5. Sanksi Bagi Dewan Pengawas Syariah
a. Dalam hal terdapat 3 tiga kali teguran tertulis dari Bank Indonesia terkait
pelanggaran terhadap ketentuan dalam Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Pengawas Syariah, Rapat Dewan Pengawas Syariah huruf a dan d, dan
Aspek Transparansi Dewan Pengawas Syariah, maka BUS atau UUS terkait harus mengganti anggota Dewan Pengawas Syariah tersebut.
b. Dalam hal Dewan Pengawas Syariah tidak melaksanakan tugasnya dengan
baik sebagaimana dimaksud dalam Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Pengawas Syariah huruf b, c, d, e, dan f sampai dengan izin usaha Bank
dicabut, maka anggota Dewan Pengawas Syariah dimaksud dapat dikenakan sanksi berupa pelarangan menjadi anggota Dewan Pengawas
Syariah di perbankan syariah paling lama 10 sepuluh tahun sejak tanggal pencabutan izin usaha Bank oleh Bank Indonesia.
C. Ringkasan PBI No. 1133PBI2009
1. Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum Syariah BUS paling kurang diwujudkan dalam:
a. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi; b. kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan kerja yang
menjalankan fungsi pengendalian intern BUS; c. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah DPS;
d. penerapan fungsi kepatuhan, audit intern dan audit ekstern;
e. batas maksimum penyaluran dana; dan f. transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS.
2. Pelaksanaan GCG bagi Unit Usaha Syariah UUS paling kurang diwujudkan dalam:
a. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direktur UUS; b. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab DPS;
c. penyaluran dana kepada nasabah pembiayaan inti dan penyimpanan dana oleh deposan inti; dan
d. transparansi kondisi keuangan dan non keuangan UUS. 3. Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung
jawabnya, Dewan Komisaris wajib membentuk paling kurang: a. Komite Pemantau Risiko;
b. Komite Remunerasi dan Nominasi; dan c. Komite Audit.
4. Anggota Komite Pemantau Risiko paling kurang terdiri dari: a. seorang Komisaris Independen;
b. seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang perbankan syariah; dan
c. seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang manajemen risiko.
5. Anggota Komite Remunerasi dan Nominasi paling kurang terdiri dari: a. 2 dua orang Komisaris Independen; dan
b. seorang pejabat eksekutif yang membawahi sumber daya manusia. 6. Anggota Komite Audit paling kurang terdiri dari:
a. seorang Komisaris Independen; b. seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang akuntansi
keuangan; dan c. seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang perbankan
syariah. 7. Aspek transparansi pengungkapan kepemilikan saham 5 lima persen;
bagi Dewan Komisaris hanya berlaku pada BUS yang bersangkutan, sementara bagi Direksi berlaku baik pada BUS yang bersangkutan maupun
pada bank dan perusahaan lain di dalam negeri maupun luar negeri. 8. Dalam rangka melaksanakan GCG, Direksi wajib memiliki fungsi paling
kurang: a. Audit Intern;
b. Manajemen Risiko dan Komite Manajemen Risiko; dan c. Kepatuhan.
dimana dalam rangka mendorong efektivitas implementasi pelaksanaan fungsi dimaksud, Direksi dapat membentuk satuan kerja tersendiri.
9. Dalam rangka penunjukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik dalam RUPS bagi BUS, rencana penunjukan dimaksud terlebih dahulu
dikonsultasikan dengan DPbS. 10. Hal-hal yang diatur dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas DPS
adalah: a. Di BUS:
1 Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa Direksi menindaklanjuti rekomendasi DPS
2 Direksi wajib menindaklanjuti rekomendasi DPS 3 Laporan hasil audit intern terkait pelaksanaan pemenuhan Prinsip
Syariah disampaikan kepada DPS 4 BUS wajib memastikan ketersediaan dan kecukupan pelaporan
internal yang didukung oleh sistem informasi manajemen yang memadai, dalam rangka meningkatkan kualitas proses pengawasan
DPS. b. Di UUS :
1 Direktur UUS wajib menindaklanjuti rekomendasi dari hasil
pengawasan DPS 2 Direkrut UUS wajib menyediakan data dan informasi terkait
pemenuhan Prinsip Syariah yang akurat, relevan dan tepat waktu kepada DPS
3 UUS wajib memastikan ketersediaan dan kecukupan datainformasi bagi DPS.
11. Hal-hal yang diatur terkait pelaksanaan GCG bagi DPS, antara lain: a. Anggota DPS wajib menyediakan waktu yang cukup agar pelaksanaan
tugasnya berjalan optimal, dan DPS wajib menyelenggarakan rapat paling kurang 1satu kali dalam 1satu bulan.
b. Anggota DPS wajib mengungkapkan rangkap jabatan sebagai anggota DPS, dan remunerasi serta fasilitas yang diterima dalam laporan
pelaksanaan GCG. c. Anggota DPS dilarang merangkap jabatan sebagai konsultan diseluruh
BUS danatau UUS, dengan masa transisi pemberlakuan 1satu tahun setelah berlakunya PBI ini.
12. Ketua Komite sebagaimana dimaksud dalam angka 3, hanya dapat
merangkap jabatan sebagai ketua Komite paling banyak pada 1 satu Komite lainnya pada BUS yang sama.
13. Laporan pelaksanaan GCG bagi BUS disampaikan paling lambat 3 tiga bulan setelah tahun buku berakhir, dan paling kurang meliputi:
a. kesimpulan umum dari hasil penilaian self assesment atas pelaksanaan GCG BUS;
b. kepemilikan saham anggota Dewan Komisaris, hubungan keuangan dan hubungan keluarga anggota Dewan Komisaris dengan anggota Dewan
Komisaris lain, anggota Direksi, danatau pemegang saham pengendali BUS serta jabatan rangkap pada perusahaan atau lembaga lain;
c. kepemilikan saham anggota Direksi serta hubungan keuangan dan hubungan keluarga anggota Direksi dengan anggota Dewan Komisaris,
anggota Direksi lain, danatau pemegang saham pengendali BUS; d. rangkap jabatan sebagai anggota DPS pada lembaga keuangan syariah
lainnya; e. daftar konsultan, penasihat atau yang dipersamakan dengan itu yang
digunakan oleh BUS; f. kebijakan remunerasi dan fasilitas lain remuneration packages bagi
Dewan Komisaris, Direksi, dan DPS; g. rasio gaji tertinggi dan gaji terendah;
h. frekuensi rapat Dewan Komisaris; i. frekuensi rapat DPS;
j. jumlah penyimpangan internal fraud yang terjadi dan upaya penyelesaian oleh BUS;
k. jumlah permasalahan hukum
perdata maupun pidana dan upaya penyelesaian oleh BUS;
l. transaksi yang mengandung benturan kepentingan; m. buy back shares danatau buy back obligasi BUS;
n. penyaluran dana untuk kegiatan sosial baik jumlah maupun pihak penerima dana; dan
o. pendapatan non halal dan penggunaannya. 14. Laporan pelaksanaan GCG bagi UUS, paling kurang meliputi:
a. kesimpulan umum dari hasil self assesment atas pelaksanaan GCG UUS; b. rangkap jabatan sebagai anggota DPS pada lembaga keuangan syariah
lainnya; c. daftar konsultan, penasihat atau yang dipersamakan dengan itu yang
digunakan oleh UUS; d. kebijakan remunerasi dan fasilitas lain remuneration packages bagi
DPS; e. frekuensi rapat DPS;
f. jumlah penyimpangan internal fraud yang terjadi dan upaya penyelesaiannya oleh UUS;
g. jumlah permasalahan hukum
perdata atau pidana dan upaya penyelesaiannya oleh UUS;
h. penyaluran dana untuk kegiatan sosial baik nominal maupun penerima dana; dan
i. pendapatan non halal dan penggunaannya. 15. Laporan pelaksanaan GCG BUS disampaikan kepada DPbS atau KBI
setempat dengan tembusan kepada DPbS paling lambat 3 tiga bulan setelah tahun buku berakhir. Sementara, laporan pelaksanaan GCG UUS
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan GCG Bank Umum
Konvensional BUK disampaikan dalam bab chapter tersendiri pada periode waktu sebagaimana ketentuan GCG yang berlaku bagi bank umum
dan selanjutnya disampaikan kepada DPbS danatau KBI setempat yang melakukan pengawasan terhadap BUK dimaksud paling lambat 3 tiga
bulan setelah tahun buku berakhir. 16. Adanya ketentuan peralihan atas laporan pelaksanaan GCG BUS untuk posisi
laporan akhir Desember 2009 yang tetap mengacu pada PBI No.84PBI2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang Pelaksanaan Good
Corporate Governance bagi Bank Umum sebagaimana diubah dengan PBI No.814PBI2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang Perubahan atas PBI
No.84PBI2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum.
17. Dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini maka PBI
No.84PBI2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum beserta ketentuan perubahannya
dinyatakan tidak berlaku bagi BUS.
1
1
Perbankan, “PBI No. 1133PBI2009-Bank Sentral Republik Indonesia”, artikel diakses pada 1 Februari 2010 dari http:www.bi.go.id.
BAB IV RESPON DEWAN PENGAWAS SYARIAH TERHADAP APLIKASI PBI NO.