untuk mencapai kinerja organisasi semaksimal mungkin dengan cara-cara yang tidak merugikan stakeholder organisasi tersebut.
18
Manfaat Good Corporate Governance adalah sebagai berikut: a.
Sebagai upaya untuk mengurangi praktek KKN b.
Dapat mendorong terciptanya biaya-biaya investasi yang lebih rendah c.
Sebagai intangible assets d.
Penggunaan sumber daya manusia dan alam secara efesien e.
Sebagai competitive advantage f.
Meningkatkan nilai pemegang saham perusahaan g.
Menciptakan kinerja perusahaan yang lebih baik.
2. Dasar Hukum Penerapan Good Corporate Governance
Penerapan Good Corporate Governance ini didasarkan pada beberapa peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun Bank Indonesia. Secara
umum, UU Perbankan No.7 Tahun 1992 dan UU No.10 Tahun 1998 sebagai perubahan dari UU No.7 tentang Perbankan telah menetapkan beberapa
rambu yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan Good Corporate Governance.
Kemudian Bank Indonesia mengeluarkan sejumlah peraturan tentang praktik Good Corporate Governance pada sektor perbankan, antara lain PBI
18
Suryo Pratolo, ”Good Corporate Governance dan Kinerja BUMN di Indonesia: Aspek Audit Manajemen Dan Pengendalian Intern Sebagai Variabel Eksogen Serta Tinjauan nya Pada
Jenis Perusahaan”, Simposium Nasional Akuntansi X, 26-28 Juli UNHAS MAKASAR, 2007.
No. 322PBI2001 tentang transparansi kondisi bank dan PBI No. 225PBI2001 tentang penetapan status bank dan penyerahan bank ke BPPN.
PBI No. 223PBI2000 tentang fit dan proper test bagi calon pemilik, dewan komisaris, direksi dan pejabat eksekutif bank. PBI No. 16PBI1999 tentang
penugasan direktur kepatuhan.
19
Selain itu, terdapat pula Peraturan Bank Indonesia No. 227PBI2000 tentang Bank Umum, yang mana di dalamnya diatur kriteria yang wajib
dipenuhi calon anggota Direksi dan Komisaris Bank Umum, serta batasan transaksi yang diperbolehkan atau dilarang dilakukan oleh pengurus bank.
Penguatan dewan direksi dan komisaris ini juga didukung oleh Peraturan Bank Indonesia No. 525PBI2003 tentang Penilaian Kemampuan dan
Kepatutan Fit and Proper Test, di mana calon direksi dan komisaris bank harus memenuhi kompetisi tertentu untuk menjadi pengurus bank. Adanya
persyaratan yang terperinci untuk calon direksi dan komisaris ini dapat menjadikan terpilihnya pengurus bank yang independen serta memiliki
kemampuan di bidangnya. Dengan demikian, peraturan ini dapat mencegah penyalahgunaan wewenang pemegang saham mayoritas untuk menunjuk
direksi dan komisaris yang tidak independen. Peraturan lainnya yang dikeluarkan berkaitan dengan kebutuhan peningkatan Good Corporate
Governance adalah PBI No. 58PBI2003 tentang Penerapan Manajemen
19
Ratna Januarti, “Penerapan Good Corporate Governance Pada Sektor Perbankan Studi : Divestasi Bank Lippo”, Jurnal Ilmu Hukum Litigasi, no.2 Juni 2003: h. 104.
Risiko bagi Bank Umum, Peraturan Bank Indonesia tersebut mewajibkan bank untuk menetapkan wewenang dan tanggung jawab yang jelas pada setiap
jenjang jabatan yang terkait dengan penerapan manajemen risiko.
20
Beberapa dasar hukum lain dari penerapan Good Corporate Governance dalam sektor perbankan yaitu berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.
84PBI2006 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum yang kembali disempurnakan melalui PBI No. 814PBI2006 tanggal
5 Oktober 2006 tentang Perubahan Atas PBI No. 84PBI2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum. Kemudian PBI
No. 912PBI2007 tentang insentive dalam rangka konsolidasi perbankan yang sebelumnya telah diatur dalam PBI No. 817PBI2006. Peraturan
terbaru tentang Good Corporate Governance yaitu PBI No. 1133PBI2009 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah
BUS dan Unit Usaha Syariah UUS.
3. Konsep Dasar Good Corporate Governance