Pengaruh sistem shariah governace terhadap kualitas tata kelola perbankan syariah (studi pada bank umum syariah dan unit usaha syariah Indonesia Tahun 2013)

(1)

PENGARUH SISTEM SHARIAH GOVERNACE TERHADAP KUALITAS TATA KELOLA PERBANKAN SYARIAH

(Studi Pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Indonesia Tahun 2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

YELLA NOVELA DARA AMELIA

NIM 1111046100117

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

ii

PENGARUH SISTEM SHARIAH GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS TATA KELOLA PERBANKAN SYARIAH

(Studi pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Tahun 2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh :

YELLA NOVELA DARA AMELIA

NIM : 1111046100117

Pembimbing

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

(4)

(5)

(6)

v

ABSTRACT

Yella Novela Dara Amelia. 1111046100117. The effect of Shariah Governance on the The quality of governance Islamic Banking (studies on Islamic Banks and Sharia Business Units In 2013). Concentration of Islamic Banking, Muamalat Studies Program Faulty of Sharia and Law. Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta, 2015.

The research aims to know the Effect of Shariah Governance (SG), Return on Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR) and Non Performing Financing (NPF) Islamic Banking and to know about the most dominant factor significantly affected to GCG Islamic banking. The data used in this study is the 2013 annual data published by each bank. The analytical method used is Multiple Linear Regression.

The results showed that the SG, ROA, CAR and NPL simultaneously significant effect on corporate governance, while the SG of the most dominant factor affecting to GCG. The results also show that the NPF significant effect on corporate governance of Islamic banking in Indonesia.

Keywords: SG, ROA, CAR, NPF, Multiple Linear Regrssion. Supervisor: Ali Rama, S.E, M.Ec


(7)

vi

ABSTRAK

Yella Novela Dara Amelia. 1111046100117. Pengaruh Shariah Governance Terhadap Kualitas Tata Kelola Perbankan Syariah (studi pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Tahun 2013). Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2015.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Shariah Governance (SG), Return On Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah dan untuk mengetahui faktor yang paling dominan berpengaruh nyata terhadap Good Corporate Governance (GCG) perbankan syariah. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tahunan 2013 yang dipublikasi oleh masing-masing bank. Metode analisis yang digunakan adalah Regresi Linear Berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa SG, ROA, CAR dan NPF secara simultan berpengaruh signifikan terhadap GCG, sedangkan SG faktor yang berpengaruh paling dominan terhadap GCG. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa NPF berpengaruh signifikan terhadap GCG perbankan syariah di Indonesia. Kata Kunci: SG, ROA, CAR, NPF, Regresi Linear Berganda.


(8)

vii

KATA PENGANTAR

Segala Puji hanya Allah SWT, Tuhan Semesta Alam yang telah melimpahkan karunia-Nya kepada segenap umat manusia. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, manusia yang sempurna keimanannya, manusia yang agung akhlak dan tutur katanya, hingga patutlah menjadi teladan seluruh umat manusia lainnya.

Alhamdulillahirobbilalamin, penelitian yang berjudul “PENGARUH

SHARIAH GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS GCG PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA” telah dapat penulis selesaikan. Penulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata satu (S1) guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Merupakan suatu kehormatan bagi penulis untuk mempersembahkan yang terbaik kepada kedua orang tua, seluruh keluarga penulis, almamater dan pihak-pihak yang telah ikut andil dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Sebagai bentuk penghargaan, penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.

2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A. dan Bapak H. Abdurrauf. Lc., MA., selaku ketua dan sekretaris Program Studi Muamalat (Hukum Ekonomi Islam) yang telah memberikan arahan dalam penelitian skripsi penulis.


(9)

viii

3. Bapak Ahmad Chairul Hadi, MA, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak meluangkan waktu selama 4 tahun ini untuk memberikan nasehat, arahan serta masukan bagi penulis.

4. Bapak Ali Rama SE., M.Ec, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu serta memberikan arahan dan masukan agar skripsi ini terselesaikan dengan baik dan lancar.

5. Bapak Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA. dan Bapak H. Abdurrauf. Lc., MA., selaku dosen penguji sidang munaqasah penulis yang telah banyak memberikan saran dan pandangan yang luas untuk melengkapi isi karya tulis ini. 6. Segenap staff dosen dan staff akademik Fakultas Syariah dan Hukum yang telah

memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat serta bantuan bagi penulis.

7. Kedua orang tua tercinta yang selalu yang selalu memberikan semangat dan selalu

berdo’a serta selalu menjadi motivasi disetiap langkah penulis, Ayahanda (Papa) Alexander dan Ibunda (Mama) Yeni Mutiara, terimakasih telah mendidik dan membesarkan hingga saat ini.

8. Keluarga besar Ridwan M Noor dan H. Aidin Basrin, selaku keluarga besar

penulis, yang senantiasa memberikan semangat, dorongan serta do’a kepada

penulis.

9. Keluarga Besar Perbankan Syariah C angkatan 2011, Keluarga HandCare Indonesia dan Keluarga Lingkar Studi Ekonomi Syariah (LiSEnSi) UIN Jakarta periode 2014-2015. Terimakasih atas ilmu, saran-saran dan kebersamaannya.


(10)

ix

10. Sahabat-sahabat penulis, Siti Haura Ibtisamah, Hanni Khairani, Meiga Gemala, Novita Zuhrowiya, Assy Shella dan Astri Wulandari, sahabat (Ciwlabs Kesayangan) tempat tawa dan sedih, selalu memberikan inspirasi, do’a, semangat dan dukungan. Terimakasih atas kebersamaan, kehangatan dan kekeluargaan selama 4 tahun di Universitas Islam Negeri Jakarta ini.

11. Andy Azhari, teman istimewa yang telah banyak memberikan motivasi, nasehat, semangat dan menemani dalam sedih maupun senang bagi penulis.

12. Serta seluruh pihak yang telah bekerja namun belum mampu penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT dengan Ridho-Nya membalas segala kebaikan dengan pahala yang berlipat ganda. Dengan segala kekurangan, besar harapan penuls agar skripsi ini mampu memberikan manfaat serta pengetahuan bagi penulis pribadi dan para pembaca lainnya. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing dan memberikan petunjuk dalam setiap langkah.

Jakarta, Juli 2015


(11)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………...……….……….i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI………...……….…ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASYAH……....……iii

LEMBARPERNYATAAN………...……….iv

ABSTRAK………....……….v

KATA PENGANTAR………...…………vii

DAFTAR ISI………...………..x

BAB 1: PENDAHULUAN………...……….1

A. Latar Belakang………...………...…………..1

B. Identifikasi Masalah………...…………..9

C. Rumusan Masalah………...…………..10

D. Tujuan Penelitian………...….………..11

E. Manfaat Penelitian………...…………11

F. Metode Penelitian………...………12

G. Sistematika Penulisan………...………..15 BAB II: LANDASAN TEORI………...………..17 A. Good Corporate Governance (GCG)………...………..17 1. Pengertian Good Corporate Governance (GCG)…..……...…….17 2. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG)……...……20


(12)

xi

3. Tujuan Good Corporate Governance (GCG)………...…….24 4. Manfaat Good Corporate Governance (GCG)………...…………26 5. Corporate Governance pada Perbankan Syariah...28 6. Peraturan Bank Indonesia tentang Corporate Governance...33 B. Kinerja Keuangan………...……….35 C. Risiko………...………39 1. Pengertian Manajemen Risiko………...………39 2. Pembiayaan………...………41 3. Kualitas Pembiayaan Non Performing Financing (NPF)…...….41 D. Faktor-faktor yang mempengaruhi Good Corporate Governance (GCG)

pada 12 Bank Umum Syariah dan 21 Unit Usaha Syariah di

Indonesia………...……....………..44

1. Shariah Governance (SG) dan Good Corporate Governance

(GCG)………...………....44 2. Kinerja Keuangan dan Good Corporate Governance (GCG)...…46 3. Risiko dan Good Corporate Governance (GCG)………...46 E. Tujuan (Review) Terdahulu………...….47

BAB III: Metode Penelitian………...55

A. Ruang Lingkup Penelitian………...…….56 B. Metode Pengumpulan Data………...……..51 C. Operasional Variabel Penelitian………...…..57 D. Hipotesis………...…60


(13)

xii

E. Metode Analisis………...62

F. Uji Asumsi Klasik………...63

G. Pengujian Hipotesis………...66

H. Kerangka Konseptual………...…………..72

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN………...………..73

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian…………...………….73

1. Gambaran Umum Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah di Indonesia………...…………..73

2. Deskripsi Sampel Penelitian………...………..75 B. Penemuan dan Pembahasan………...………..…77 1. Uji Asumsi Klasik………...………..77 2. Uji Normalitas Data………...………..78 3. Uji Multikolinearitas………...…….79 4. Uji Heteroskedastisitas………...81

5. Uji Autokorelasi……….………...83

C. Analisis Regresi………...…….………...85

D. Pengujian Hipotesis………..……...87

1. Uji Statistik F (Simultan)………...…………..87 2. Uji Statistik t (Parsial)………...89

3. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)……...…………92

E. Pembahasan………...……….93


(14)

xiii

A. Kesimpulan………...….97

B. Implikasi………...98 C. Saran………...99

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Perbedaan Corporate Governance Konvensional dan Syariah...32

Tabel 2.2 Kualitas Pembiayaan dan Kriteria...42

Tabel 2.3 Ringkasan Penelitian Terdahulu...48

Tabel 4.1 Proses Seleksi Sampel...77

Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinearitas………...……….81

Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi………...…………84

Tabel 4.4 Hasil Analisis Regresi………...……..85

Tabel 4.5 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)………...……..87 Tabel 4.6 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)………...…89 Tabel 4.7 Koefisien Determinasi (Adjusted R2)………...………..92


(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur/Organ Good Corporate Governance Perbankan Syariah...33 Gambar 3.1 Skema Kerangka Pemikiran………...……….72 Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-P Plot………...…….79 Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastistias Menggunakan Grafik Scatterplot…...82


(17)

xvi

DAFTAR GRAFIK


(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar tahun Penelitian, Sampel Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), Data GCG, Shariah Governace (SG), Return On Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Financing

(NPF)………...………..104

Lampiran 2 Index SSBSCORE penilaian terhadap tiga (3) indikator Dewan Pengawas Syariah (DPS) / Shariah Governance (SG)…………...…..106

Lampiran 3 Uji Normalitas P-P Plot………...………..108

Lampiran 4 Uji Multikolinearitas………..…...……109

Lampiran 5 Uji Heteroskedastisitas………...…….110


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan) merupakan suatu subjek yang memiliki banyak aspek. Salah satu topik utama dalam tata kelola perusahaan adalah menyangkut masalah akuntabilitas dan tanggung jawab atau mandat, khususnya implementasi pedoman dan mekanisme untuk memastikan perilaku yang baik dan melindungi kepentingan pemegang saham. Fokus utama lain adalah efisiensi ekonomi yang menyatakan bahwa sistem tata kelola perusahaan harus ditujukan untuk mengoptimalisasi hasil ekonomi, dengan penekanan kuat pada kesejahteraan para pemegang saham. Ada pula sisi lain yang merupakan subjek dari tata kelola perusahaan, seperti sudut pandang pemangku kepentingan, yang menunjuk perhatian dan akuntabilitas lebih terhadap pihak-pihak lain selain pemegang saham, misalnya karyawan atau lingkungan.

Sampai saat ini para ahli tetap menghadapi kesulitan dalam mendefinisikan GCG yang dapat mengakomodasikan berbagai kepentingan. Tidak terbentuknya definisi yang akomodatif bagi semua pihak yang berkepentingan dengan GCG disebabkan karena cakupan GCG yang lintas sektoral. Definisi CGC menurut Bank Dunia adalah aturan, standar dan organisasi di bidang ekonomi yang mengatur perilaku pemilik perusahaan, direktur dan manajer serta perincian dan penjabaran


(20)

2

tugas dan wewenang serta pertanggungjawabannya kepada investor (pemegang saham dan kreditur). Tujuan utama dari GCG adalah untuk menciptakan sistem pengendaliaan dan keseimbangan (check and balances) untuk mencegah penyalahgunaan dari sumber daya perusahaan dan tetap mendorong terjadinya pertumbuhan perusahaan. Inti dari kebijakan tata kelola perusahaan adalah agar pihak-pihak yang berperan dalam menjalankan perusahaan memahami dan menjalankan fungsi dan peran sesuai wewenang dan tanggung jawab. Pihak yang berperan meliputi pemegang saham, dewan komisaris, komite, direksi, pimpinan unit dan karyawan. Konsep Good Corporate Governance (GCG) adalah konsep yang sudah saatnya diimplementasikan dalam perusahaan-perusahaan dan bank-bank yang ada di Indonesia, karena melalui konsep yang menyangkut struktur perseroan, yang terdiri dari unsur-unsur RUPS, direksi dan komisaris dapat terjalin hubungan dan mekanisme kerja, pembagian tugas, kewenangan dan tanggung jawab yang harmonis, baik secara intern maupun ekstern dengan tujuan meningkatkan perusahaan-perusahaan dan bank-bank demi kepentingan shareholders dan stakeholders.

Konsep tata kelola perusahaan (GCG) saat ini pun sudah sangat di terapkan di perbankan syariah, mengingat perkembangan produk lembaga keuangan syariah yang dicapai di industri perbankan syariah satu dasawarsa terakhir telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan ini ditandai oleh beberapa indikator-indikator antara lain: semakin meningkatnya market share, meningkatnya dana pihak


(21)

3

ketiga yang berhasil dihimpun dan semakin baiknya proses penyaluran dana yang dilakukan oleh bank syariah.

Pada tahun 2006 Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank Indonesia (Nomor/8/4/PBI/2006) tentang pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) bagi bank umum. Peraturan itu harus diterapkan oleh semua bank umum yang beroperasi di Indonesia, dan laporan pelaksanaannya yang pertama kali harus disampaikan untuk posisi laporan Akhir Desember 2007. Peraturan itu berlaku untuk semua jenis bank umum, termasuk Bank Umum Syariah (BUS) dan bank umum konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah (UUS). Bahkan untuk bank syariah kewajiban untuk menetapkan GCG kemudian ditegaskan dalam pasal 34 Undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (UU Perbankan Syariah). Serta, pada 9 Desember 2009, Bank Indonesia melaui Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/13/DPbs tanggal 30 April 2010, tentang pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah telah mengamanahkan untuk melaksanakan suatu tata kelola Bank yang menerapkan prinsi-prinsip keterbukaan, akuntabilitas, pertanggungjawaban, profesional dan kewajaran. Bank Syariah dalam rangka menjalankan amanah dengan Peraturan Bank Indonesia tersebut, membentuk Pedoman Kebijakan GCG dalam rangka melindungi steakholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta nilai-nilai atau etika yang berlaku umum pada industri perbankan syariah. Bank Syariah telah


(22)

4

memiliki Pedeoman Pelaksanaan GCG yang berdasarkan pada lima prinsip dasar yaitu keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accontability), pertanggungjawaban (responsibility), profesional (professional) dan kewajaran (fairness), dimana ke lima prinsip dasar GCG tersebut sejalan dengan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan secara islami yang berdasarkan Persaudaraan (ukhuwah) Keadilan (“adalah) Kemaslahatan (maslahah) dan Keseimbangan (tawazun).1

Sistem GCG yang efektif bagi bank syariah dibangun dengan memperhatikan sejumlah pilar mekanisme GCG, antara lain: 1. Peran dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah (DPS). 2. Bank syariah harus memiliki sistem pengawasan internal dan manajemen risiko yang tangguh. 3. Dalam konteks syariah, auditor eksternal tidak saja berperan untuk memberikan opini bahwa laporan keuangan bank telah disajikan secara wajar dan sesuai standar akuntansi yang berlaku. Auditor eksternal juga bekerja sama kepada DPS dan auditor internal untuk melaporkan laporan keuangan suatu Bank Syariah. 4. Transformasi budaya korporasi. 5. Perangkat hukum dan peraturan Bank Indonesia.2

Berdasarkan hasil penelitian dan laporan Bank Dunia dan ADB krisis perbankan yang terjadi di Indonesia dan keruntuhan perusahaan-perusahaan besar dunia disebabkan oleh karena buruknya pelaksanaan praktik-praktik Good Corporate

1

http://www.bnisyariah.co.id/en/tata-kelola-perusahaan/ diakses pada tanggal 12 desember 2014 pukul 17:12.

2

Ahmad Ifham Sholohin, Buku Pintar Ekonomi Syariah (Jakarta:Kompas Gramedia, 2010), hlm. 293


(23)

5

Governance (GCG). Selain itu, Good Corporate Governance (GCG) juga dapat meningkatkan nilai suatu perusahaan dengan cara meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Prinsip-prinsip dasar dari Good Corporate Governance (GCG) pada dasarnya memiliki tujuan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan. Dengan demikian, pengaruh kinerja perusahaan terhadap Good Corporate Governance (GCG) sangat berpengaruh, karena penerapan Good Corporate Governance (GCG) yang profesional sangat penting sehubungan dengan meningkatnya kondisi persaingan globalisasi yaitu dengan memberikan prioritas terhadap pebaikan penerapan Good Corporate Governance (GCG), perusahaan-perusahaan dapat mengarah pada biaya lebih rendah dan kenaikan kinerja. Perusahaan-perusahaan yang dikelola baik yaitu perusahaan yang menerepkan prinsip-prinsip pertanggungjawaban, akuntabilitas, keadilan dan transparansi akan terciptanya perusahaan yang baik dan perusahaan yang baik pula, akan membantu terciptanya hubungan yang kondusif dan dapat dipertanggungjawabkan diantara elemen dalam perusahaan (kepemilikan instutisional, kepemilikan manajerial, dewan komisaris dan pemegang saham) yang berperan dalam meningkatkan kinerja keuangan. Selain meningkatkan kinerja perusahaan, Good Corporate Governance (GCG) dalam kinerja perusahaan merupakan kunci sukses bagi perusahaan untuk memperoleh keuntungan, para investor yakin bahwa perusahaan yang menerapkan praktek GCG telah berupaya meminimalkan risiko yang akan menguntungkan diri sendiri, sehingga meningkatkan kinerja perusahaan yang pada akhirnya dapat memaksimalkan nilai perusahaan.


(24)

6

Selain itu, dalam rangka melaksanakan PBI No. 11/33/PBI/2009 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, maka setiap tahun bank syariah wajib mempublikasikan Laporan hasil Self Assessment atas pelaksanaan Tata Kelola yang dicantumkan pada Laporan Tahunan Good Corporate Governance. Laporan Self Assessment Good Corporate Governance merupakan hasil penilaian atas pelaksanaan tata kelola yang dilakukan masing-masing bank, baik dalam nilai komposit dan prdikat komposit, yang merupakan hasil akhir dari laporan pelaksanaan prinsip tata kelola.

Selain itu juga, desain modal tata kelola perusahaan corporate governance dalam perspektif Islam memiliki fitur yang unik dan karakteristik yang khas dibandingkan dengan konsep tata kelola perusahaan pada umumnya. Berbeda dengan lembaga keuangan konvensional, lembaga keuangan syariah punya kewajiban untuk memastikan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah pada seluruh produk, instrumen, operasi, preaktek dan manajemennya. Konsekuensi, lembaga keuangan syariah membutuhkan sisitem tata kelola untuk memastikan kepatuhan terhadap syariah. Istilah Shariah Governance diperkenalkan dalam sistem tata kelola lembaga keuangan syariah sebagai respon ketiadaan istilah corporate governance dalam literatur islam. Meskipun sebenarnya konsep shariah governance (SG) memiliki kesamaan peran dan fungsi yang sama dengan institusi hisbah dalam sejarah masyarakat Islam klasik, yaitu sebagai lembaga khusus yang mengawasi berjalannya pasar sesuai dengan aturan-aturan islam. Elemen penting dalam shariah governance


(25)

7

(SG) adalah keberadaan Dewan Pengawas Syariah (DPS) sebagai bagian dari struktur organisasi perusahaan yang berperan penting dalam proses supervisi, monitoring, audit dan pemberian opini terhadap kepatuhan syariah pada lembaga keuangan atau perusahaan yang menawarkan produk dan layanan syariah.3

Volume pertumbuhan produk dan layanan perbankan syariah dalam kurun waktu tahun terakhir khususnya Bank Umum Syariah (BUS) mengalami peningkatan yang cukup pesat. Pertumbuhan yang pesat juga didukung kinerja yang bagus, baik dari segi profitabilitas maupun pengelolaan dan risiko yang harus dihadapi. Bank Syariah kini mulai menunjukkan bahwa mereka mampu menggunakan aset, modal dan mengontrol pembiayaannya dengan baik. Pertama, untuk aktivitas penggunaan aset yang dihitung menggunakan rasio ROA, bank syariah mampu menghasilkan menghasilkan 2,11 persen pada Oktober 2012. Kedua, selain ROA bank syariah juga mampu meghasilkan sisi modal yang sangat baik untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung risiko, standar angka terbaik untuk rasio CAR pada bank menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP Tahun 2004 adalah lebih dari 12%, Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia sampai saat ini sudah mencapai nilai CAR lebih dari 12%.4 Besarnya nilai CAR menunjukkan tingkat kepekaan bank terhadap

3Ali Rama “

Analisis Komparatif Praktek Shariah Governance Lembaga Keuangan Syariah: Studi Kasus Negara ASEAN”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurnal

(2014)

4 Rina Nuraini Dewi, “

Pengaruh Capital Adequacy, Non Performing Loan, Operating Expense To Operating Income, Return On Asset, dan Net Interest Margin Terhadap Loan to Deposit Ratio”, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Pasundan Bandung, 2013), h. 8


(26)

8

kepentingan umum, semakin tinggi nilai CAR, maka bank semakin peka terhadap kepentinagn publik, Akan tetapi, apabila nilai CAR rendah, maka menunjukkan bahwa kepekaan bank terhadap publik rendah.5 Selain itu juga, bank syariah mampu meningkatkan jumlah penyaluran dana (pembiayaan) perbankan syariah menjaadi Rp.135,58 Triliun pada akhir 2012. Peningkatan jumlah pembiayaan ini harus memperhatikan risiko gagal bayar. Pada periode yang sama, bank syariah mampu mengontrol risiko gagal bayar yang dihitung menggunakan rasio Non Performing Financing (NPF) menjadi 2,58 persen. Sebagai lembaga keuangan, tentunya risiko keuangan menjadi hal yang penting untuk selalu diperhatikan oleh Bank, walaupun begitu bank juga perlu mengantisipasi seluruh kemungkinan risiko yang dapat terjadi. Dengan demikian, dapat dikatakan bank syariah telah mengontrol aktivitas pembiayaan dengan baik karena telah mampu menurunkan angka NPF. Sebagai lembaga keuangan, tentunya risiko keuangan menjadi hal yang penting untuk selalu diperhatikan oleh Bank, walaupun begitu bank juga perlu mengantisipasi seluruh kemungkinan risiko yang dapat terjadi.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, hal ini mendorong penulis untuk meneliti apakah terdapat pengaruh Shariah Governance (SG), Return On Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Good Corporate Governance (GCG) pada Perbankan Syariah di

5 Ika Permatasari, Retno Novitasary, “

Pengaruh Implementasi Good Corporate Governance Terhadap Permodalan dan Kinerja Perbankan di Indonesia:Manajemen Risiko Sebagai Variabel Interevening”, Jurnal Ekonomi Universitas Negeri Surabaya, Vol. 7 No. 1, h. 54


(27)

9

Indonesia. Dalam penelitian ini saya mengangkat judul “Pengaruh Shariah

Governance Terhadap Kualitas GCG Perbankan Syariah Di Indonesia”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, bahwa sebab terjadinya krisis perusahaan dan perbankan adalah lemahnya penerapan kualitas GCG sehingga berdampak buruk pada kinerja suatu perusahaan. Sistem Good Corporate Governance (GCG) pada suatu perbankan syariah masih sangat lemah karena itulah, disini disimpulkan bahwa identifikasi masalah dari latar belakang diatas adalah:

a. Krisis perbankan yang terjadi di Indonesia dan keruntuhan perusahaan-perusahaan besar dunia disebabkan karena buruknya pelaksanaan praktik-praktik Good Corporate Governance (GCG).

b. Lemahnya tata kelola, salah satunya dipengaruhi buruknya kinerja keuangan. Kinerja keuangan disini di proksikan pada Return on Assets (ROA), kecukupan modal Capital Adequacy Ratio (CAR) dan tingginya tingkat risiko pembiayaan Non Performing Financing (NPF). Jadi, semakin bagus kinerja keuangan suatu perusahaan itu, akan berpengaruh besar pada baiknya tingkat kesehatan dan penerapan Good Corporate Governance (GCG).

c. Penerapan good corporate governane pada bank syariah menjadi sangat penting. Ini dikarenakan bank syariah memiliki perbedaan yang mendasar dengan bank konvensional, salah satunya adalah penerapan shariah governance


(28)

10

(SG). Dan penerapan shariah governance (SG) inilah yang menjadi pilar penting keberlangsungan entitas bank syariah. Salah satu turunan dari penerapan shariah governace (SG) ini adalah adanya keberadaan Dewan Pengawas Syariah (DPS). Yang mana tugas dari para DPS ini adalah mengawasi operasional perbankan syariah agar sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa sebab terjadinya krisis perbankan terutama perbankan syariah di Indonesia itu adalah lemahnya praktik/tata kelola (GCG) perusahaan sehingga berdampak buruk terhadap kinerja keuangan perbankan syariah, serta penerapan shariah compliance adalah dengan adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang selama ini tidak adanya penilaian khusus terhadap Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang diatur oleh undang-undang khusus perbankan syariah di Indonesia. Dengan demikian, dapat disimpulakan bahwa rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana pengaruh Shariah Governance terhadap Good Corporate Governance (GCG) ?

b. Bagaimana pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Good Corporate Governance (GCG) ?


(29)

11

c. Bagaimana pengaruh Kecukupan Modal terhadap Good Corporate Governance (GCG) ?

d. Bagaimana pengaruh Risiko Pembiayaan terhadap Good Corporate Governance (GCG) ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan penjabaran rumusan masalah diatas dimaksudkan untuk memenuhi tujuan penulisan karya tulis. Tujuannya antara lain:

a. Untuk menganalisis pengaruh Shariah Governance terhadap Good Corporate Governance (GCG).

b. Untuk menganalisis pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Good Corporate Governance (GCG).

c. Untuk menganalisis pengaruh Kecukupan Modal terhadap Good Corporate Governance (GCG).

d. Untuk menganalisis pengaruh Risiko Pembiayaan terhadap Good Corporate Governance (GCG).

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagai berikut:


(30)

12 a. Bagi Perbankan Syariah

Dengan adanya penelitian ini diharapkan perbankan syariah di Indonesia memperoleh gambaran mengenai pengaruh Shariah Governance terhadap kualitas Good Corporate Governance sehingga mampu meningkatkan kinerja perusahaan termasuk kinerja keuangan suatu perbankan syariah

b. Bagi Akademisi

Dapat memperluas khazanah ilmu pengetahuan mahasisiwa dan mahasisiwi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang pengaruh Shariah Governance, Return on Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Good Corporate Governance (GCG) diukur dengan Indeks penilaian terhadap Dewan Pengawas Syariah (DPS) sesuai dengan undang-undang perbankan syariah yang berlaku. Dan menjadi sumber referensi bagi penelitian sejenis dan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dari penelitian yang telah ada maupun yang akan dilakukan.

F. Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang bersifat obyektif, mencakup


(31)

13

pengumpulan dan analisis data kuantitatif serta menggunakan metode pengujian statistik.6

b. Pendekatan Penelitian

Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan bersifat kuantitatif. Penelitian kuantitatif bersifat terinci, luas, banyak menggunakan literatur yang terkait dengan tema yang diajukan sebagai pendukung, memiliki prosedur yang terinci jelas, hipotesis telah sejak awal dirumuskan dan ditulis secara lengkap sebelum melaksanakan penelitian di lapangan. Penelitian kuantitatif dimaksudkan untuk melihat fenomena yang ada, kemudian dibandingkan dengan teori yang dimiliki.7

Jenis pendekatan lainnya yang digunakan khususnya dalam Shariah Governance (SG) penelitian ini adalah Analisis Isi (content analysis). Penelitian content analysis yaitu penelitian yang pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi. Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi.

c. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu laporan tahunan (annual report) dan laporan Self Assement GCG selama 2013 dari 12

6

Prof. Dr. Asep Hermawan, M.Sc. Penelitian Bisnis (Jakarta: Grasindo, 2013) h.19

7


(32)

14

Bank Umum Syariah (BUS) dan 21 Unit Usaha Syariah (UUS) di Indonesia pada tahun 2013.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari Bank Indonesia dan Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) yang terkait dalam penelitian ini.

d. Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan library research dan internet research.

Metode analisis yangdigunakan dalam penelitian adalah analisis regresi linear berganda, dimana data yang terkumpul diolah menggunakan software data statistik SPSS version 20.00.

e. Teknis Penulisan

Teknik penulisan dalam penelitian ini penulis berpedoman pada buku panduan penulisan skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(33)

15

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Terdiri dari Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Review Study Terdahulu, Kerangka Pemikiran, Rancangan Outline Penulisan dan Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Teori dari teori yang berkaitan dengan: Laporan Keuangan, Shariah Governance, Index SSBSCORE, Good Corporate Governance, Return on Assets (ROA) dan Non Performing Financing (NPF).

BAB III METODE PENELITIAN

Teori dari penjelasan mengenai: Ruang Lingkup Penelitian, Metode Penentuan Sampel, Sumber Data, Hipotesis, Metode Analisis (Uji Sttistik Deskriptif, Uji Normalitas, Uji Asumsi Klasik dan Uji Hipotesis), Variabel Penelitian, Pedoman Penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Teori dari: Gambaran Umum Objek Penelitian dan Hasil Pengolahan dan Analisis Data (Index SSBSCORE Dewan Pengawas Syariah, Self Assetment Good Corporate Governance, Return on Assets, Non Performing Financing).


(34)

16 BAB V PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan permasalahan yang telah dibahas sebelumnya dan saran penulis untuk penelitian selanjutnya.


(35)

17

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Good Corporate Governance (GCG)

1. Pengertian Good Corporate Governance (GCG)

Istilah “Corporate Governance” pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee tahun 1992 dalam laporan yang dikenal dengan Cadbury Report. Laporan ini menandakan pula sebagai titik balik yang menentukan bagi praktik Corporate Governance di seluruh dunia. Dalam Cadbury Report yang dimaksud dengan Corporate Governance adalah suatu sistem yang berfungsi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi. Corporate governance merupakan seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara para pemegang saham, manager, kreditor, pemerintah, karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal sehubungan dengan hak-hak dan tanggungjawab mereka.8

Di Indonesia, konsep good corporate governance mulai diperkenalkan pada tahun 1999 setelah pemerintah membentuk Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). KNKG mengeluarkan Pedoman Umum Good Corporate Governance (GCG) Indonesia pada tahun 2000 yang kemudian direvisi pada

8

Sudarmayanti,”Good Governance (Kepemerintahan yang Baik) dan Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan yang Baik)”, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2007, bagian ketiga), h. 53.


(36)

18

tahun 2006. Isi dari pedoman tersebut adalah setiap perusahaan harus membuat pernyataan tentang kesesuaian penerapan good corporate governance dengan pedoman yang telah dikeluarkan oleh KNKG dalam laporan tahunannya. Hal ini berarti setiap perusahaan telah menerapkan prinsip Good Corporate Governance (GCG).

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), mendefinisikan corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan. Tujuan Corporate Governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).9

Sementara Corporate Governance menurut Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) adalah struktur yang mengatur para pemegang saham, komisaris dan manager dalam menyusun tujuan-tujuan perusahaan dan sarana untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut serta mengawasi kinerja.

Good Corporate Governance (GCG) merupakan sebuah sistem tata kelola perusahaan yang berisi seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara

9

Sony Devano, dan Siti Kurni Rahayu, “Perpajakan: Konsep,Teori, dan Isu”, (Jakarta: Cetakan Pertama, 2006), h. 34.


(37)

19

pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya dalam kaitannya dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain, suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan, dengan tujuan untuk meninngkatkan nilai tambah (value added) bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Jika pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) tersebut dapat berjalan dengan efektif dan efisien, maka seluruh proses aktivitas perusahaan akan berjalan dengan baik, sehingga hal-hal yang berkaitan dengan kinerja perusahaan baik yang sifatnya kinerja finansial maupun non finansial akan juga turut membaik.10

Berdasarkan pengertian diatas, Corporate Governance didefinisikan sebagai suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan utama mengelola risiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan investasi pemegang saham dalam jangka panjang.11

Good Corporate Governance (GCG) terdiri dari dua unsur, yaitu unsur yang berasal dari dalam perusahaan (Corporate Governance internal perusahaan) dan unsur yang berasal dari luar perusahaan (Corporate Governance eksternal perusahaan).

10

Brown, Lawrence, and J., Caylor, ”Corporate Governance and Firm Performance”,Boston Accounting Research Colloquium 15th, Desember, 2004

11

Muh. Arief Effendi, ”The Power of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi”, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 1.


(38)

20

Corporate Governance internal perusahaan adalah unsur yang selalu diperlukan dalam perusahaan dan sangat berperan dalam mengelola perusahaan. Jika kinerja Corporate Governance internal perusahaan baik maka kinerja perusahaan pun baik dan sebaliknya. Unsur-unsur Corporate Governance internal perusahaan menurut Kresnohadi adalah Pemegang Saham, Direksi, Dewan Komisaris, Manajer, Karyawan, Sistem dan Komite Audit.12

Corporate Governance eksternal perusahaan adalah unsur yang selalu dibutuhkan atau diperlukan diluar perusahaan dan mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Adapun unsur-unsur Corporate Governance eksternal perusahaan menurut Kresnohadi adalah kecukupan undang-undang dan perangkat hukum, Investor, institusi penyedia informasi, akuntan publik, institusi yang memihak kepentingan publik bukan golongan, pemberi pinjaman dan pengesah legalitas.13

2. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance

Konsep Good Corporate Governance baru populer di Asia. Konsep ini relatif berkembang sejak tahun 1990-an. Konsep Good Corporate Governance baru dikenal di Inggris pada tahun 1992. Negara-negara maju yang tergabung

12

Ariyoto Kresnohadi,”Good Corporate Governance dan Konsep Penegakannya di BUMN dan

Lingkungan Usaha”, (Majalah Usahawan No. 10 Tahun XXIX, 2000), h. 9. 13

Ariyoto Kresnohadi,”Good Corporate Governance dan Konsep Penegakannya di BUMN dan


(39)

21

dalam kelompok OECD (kelompok Negara-negara maju di Eropa Barat dan Amerika Utara) mempraktikkan pada tahun 1999.

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menawarkan prinsip-prinsip yang menjadi indikator utama dari good corporate governance. Prinsip-prinsip tersebut antara lain: Fairness, Transparency, Accountability, dan Responsibility. Keempat prinsip tersebut penting karena penerapan prinsip good corporate governance secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan juga dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan.14

a. Fairness (Keadilan)

Prinsip keadilan merupakan kesetaraan yang harus menjamin adanya perlakuan adil di dalam memenuhi hak dan kewajibannya terhadap stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perlakuan yang sama terhadap pemegang saham, terutama pemegang saham yang hanya memiliki sejumlah kecil saham di dalam perusahaan (pemegang saham minoritas) dan pemegang saham asing yang secara otomatis memiliki akses dan kekuatan yang lebih kecil dibandingkan dengan kelompok yang

14

Thomas S. Khaihatu, “Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia”,


(40)

22

mayoritas. Dengan perlakuan yang adil tersebut diharapkan semua peraturan yang ada ditaati guna melindungi semua pihak yang mempunyai kepentingan terhadap keberlangsungan bisnis.

b. Disclosure/Transparency (Transparasi)

Keputusan Menteri Negara BUMN tahun 2002 mengartikan transparansi merupakan keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. Jadi dalam prinsip ini, para pemegang saham haruslah diberi kesempatan untuk berperan dalam pengambilan keputusan atas perubahan-perubahan mendasar dalam perusahaan dan dapat memperoleh informasi yang benar, akurat, dan tepat waktu mengenai perusahaan.

c. Accountability (Akuntabilitas)

Yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban dalam perusahaan, sehingga pengelolaan perusahaan dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Manajemen harus membuat job description yang jelas kepada semua karyawan dan menegaskan fungsi-fungsi dasar setiap bagian. Dari sini perusahaan akan menjadi jelas hak dan kewajibannya, fungsi dan tanggungjawabnya serta kewenangannya dalam setiap kebijakan perusahaan. Corporate Governance harus menjamin perlindungan kepada pemegang saham khususnya pemegang saham


(41)

23

minoritas dan asing serta pembatasan kekuasaan yang jelas di jajaran direksi.

Jika accountability ini diterapkan secara efektif, maka ada kejelasan fungsi, hak, kewajiban, wewenang dan tanggungjawab antara pemegang saham, dewan komisaris serta direksi. Dengan adanya kejelasan maka perusahaan akan terhindar dari kondisi agency problem (benturaan kepentingan peran).15

d. Responsibility (Responsibilitas)

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menyatakan bahwa prinsip tanggung jawab ini menekankan pada adanya sistem yang jelas untuk mengatur mekanisme pertanggungjawaban perusahaan kepada shareholder dan stakeholder. Hal ini dimaksudkan agar tujuan yang hendak dicapai dalam good corporate governance dapat direalisasikan, yaitu untuk mengakomodasikan kepentingan dari berbagai pihak yang berkaitan dengan perusahaan seperti masyarakat, pemerintah, asosiasi bisnis, dan sebagainya.

Prinsip tanggung jawab ini juga berhubungan dengan kewajiban perusahaan untuk mematuhi semua peraturan dan hukum yang berlaku, termasuk juga prinsip-prinsip yang mengatur tentang penyusunan dan

15

Mas Ahmad Dariri, “Good Corporate Governance Konsep dan Penerapannya dalam Konteks Indonesia”, (Jakarta: Ray Indonesia, 2005), h. 10.


(42)

24

penyampaian laporan keuangan perusahaan. Setiap peraturan dan ketentuan hukum yang berlaku tentu akan diikuti dengan sanksi yang jelas dan tegas. Oleh karena itu kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku akan dapat menghindarkan perusahaan dari sanksi hukum sebagaimana diatur dalam peraturan terkait, dan juga sanksi moral dari masyarakat.16

Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-117/M-MBU/2002 bahwa di samping keempat prinsip di atas, masih ada satu prinsip tambahan lagi, yaitu prinsip Kemandirian (Independence). Prinsip ini diartikan sebagai suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

3. Tujuan Good Corporate Governance (GCG)

Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Good Corporate Governance (GCG) mempunyai enam macam tujuan utama. Keenam tujuan utama tersebut adalah sebagai berikut:

16

Azhar Maksum, “Tinjauan atas Good Corporate Governance di Indonesia”. (Medan: Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU, 2005), h. 13.


(43)

25

a. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang berdasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas serta kewajaran dan kesetaraan.

a. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ perusahaan yaitu dewan komisaris, direksi dan rapat umum pemegang saham (RUPS).

b. Mendorong pemegang saham, anggota dewan komisaris dan anggota direksi agar dapat membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

c. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama disekitar perusahaan.

d. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.

e. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional dan berkesinambungan.


(44)

26

4. Manfaat Good Corporate Governance

Dengan penerapan Corporate Governance, tidak hanya kepentingan para investor saja yang dilindungi melainkan juga akan dapat mendatangkan banyak manfaat dan keuntungan bagi perusahaan terkait dan juga pihak-pihak lain yang mempunyai hubungan langsung maupun hubungan tidak langsung dengan perusahaan.

Berbagai manfaat yang diperoleh dengan penerapan Corporate Governance dapat disebut antara lain:17

a. Dengan Good Corporate Governance (GCG) proses pengambilan keputusan akan berlangsung secara lebih baik sehingga akan menghasilkan keputusan yang optimal, dapat meningkatkan efisiensi setra terciptanya budaya kerja yang lebih sehat. Ketiga hal ini jelas akan sangat berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, sehingga kinerja perusahaan akan mengalami peningkatan.

b. Good Corporate Governance (GCG) akan memungkinkan dihindarinya atau sekurang-kurangnya dapat meminimalkan tindakan penyalagunaan wewenang oleh pihak direksi dalam mengelola perusahaan. Hal ini tentu akan menekan kemungkinan

17

Azhar Maksum, “Tinjauan atas Good Corporate Governance di Indonesia”. (Medan: Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU, 2005), h. 8.


(45)

27

kerugian bagi perusahaan maupun pihak berkepentingan lainnya sebagai akibat dari tindakan tersebut.

c. Nilai perusahaan di mata investor akan meningkat sebagai akibat dari meningkatnya kepercayaan mereka kepada pengelola perusahaan tempat mereka berinvestasi. Peningkatan kepercayaan investor kepada perusahaan akan dapat memudahkan perusahaan mengakses tambahan dana yang diperlukan untuk berbagai keperluan perusahaan terutama untuk tujuan ekspansi.

d. Bagi para pemegang saham, dengan peningkatan kinerja perusahaan dengan sendirinya juga akan menaikkan nilai saham mereka dan juga nilai deviden yang akan mereka terima. Bagi negara, hal ini juga akan menaikkan jumlah pajak yang akan dibayarkan oleh perusahaan yang berarti meningkatkan pendapatan negara dari sektor pajak.

e. Karena dalam praktik Good Corporate Governance (GCG), karyawan ditempatkan sebagai salah satu stakeholder yang seharusnya dikelola dengan baik oleh perusahaan, maka motivasi dan kepuasan kerja karyawan juga diperkirakan akan meningkat. Peningkatan ini dalam tahapan selanjutnya tentu akan dapat pula meningkatkan produktivitas dan rasa memiliki (sense of belonging) terhadap perusahaan.


(46)

28

f. Penerapan Corporate Governance yang konsisten juga akan meningkatkan kualitas laporan keuangan perusahaan. Manajemen akan cenderung untuk tidak melakukan rekayasa terhadap laporan keuangan, karena adanya kewajiban untuk mematuhi aturan dan prinsip akuntansi yang berlaku dan penyajian informasi secara transparan.

5. Corporate Governance pada Perbankan Syariah

Seiring dengan perkembangan industri perbankan syariah khususnya di Indonesia antara lain di tandai dengan semakin beragamnya produk perbankan syariah dan bertambahnya sekmen pasar pelayanan perbankan syariah, maka penerapan Good Corporate Governance (GCG) di lembaga perbankan syariah menjadi sebuah keharusan yang tak terbantahkan. Bahkan bank-bank syariah harus tampil sebagai pionir terdepan dalam mengimplementasikan Good Corporate Governance (GCG) tersebut.

Dalam kerangka itulah IFSB (Islamic Financial Service Board), sebuah Badan Penetapan Standar Internasional untuk regulasi lembaga keuangan Islam yang berpusat di Kuala Lumpur, pada tahun 2009 mengekspose draft Good Corporate Governance (GCG) untuk Lembaga Keuangan Syariah yang merupakan pedoman pelaksanaan tata kelola perusahaan lembaga keuangan syariah di semua negara atau yang lebih dikenal dengan istilah Shariah Governance (SG).


(47)

29

Keharusan tampilnya bank syariah sebagai pionir penegakan Good Corporate Governance (GCG) dibanding konvensional, menurut Algaoud dan Lewis18 karena permasalahan governance dalam perbankan syariah ternyata sangat berbeda dengan bank konvensional, yaitu:

a. Bank syariah memiliki kewajiban untuk mematuhi prinsip-prinsip syariah (shariah governance) dalam menjalankan bisnisnya. Karenanya, Dewan Pengawas Syariah (DPS) memainkan peran yang penting dalam governance structure perbankan syariah.

b. Karena potensi terjadinya information asymmetry sangat tinggi bagi perbankan syariah maka permasalahan agency theory menjadi sangat relevan. Hal ini terkait dengan permasalahan tingkat akuntabilitas dan transparansi penggunaan dana nasabah dan pemegang saham. Karenanya, permasalahan keterwakilan investment account holders dalam mekanisme Good Corporate Governance (GCG) menjadi masalah strategis yang harus pula mendapat perhatian bank syariah.

c. Dari perspektif budaya korporasi, perbankan syariah semestinya melakukan transformasi budaya di mana nilai-nilai etika bisnis Islami menjadi karakter yang inheren dalam praktik bisnis perbankan syariah.

Konsep Good Corporate Governance (GCG) yang dikeluarkan oleh IFSB (Islamic Financial Service Board) yang sering disebut dengan

18

Lewis, Mervin K. dan Latifa M. Algaud. “Perbankan Syariah Prinsip Praktek Prospek”.


(48)

30

Shari’ah Governance sebagian besar memiliki prinsip-prinsip yang sama dengan Good Corporate Governance (GCG) konvensional. Perbedaan yang ada dalam Good Corporate Governance (GCG) syariah dan konvensional hanya terletak pada syariah governace (SG) yaitu kepatuhan pada syariah. Sedangkan prinsip-prinsip transparansi, kejujuran, kehati-hatian, kedisiplinan merupakan prinsip universal yang juga terdapat dalam aturan Good Corporate Governance (GCG) konvensional.19

IFSB menjelaskan tentang definisi Sharia Governance (SG) sebagai berikut:20

Sistem Shariah Governance (SG) merupakan seperangkat pengaturan kelembagaan dan organisasi dimana lembaga keuangan syariah dapat memastikan bahwa terdapat pandangan independen tentang kepatuhan syariah melalui proses penerbitan fatwa syariah yang releven, penyebaran informasi fatwa dan review internal kepatuhan syariah.

Struktur dan proses yang harus dilakukan agar pemenuhan syariah dalam sistem Shariah Governance (SG) terlaksana dengan baik dalam sebuah institusi menurut IFSB adalah sebagai berikut:21

19

Siti Maria Wardayati,”Implikasi Shariah Governance terhadap Reputasi dan Kepercayaan

Bank Syariah”, (Jurnal Universitas Jember, Walisongo, Volume 19, Nomor 1, Mei 2011), h. 4.

20

Islamic Financial Services Board,”Guiding Principles on Shari’ah Governance Systems for


(49)

31

a. Pengeluaran pernyataan atau Pengeluaran pernyataan atau resolusi (fatwa) yang releven. Pernyataan atau resolusi syariah mengacu pada opini yang berkenaan dengan hukum yang menyinggung isu-isu mengenai keuangan islam yang diberikan oleh dewan syariah yang telah diberikan mandat. Dewan syariah juga memastikan pelaksanaan pernyataan atau resolusi syariah tersebut kepada indutri jasa keuangan syariah.

b. Penyebaran informasi mengenai pernyataan atau resolusi (fatwa) yang telah diterbitkan kepada personil operasi Lembaga Keuangan Syariah untuk memantau kesesuaian terhadap fatwa pada setiap tngkat operasional dan transaksi sehari-hari.

c. Adanya review/audit kepatuhan syariah internal, dimana berfungsi untuk memverifikasi kepatuhan syariah telah dilaksanakan secara maksimal, serta segala bentuk kejadian atas ketidakpatuhan akan dicatat dan dilaporkan sejauh dapat diatasi dan diperbaiki.

d. Melakukan review/audit terhadap kepatuhan syariah setiap tahun yang berfungsi untuk verifikasi bahwa kepatuhan syariah internal telah dilakukan secara tepat dan dan temuan yang didapat sepatutnya dicatat oleh Dewan Pengawas Syariah.

Ilustrasi mengenai sistem Shariah Governance (SG) di lembaga keuangan syariah dan perbedaannya dengan lembaga keuangan

21


(50)

32

konvensional dilihat dari pihak yang menjalankan tata kelola, kontrol dan kepatuhannya adalah sebagai berikut:22

Tabel 2.1

Perbedaan Good Corporate Governance Konvensional dan Syariah

Fungsi Konvensional Syariah

Tata Kelola Dewan Direksi Dewan Syariah Kontrol Auditor internal

Auditor eksternal

Unit Review Syariah Internal Unit Review Syariah Eksternal

Kepatuhan Unit Aturan dan Kepatuhan Keuangan

Unit Kepatuhan Syariah Internal Sumber: Islamic Financial Services Board 2010.

Konsep Shariah Governance (SG) merupakan sistem tata kelola yang unik dan ekslusif pada lembaga keuangan syariah yang berfungsi untuk memastikan kepatuhan syariah dalam keseluruhan aktivitas dan operasi perusahaan. Elemen penting yang membedakannya dari tata kelola perusahan pada umumnya adalah sejumlah pengaturan kelembagaan dan keorganisasian dalam bentuk Dewan Syariah, Unit Review Syariah Internal atau Eksternal dan Unit Kepatuhan Syariah Internal untuk memenuhi aspek kepatuhan syariah pada seluruh aspek transaksi bisnis dan operasi lembaga keuangan syariah.23

22

Islamic Financial Services Board, h. 4. 23

Ali Rama,”Analisis Komparatif Model Syariah Governance Lembaga Keuangan Syariah:

Studi Kasus Negara ASEAN”, (Laporan Penelitian Publikasi Nasional, Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h. 4.


(51)

33 Gambar 2.1

Struktur/Organ Good Corporate Governance (GCG) pada Perbankan Syariah

B.

Sumber: PT. Bank Syariah Mandiri Tahun 2013

6. Peraturan Bank Indonesia tentang Good Corporate Governance

Dalam konteks bisnis syariah, pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) merupakan salah satu upaya untuk melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta nilai-nilai etika yang berlaku secara umum pada industri perbankan syariah. Dengan

Struktur/ Organ RUPS Dewan Pengawas

Syariah Direksi Dewan Komisaris Komite

Struktur/ Organ Pendukung Hubungan Investor

CSR

Corporate Value Communication

Corporate Secretary

SKAI Manajemen Risiko

Compliance

Komite Remunerasi & Nominasi Komite Pemantau

Risiko Komite Audit


(52)

34

menimbang kepentingan tersebut, maka konsep Good Corporate Governance (GCG) syariah sebagaimana dimuat dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) Bagi Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) pasal 1 ayat 10 menyebutkan bahwa Good Corporate Governance (GCG) yang selanjutnya disebut GCG adalah suatu tata kelola bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparancy), akuntabilitas (accuntability), pertanggungjawaban (responsibility), profesional (professional) dan kewajaran (fairness)

Kemudian dalam penjelasannya, dijelaskan bahwa dalam rangka menerapkan kelima prinsip dasar tersebut, bank wajib berpedoman pada berbagai ketentuan dan persyaratan yang terkait dengan pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG). Selain itu dalam pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG), perbankan syariah juga harus memenuhi prinsip syariah (shariah governance).

Dalam pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) sebagaimana dijelaskan dalam pasal 2 ayat (1) disebutkan bahwa bank wajib melaksanakan Good Corporate Governance (GCG) dalam setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.

Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) pada Bank Umum Syariah (BUS) paling kurang harus diwujudkan dalam:


(53)

35

b. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan fungsi yang menjalankan pengendalian intern BUS,

c. Pelaksanaan tugas dan tanggungjawab dewan pengawas syariah, d. Penerapan fungsi kepatuhan, audit intern dan audit ekstern, e. Batas maksimum penyaluran dana, dan

f. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS.

Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) bagi Unit Usaha Syariah (UUS) paling kurang harus diwujudkan dalam:

a. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direktur Unit Usaha Syariah, b. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah,

c. Penyaluran dana kepada nasabah pembiayaan inti dan penyimpanan dana oleh deposan inti, dan

d. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan Unit Usaha Syariah.

B. Kinerja Keuangan

Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan dasar untuk penilaian kinerja perusahaan. Salah satu jenis laporan keuangan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan untuk suatu periode tertentu adalah laporan laba rugi. Akan tetapi angka laba yang dihasilkan dalam laporan laba rugi seringkali dipengaruhi oleh metode


(54)

36

akuntansi yang digunakan,24 sehingga laba yang tinggi belum tentu mencerminkan kas yang besar. Dalam hal ini arus kas mempunyai nilai lebih untuk menjamin kinerja perusahaan di masa mendatang. Arus kas (Cash Flow) menunjukkan hasil operasi yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan serta dibebani dengan beban yang bersifat tunai dan benar-benar sudah dikeluarkan oleh perusahaan.25 Cash flow return on assets (CFROA) merupakan salah satu pengukuran kinerja perusahaan yang menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba operasi. CFROA lebih memfokuskan pada pengukuran kinerja perusahaan saat ini dan CFROA tidak terikat dengan harga saham.26 Laporan keuangan sebagai produk informasi yang dihasilkan perusahaan, tidak terlepas dari proses penyusunannya. Kebijakan dan keputusan yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan. Menurut Theresia27 manajemen laba merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja

24

Kieso E. Donald, dan Weygandt J Jerry.” Akuntansi Intermediate. Jilid Satu, Edisi Ketujuh”,

(Binarupa Aksara. 1995).

25

Pradhono dan Yulius Jogi Cristiawan. “Pengaruh Economic Value Added,Residual Income, Earnings dan Arus Kas Operasi terhadap Return yang diterima oleh Pemegang Saham (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 6, No. 2,November. 2004.

26

Cornett M. M, J. Marcuss, Saunders dan Tehranian H. ”Earnings Management,Corporate Governance, and True Financial Performance”. http://papers.ssrn.com/. 2006

27

Theresia Dwi Hastuti. “Hubungan antara Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan (Studi Kasus pada Perusahaan yangLlisting di Bursa Efek Jakarta)”. (Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI, 2005), h. 242.


(55)

37

perusahaan. Manajemen akan memilih metode tertentu untuk mendapatkan laba yang sesuai dengan motivasinya.

Bryshaw dan Eldin (1989) menemukan bukti bahwa alasan manajemen melakukan manajemen laba adalah: (1) skema kompensasi manajemen yang dihubungkan dengan kinerja perusahaan yang disajikan dalam laba akuntansi yang dilaporkan; serta (2) fluktuasi dalam kinerja manajemen dapat mengakibatkan intervensi pemilik untuk mengganti manajemen dengan pengambilalihan secara langsung.28 Cornett et al.,

menemukan adanya pengaruh mekanisme Corporate

Governance terhadap penurunan discretionary accru-als sebagai ukuran dari manajemen laba dan berhubungan positif dengan CFROA. Hasil ini diinterpretasikan sebagai indikasi bahwa CFROA merupakan fungsi positif dari indikator mekanisme corporate governance. Mekanisme corporate governance dapat mengurangi dorongan manajer melakukan earnings management, sehingga CFROA yang dilaporkan merefleksikan keadaan yang sebenarnya.29

Manajemen laba dilakukan oleh manajer pada faktor-faktor fundamental perusahaan, yaitu dengan intervensi pada penyusunan laporan keuangan berdasarkan akuntansi akrual. Padahal kinerja

28

Ekowati Dyah Lestari, “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja Keuangan (Studi Kasus pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009)”. (Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang. 2011), h. 15.

29

Cornett M. M, J. Marcuss, Saunders dan Tehranian H. ”Earnings Management,Corporate


(56)

38

fundamental perusahaan tersebut digunakan oleh pemodal untuk menilai prospek perusahaan, yang tercermin pada kinerja saham. Manajemen laba yang dilakukan manajer pada laporan keuangan tersebut akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, yang selanjutnya akan mempengaruhi kinerja saham.30

Dalam penelitian ini menggunakan alat ukur rasio Return On Assets (ROA) sebagai dasar pengukuran kinerja finansial keuangan dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Return On Assets adalah rasio laba setelah pajak dalam satu tahun terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam periode yang sama. Return On Assets menggambarkan perputaran aktiva yang diukur dengan rasio perbandingan antara laba setelah pajak dengan total aset. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank memperoleh keuntungan secara keseluruhan sedangkan Capital Adequacy Ratio adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibaiayai dari dana modal sendiri bank di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana-dana masyarakat, pinjaman (hutang).31 Kedua rasio ini dirumuskan sebagai:

30

Haris Wibisono, Pengaruh Earnings Management Terhadap Kinerja Di Seputar SEO. (Tesis S2. Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro, Semarang, 2004).

31

Brigham dan Houston,”Fundamental Of Financial Management: Dasar-Dasar Manajemen


(57)

39

Capital Adequacy Ratio (CAR) = �

� � � � � �� � ��� x 100%

Return On Assets (ROA) =

x 100%

C. Risiko

1. Pengertian Manajemen Risiko

Manajemen risiko merupakan proses antisipasi terhadap risiko agar kerugian tidak terjadi kepada organisasi. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2010 mengenai Perubahan atas PBI Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko, Risiko adalah poteni kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa (events) tertentu dan Manajemen Risiko adalah serangkaian metodelogi dan prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, menatau dan mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha bank. Ada 8 jenis risiko yang wajib dikelola atau dipertimbangakan oleh Bank Umum:32

1. Risiko Kredit, yaitu risiko yang timbul akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank.

32 Lia Kartika Sari, “

Penerapan Manajemen Risiko Pada Perbankan Indonesia”, (Jurnal


(58)

40

2. Risiko Pasar, yaitu risiko pada posisi rekening administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan secara keseluruhan dari kondisi psar, termasuk risiko perubahan harga option.

3. Risiko Likuditas, yaitu risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh waktu dari sumber pendanaan arus kas dan/atau dari aset likud berkualitas tinggi yang dapat digunakan tanpa menggangu aktivitas dan kondisi keuangan bank.

4. Risiko Operasional, yaitu risiko akibat adanya ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sisitem atau adanya problem eksternal yang memepengaruhi operasional bank. 5. Risiko Hukum, yaiti risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan

aspek yuridis.

6. Risiko Reputasi, yaitu risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank.

7. Risiko Stratejik, yaitu risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan strategi serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.

8. Risiko Kepatuhan, yaitu risiko akibat bank tidak meatuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.

9. Risiko Investasi, yaitu risiko yang terjadi di perusahaan ada yang dapat dikelola atau diatasi, terdapat pula risiko yang tidak dapat diatasi, risiko


(59)

41

yang tidak dapat diatasi oleh perusahaan ini biasanya karena tidak dapat dikontrol perusahaan.

10.Risiko Imbal Hasil, yaitu ririko akibat perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan Bank kepada nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang diterima Bank dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi perilaku nasabah dana pihak ketiga Bank.

2. Pembiayaan

Pembiayaan atau financing yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dilakukan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.33

3. Kualitas Pembiayaan dan Non Performing Financing (NPF)

Pembiayaan menurut kualitasnya pada hakikatnya didasarkan atas risiko kemungkinan terhadap kondisi dan kepatuhan nasabah pembiayaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya untuk membayar bagi hasil, serta melunasi pembiayaannya. Jadi, unsur utama dalam menentukan

33 Sheila Santika Putri, “

Kajian Terhadap Manajemen Risiko Pembiayaan Pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah, KBMT WIDATUL, UMMAH”, (Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen


(60)

42

kualitas tersebut adalah waktu pembayaran bagi hasil, pembayaran angsuran maupun pelunasan pokok pembiayaan diperinci atas:34

Tabel 2.2

Kualitas Pembiayaan dan Kriteria

No Kualitas Pembiayaan Kriteria

1 Pembiayaan Lancar a. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bagi hasil tepat waktu; atau

b. Memiliki rekening yang aktif; atau

c. Bagian dari pembiayaan yang dijamin dengan agunan tunai (cash colateral).

2 Perhatian Khusus a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bagi hasil yang belum melampaui Sembilan puluh hari; atau

b. Kadang-kadang terjadi cerukan; atau c. Mutasi rekening relative aktif; atau

d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; atau

e. didukung oleh pinjaman baru

34

Tri Joko Purwanto, “Analisis Besarnya Pengaruh Pembiayaan, “Financing to Deposit

Ratio (FDR) dan Rasio Non Performing Financing (NPF) terhadap Laba Bank Syariah (Studi Kasus


(61)

43

3 Kurang Lancar a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bagi hasil; atau

b. sering terjadi cerukan; atau

c. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah

d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari Sembilan puluh hari; atau e. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur; atau

f. Dokumentasi pinjaman yang lemah

4 Diragukan a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bagi hasil; atau

b. Terdapat cerukan yang bersifat permanen; atau c. Terdapat wanprestasi lebih dai 180 hari; atau d. Terdapat kapitalisasi bunga; atau

e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untik perjanjian pembiayaan maupun peningkatan jaminan.

5 Macet a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau

bagi hasil; atau

b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau


(62)

44

c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar

NPF adalah tingkat pengembalian pembiayaan yang diberikan deposan kepada bank dengan kata lain NPF merupakan tingkat pembiayaan macet pada bank tersebut. NPF diketahui dengan cara menghitung pembiayaan non lancar terhadap total pembiayaan. Apabila renda NPF maka bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan, sebaliknya bila tingkat NPF tinggi bank tersebut akan mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet. Kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi kurang lancar, diragukan dan macet. Pembiayaan bermasalah adalah suatu pembiayaan, dimana ada suaru penyimpangan utama dalam pembayaran kembali pembiayaan yang menyebabkan kelambatan dalam pengembalian atau diperlukan tindakan yuridis dalam pengembalian atau kemungkinan potensial loss.35

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Good Corporate Governance (GCG) pada 12 Bank Umum Syariah dan 21 Unit Usaha Syariah di Indonesia.

35


(63)

45

1. Shariah Governance (SG) dan Good Corporate Governance

(GCG)

Istilah Shariah Governance (SG) dalam penelitian ini dikembangkan dari konsep Good Corporate Governance (GCG) dan syariah compliance. Prinsip-prinsip GCG merupakan prinsip universal sedangkan Shariah Governance (SG) merupakan prinsip-prinsip operasional pada bank syariah. GCG adalah pengaturan dan hubungan institusional yang mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan.36

Tugas pokok dan cocern utama dari syariah compliance adalah kedudukan Dewan Pengawas Syariah (DPS). Jadi, tidak dipungkiri bahwa kompetensi yang dibutuhkan bagi DPS adalah keahlian dalam hal hukum islam. Namun perlu disadari pula bahwa keahlian dalam bidang keuangan/perbankan juga diperlukan bagi DPS. Tentu akan sulit untuk menentukan (istimbat) mengenai halal atau haramnya suatu aktivitas atau bahkan produk bank, jika DPS hanya menguasai hukum islam tanpa memahami praktik perbankan. Farook dan Lanis menyatakan bahwa idealnya nasehat syariah (anggota dewan) harus mampu memahami bukan saja isu-isu syariah tetapi juga isu-isu mengenai hukum dan ekonomi, karena isu-isu demikian saling melengkapi. Dalam penelitian

36

Mervin K. Lewis dan Latifa M. Algaud, “Perbankan Syariah Prinsip Praktek Prospek”,


(64)

46

ini menerapkan mekanisme skor dalam penelian terhadap keberadaan DPS dan komposisi keahlian DPS, sebagaimana penjelasan di atas diduga ada hubungan positif antara shariah governance dan good corporate governance (GCG), sesuai peraturan perundang-undangan perbankan syariah yang berlaku.37

2. Kinerja Keuangan dan Good Corporate Governance (GCG)

Para investor melakukan overview suatu perusahaan dengan melihat profitabilitas perusahaan. Karena, profitabilitas dapat mengukur seberapa efektif perusahaan bagi investor. Dimana, salah satu rasio profitabilitas yang dipakai peneliti adalah Return On Asset (ROA) sebagai alat analisis utama dalam indikator penelitian kinerja. Dimana ROA disini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan atas keseluruhan dan yang ditanamakan dalam aktivitas yang digunakan untuk aktivitas operasi perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba.

Semakin baik nilai ROA maka secara teoritis kinerja keuangan perusahaan dikatakan baik, yang berakibat pula pada kemajuan praktik Good Corporate Governance (GCG). Dimana, bahwa sebab terjadi krisis tahun 1998 adalah gagalnya dan lemahnya praktik GCG yang berakibat buruknya kinerja perusahaan dana perbankan di Indonesia. Hasil

37

Charles, Chariri, “Analisis Pengaruh Islamic Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility”, Journal of Accounting, (2012), h. 4-5.


(65)

47

penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Handoko menemukan bahwa ROA berpengaruh positif signifinak terhadap penerapan Good Corporate Governance (GCG) perusahaan.

3. Risiko Pembiayaan dan Good Corporate Governance (GCG)

Melihat peluang dalam penelitian ini, GCG pada sektor perbankan syariah, maka penelitian ini melihat antara GCG dengan manajemen risiko yang diproksikan pada NPF. Selain itu juga diharapkan memperlihatkan pengaruh manajemen risiko terhadap GCG, lannotta menyatakan bahwa GCG berpengaruh positif terhadap NPF. Hal ini konsisten dengan teori bahwa pemegang modal insentif kuat meningkatkan pengembilan risiko sehingga manajemen risiko bank juga akan membaik.38

F. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Dalam rangka penetuan fokus penelitian, penulis telah membandingkan dengan peneliti terdahulu guna mendukung materi yang akan dibahas. Terdapat beberapa penelitian yang telah membahas Good Corporate Governance (GCG), Shariah Governance, Return on Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Financing (NPF), yakni:

38 Ika Permatasari, Retno Novitasary, “

Pengaruh Implementasi Good Corporate Governance Terhadap Permodalan dan Kinerja Perbankan di Indonesia: Manajemen Risiko Sebagai Variabel Intervening”, Jurnal Ekonomi, h. 54-55.


(66)

48 No Nama penulis/Judul

Skripsi, jurnal/Tahun

Subtansi Perbedaan dan Persamaan

dengan Penulis

1 Azhar Abdul Rahman, dkk

(Professor in the Accounting

Departement, Collage of Business, Universiti Utara Malaysia, 2013), The Influence of the Shariah Supervison Board on Corporate Social Responsibility Disclosure by Islamic Banks of Gulf Co-Operation Council Countries. (Juni, 2013)

Tujuan penelitian ini adalah ntuk mengeksplorai sejauh mana tanggung jawab sosial

perusahaan (CSR)

pengungkapan dalam laporan tahunan bank syariah di

negara-negara GCC

berdasarkan prinsip dan aturan syariah . Hal ini juga

meneliti pengaruh

SSBSCORE sebagai salah satu ciri pemerintahan pengungkapan CSR , setelah mengendalikan ukuran bank , kinerja keuangan dan kinerja ekonomi.

Hasil penelitian ini menemukan hubungan positif

Persamaan antara peneilitain sebelumnya dengan penelitian penulis adalah sama-sama memakai SSBSCORE untuk menilai Shariah Governance yang di prosikan pada Dewan Pengawas Syariah (DSN). Perbedaannya adalah objek penelitian sebelumnya adalah perusahaan-perusahaan yang beroperasi sesuai prinsip Syariah di negara-negara GCG Bahrain, Kuwait, Qatar, Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Oman.

Sedangkan objek penelitian penulis adalah 11 Bank Umum Syariah (BUS) dan 24


(67)

49

yang signifikan antara nilai keseluruhan pengungkapan SSB dan CSR . Temuan ini menyiratkan bahwa bank syariah , yang memiliki lebih banyak anggota SSB dan anggota SSB yang memiliki pengetahuan tambahan dan pengalaman di bidang industri perbankan ,

memutuskan untuk

memberikan informasi lebih lanjut mengenai CSR . Selanjutnya , berdasarkan prinsip-prinsip

akuntabilitas dan

pengungkapan penuh , hasil penelitian menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan antara tingkat CSR pengungkapan dan Bank


(68)

50

ukuran dan kinerja keuangan ,

sementara tidak ada

hubungan yang ditemukan untuk kinerja ekonomi .

2 Muhamad Ibadil. M

(Skripsi Unversitas Diponegoro, 2013), Anlisis Pengaruh Risiko, Tingkat Efisiensi, dan

Good Corporate

Governance Terhadap

Kinerja Keuangan

(Pendekatan Beberapa Komponen Metode Risk Based Bank Rating SEBI 13/24/DPNP)

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh NPL (Non Performing Loan), NIM (Net Interst Margin), LDR (Loan to Deposit Ratio), BOPO (Biaya Operasional

terhadap Pendapatan

Operasional), CAR (Capital Adequacy Ratio), PDN (Posisi Devisa Netto), dan Good Corporate Governance terhadap tingkat kinerja keuangan perbankan yang diukur dengan ROA (Return on Assets).

Hasil penelitian ini dengan

Persamaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian penulis adalah sama-sama menggunakan variabel Return on Assets).

Perbedaannya dengan

penelitian sebelumnya adalah Return on Assets (ROA) sebagai variabel dependen

sedangkan penulis

menjadikan Retun on Assets (ROA) dan Non Performing Financing (NPF) sebagai variabel independen.


(69)

51

menggunakan analisis regresi linear berganda, dapat dicatat bahwa Return On Assets dipengaruhi oleh NPL, NIM, LDR, BOPO, CAR, PDN, dan GCG. Hal ini dapat dilihat dari uji parsial(t-test), uji penentuan koefisien, dan tes signifikan simultan (f-test). Hasil berpengaruh signifikan terhadap tingkat kinerja keuangan perbankan (ROA) tapi LDR, PDN, dan GCG tidak berpengaruh signifikan pada tingkat kinerja keuangan perbankan (ROA).

3 Wulandari Nursetyorini (Skripsi Universitas

Diponegoro, 2012)

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh penerapan good corporate

Persamaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian penulis adalah sama-sama


(1)

103

18 2013 Bank Pembangunan Daerah

Riau Syariah

3,55 0,33 3,00 18,68 18,68

19 2013 Bank Permata Syariah 2,55 0,66 1,55 14,28 14,28

20 2013 Bank Sinarmas Syariah 1,65 1,00 1,71 21,82 21,82

21 2013 Bank Tabungan Negara Syariah 85,42 0,33 3,00 17,69 17,69

22 2013 BPD DKI Syariah 1,55 0,33 1,55 14,21 14,21

23 2013 BPD Jambi Syariah 2,20 1,00 1,71 28,10 28,10

24 2013 BPD Jawa Timur Syariah 1,65 0,66 2,92 23,72 23,72

25 2013 BPD Kalimantan Barat Syariah 1,80 0,33 1,74 16,99 16,99

26 2013 BPD Kalimantan Selatan

Syariah

2,21 1,00 4,14 17,29 17,29

27 2013 BPD Kalimantan Timur Syariah 2,08 1,00 1,21 19,03 19,03

28 2013 BPD Sulawesi Selatan dan

Sulawesi Barat Syariah

2,53 0,33 4,20 23,47 23,47

29 2013 BPD Sumatera Barat Syariah 2,15 1,00 90,59 15,59 15,59

30 2013 BPD Sumatera Selatan dan

Bangka Belitung Syariah

1,80 1,00 1,76 15,67 15,67

31 2013 BPD Sumatera Utara Syariah 2,41 1,00 3,97 13,24 13,24

32 2013 BPD OCBC NISP Syariah 1,55 0,33 1,81 19,28 19,28

33 2013 Pembangunan Daerah dan Jawa

Tengah Syariah


(2)

104

Lampiran 2: Index SSBSCORE penilaian terhadap tiga (3) indikator Dewan

Pengawas Syariah (DPS) / Shariah Governance (SG)

No Nama Bank Jumlah Anggota

DPS (Number of DPS)

Kualifikasi Doktor dari Anggota DPS

(Doctoral Qualificaton of DPS) Frekuensi Rapat (Meeting Frequency of DPS)

1 BPD Jawa Barat Banten Syariah 1 1 0

2 Bank BNI Syariah 1 0 0

3 Bank BRI Syariah 1 0 0

4 Bank Panin Syariah 1 1 1

5 Bank Syariah Mandiri 1 1 1

6 Bank Syariah Mega Syariah 1 0 1

7 Bank Muamalat Indonesia 1 1 0

8 Bank Syariah Bukopin 1 1 0

9 Bank Tabungan Pensiunan

Nasional Syariah

1 0 1

10 Bank Victoria Syariah 1 1 1

11 BCA Syariah 1 1 0

12 Maybank Syariah Indonesia 1 1 1

13 BPD Yogyakarta Syariah 1 1 1

14 Bank BPD Banda Aceh Syariah 1 1 1

15 Bank CIMB Niaga Syariah 1 1 0

16 Bank Danamon Syariah 1 0 0


(3)

105

18 Bank Pembangunan Daerah

Riau Syariah

1 0 0

19 Bank Permata Syariah 1 0 1

20 Bank Sinarmas Syariah 1 1 1

21 Bank Tabungan Negara Syariah 1 0 0

22 BPD DKI Syariah 1 0 0

23 BPD Jambi Syariah 1 1 0

24 BPD Jawa Timur Syariah 1 1 0

25 BPD Kalimantan Barat Syariah 1 0 0

26 BPD Kalimantan Selatan

Syariah

1 1 1

27 BPD Kalimantan Timur Syariah 1 1 1

28 BPD Sulawesi Selatan dan

Sulawesi Barat Syariah

1 0 0

29 BPD Sumatera Barat Syariah 1 1 1

30 BPD Sumatera Selatan dan

Bangka Belitung Syariah

1 1 1

31 BPD Sumatera Utara Syariah 1 1 1

32 BPD OCBC NISP Syariah 1 0 0

33 Pembangunan Daerah dan Jawa

Tengah Syariah


(4)

106

Lampiran 3: Uji Normalitas P-P Plot

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: ABS_RES2


(5)

107

Lampiran 4: Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Toleranc

e

VIF

1

(Constan) ,383 5,899 -,065 ,949

SG -7,423 5,426 -,194 -1,368 ,049 ,052 1,051

ROA -,002 ,100 -,003 -,020 ,984 ,944 1,059

CAR ,147 ,182 ,118 ,803 ,429 ,894 1,118

NPF 5,723 1,247 ,674 4,591 ,000 ,891 1,122

a. Dependent Variable: ABS_RES2

Lampiran 5: Uji Heteroskedastisitas

Scatterplot


(6)

108

Lampiran 6: Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,680a ,462 ,385 8,49825 2,327

a. Predictors: (Constant), NPF, SG, ROA, CAR b. Dependent Variable: ABS_RES2