BAB III ANALISIS PERATURAN BANK INDONESIA NO. 1133PBI2009
A. Landasan Penerapan PBI No. 1133PBI2009
PBI No. 1133PBI2009 merupakan peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dalam rangka membangun industri perbankan syariah yang sehat dan
tangguh, maka dari itu diperlukan pelaksanaan Good Corporate Governance bagi
bank umum syariah dan unit usaha syariah yang efektif. Kemudian Pelaksanaan
Good Corporate Governance di dalam industri perbankan syariah harus
memenuhi prinsip syariah sharia compliance. Selain itu, Pelaksanaan Good
Corporate Governance juga merupakan salah satu upaya untuk melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta nilai-nilai etika yang berlaku secara umum pada industri perbankan syariah. Semua hal yang terkait dalam tata kelola
perusahaan yang baik, maka perlu ditetapkan Peraturan Bank Indonesia ke dalam pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah.
B. PBI No. 1133PBI2009 Terkait Dewan Pengawas Syariah
1. Persyaratan Dewan Pengawas Syariah
a. Jumlah, kriteria, rangkap jabatan dan persyaratan lain bagi Dewan
Pengawas Syariah tunduk kepada ketentuan Bank Indonesia terkait.
41
b. Usulan pengangkatan danatau penggantian anggota Dewan Pengawas
Syariah BUS kepada Rapat Umum Pemegang Saham dilakukan dengan memperhatikan rekomendasi Komite Remunerasi dan Nominasi.
c. Pengangkatan Dewan Pengawas Syariah pada UUS yang dimiliki oleh
kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri, ditetapkan oleh pimpinan tertinggi di Indonesia dari kantor cabang
tersebut. d.
Masa jabatan anggota Dewan Pengawas Syariah paling lama sama dengan masa jabatan anggota Direksi atau Dewan Komisaris.
2. Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Pengawas Syariah
a. Dewan Pengawas Syariah wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab
sesuai dengan prinsip-prinsip GCG. b.
Tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah adalah memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan Bank agar
sesuai dengan Prinsip Syariah. c.
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah sebagaimna dijelaskan di atas antara lain meliputi:
1 Menilai dan memastikan pemenuhan Prinsip Syariah atas pedoman
operasional dan produk yang dikeluarkan Bank; 2
Mengawasi proses pengembangan produk baru Bank agar sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia;
3 Meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama
Indonesia untuk produk baru Bank yang belum ada fatwanya; 4
Melakukan review secara berkala atas pemenuhan Prinsip Syariah terhadap mekanisme penghimpunan dana dan penyaluran dana serta
pelayanan jasa Bank; dan 5
Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan kerja Bank dalam rangka pelaksanaan tugasnya.
d. Dewan Pengawas Syariah wajib menyampaikan Laporan Hasil
Pengawasan Dewan Pengawas Syariah secara semesteran. e.
Laporan sebagaimana dimaksud di atas wajib disampaikan kepada Bank Indonesia paling lambat 2 dua bulan setelah periode semester dimaksud
berakhir. f.
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dan tata cara penyampaian laporan akan diatur lebih rinci dalam Surat Edaran Bank Indonesia.
g. Anggota Dewan Pengawas Syariah wajib menyediakan waktu yang cukup
untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal.
3. Rapat Dewan Pengawas Syariah a.
Rapat Dewan Pengawas Syariah wajib diselenggarakan paling kurang 1 satu kali dalam 1 satu bulan.
b. Pengambilan keputusan rapat Dewan Pengawas Syariah dilakukan
berdasarkan musyawarah mufakat.
c. Seluruh keputusan Dewan Pengawas Syariah yang dituangkan dalam
risalah rapat merupakan keputusan bersama seluruh anggota Dewan Pengawas Syariah.
d. Hasil rapat Dewan Pengawas Syariah wajib dituangkan dalam risalah
rapat dan didokumentasikan dengan baik.
4. Aspek Transparansi Dewan Pengawas Syariah
a. Anggota Dewan Pengawas Syariah wajib mengungkapkan rangkap
jabatan sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah pada lembaga keuangan syariah lain dalam laporan pelaksanaan GCG sebagaimana
diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini. b.
Anggota Dewan Pengawas Syariah dilarang memanfaatkan BUS untuk kepentingan pribadi, keluarga danatau pihak lain yang dapat mengurangi
aset atau mengurangi keuntungan BUS. c.
Anggota Dewan Pengawas Syariah dilarang mengambil danatau menerima keuntungan pribadi dari BUS selain remunerasi dan fasilitas
lainnya yang ditetapkan Rapat Umum Pemegang Saham. d.
Anggota Dewan Pengawas Syariah wajib mengungkapkan remunerasi dan fasilitas pada laporan pelaksanaan GCG sebagaimana diatur dalam
Peraturan Bank Indonesia ini. e.
Anggota Dewan Pengawas Syariah dilarang merangkap jabatan sebagai konsultan di seluruh BUS danatau UUS.
5. Sanksi Bagi Dewan Pengawas Syariah
a. Dalam hal terdapat 3 tiga kali teguran tertulis dari Bank Indonesia terkait
pelanggaran terhadap ketentuan dalam Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Pengawas Syariah, Rapat Dewan Pengawas Syariah huruf a dan d, dan
Aspek Transparansi Dewan Pengawas Syariah, maka BUS atau UUS terkait harus mengganti anggota Dewan Pengawas Syariah tersebut.
b. Dalam hal Dewan Pengawas Syariah tidak melaksanakan tugasnya dengan
baik sebagaimana dimaksud dalam Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Pengawas Syariah huruf b, c, d, e, dan f sampai dengan izin usaha Bank
dicabut, maka anggota Dewan Pengawas Syariah dimaksud dapat dikenakan sanksi berupa pelarangan menjadi anggota Dewan Pengawas
Syariah di perbankan syariah paling lama 10 sepuluh tahun sejak tanggal pencabutan izin usaha Bank oleh Bank Indonesia.
C. Ringkasan PBI No. 1133PBI2009