Relasi antarpelaku politik luar negeri.

3. Relasi antarpelaku politik luar negeri.

Pelaku politik luar negeri juga perlu menjadi perhatian karena mereka yang menjadi pelaku diplomasi untuk menerjemahkan target-target kepentingan nasional. Kesiapan pelaku untuk menjalankan tugas diplomasi masih perlu dikembangkan lebih lanjut, baik dari sistem perekrutan, pelatihan-pelatihan yang diberikan, maupun pengembangan kapasitasnya melalui penugasan-penugasan. Para pelaku tentu harus menguasai berbagai aspek kepentingan nasional, serta mampu mengartikikulasikan dan memperjuangkan kepentingan- kepentingan tersebut di kancah internasional.

Model pelatihan dari Lemhannas dapat diadaptasi sesuai dengan keperluan. Penyampaian Wawasan Nusantara yang diperlukan bukan sebatas pemahaman akan kondisi fisik dan filosofis, melainkan juga pemahaman akan psikologis para pelaku dunia usaha dan pemerintahan di tanah air. Para pejabat tinggi dan diplomat perlu bisa merasakan logika, misalnya, mengapa para petani kakao dan sawit memilih untuk menjual buah mentah secara ilegal ke Tawau Malaysia daripada ke pengepul di tanah air, 104 dan apa opsi kerja sama yang perlu dibangun di daerah perbatasan.

Selain itu, perlu dicatat pula di sini faktor kepemimpinan dalam pengambilan kebijakan luar negeri. Sebab, hal ini selalu diangkat

406 MENYONGSONG 2014-2019

dalam setiap perbincangan terkait pencapaian kepentingan nasional Indonesia, khususnya di kantor-kantor perwakilan RI di luar negeri. Kepemimpinan di sejumlah kedutaan besar masih banyak yang kosong, padahal untuk membuka satu kantor perwakilan biasanya dibutuhkan waktu yang sangat lama untuk penilaian dan penyesuaian waktu yang tepat. Target pemerintah Indonesia secara umum adalah untuk menancapkan kaki di sebanyak mungkin negara, meskipun minimalis. Alasannya, karena target diplomasi multilateral yang diperkenalkan sejak zaman Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda adalah setiap negara punya satu suara. Dengan demikian, Indonesia perlu memiliki kantor perwakilan di negara manapun yang strategis bagi kepentingan Indonesia, seperti baru-baru ini membuka kantor perwakilan di Kazakstan, Uzbekistan, Azerbaidjan, dan Ukraina. Selain itu, Indonesia juga mempertimbangkan faktor imbal balik pada negara-negara yang selama ini telah membuka kantor perwakilan di Indonesia, seperti Ekuador, Chile, Peru, Venezuela, dan Columbia. Pembukaan kantor perwakilan di Bahrain dibuat atas pertimbangan bahwa negara itu akan menjadi salah satu pusat investasi dunia pada masa mendatang.

Saat ini, pertimbangan-pertimbangan tersebut belum diikuti dengan kesiapan sumber daya manusia yang memadai serta jalur informasi yang jelas dan baku. Beda KBRI, beda negara, maka beda pula kinerja stafnya. Kepemimpinan seorang dubes sangat berpengaruh dalam variasi kultur kelembagaan. Tapi sayangnya, seorang duta besar rata-rata cuma punya waktu tugas 3 tahun dan banyak dari mereka ditunjuk dari kalangan

Hubungan Internasional: MEMPERJUANGKAN KEPENTINGAN NASIONAL 407 Hubungan Internasional: MEMPERJUANGKAN KEPENTINGAN NASIONAL 407

sekadar figur politis. Akibatnya, selama 10 tahun masa

di kantor-kantor perwakilan yang pemerintahan SBY pimpinannya luwes dan komunikatif,

diterjemahkan sebagai prinsip “thousand friends hubungan antarstafnya akan baik.

zero enemy”, sebagai Tapi, jika pimpinannya kaku dan upaya menjaga harmoni

tertutup, hubungan antarstafnya hubungan baik dan tidak

pun terganggu.

mencari musuh. Relasi antardiplomat dan atase

di kantor-kantor perwakilan RI, misalnya, sering menjadi persoalan walaupun seharusnya saling membantu dan saling melengkapi. Di beberapa kantor perwakilan, ketegangan antar-kedua pihak masih terjadi. atase sering dipandang tidak loyal pada duta besar karena informasi yang mereka kumpulkan langsung diantar ke “pusat” (Jakarta) serta sibuk dengan agendanya sendiri. Sementara itu, Atase ada pula yang tidak puas karena tidak dilayani dengan mobil bagus dan sopir seperti layaknya staf Kementerian Luar Negeri. Hal-hal superficiall ini jelas mengganggu pencapaian kepentingan nasional.