam isu-isu negara berkembang dan membantu negara-negara yang dipandang sinis oleh negara-negara Barat, Indonesia dapat belajar bahwa instrumen kerja sama multilateral dan regional adalah instrumen yang membantu dalam saat- saat genting. Ketika lembaga multilateral dan regional alpa dalam mendukung anggotanya yang bermasalah untuk dapat menyelesaikan masalahnya secara elegan dan tetap menjaga prinsip non-intervensi dari negara-negara lain, maka peluang bagi negara yang merasa lebih kuat untuk “main hakim sendiri” lebih besar.