Pandangan Dewan Pengawas Syariah Terhadap Penerapan PBI No.

BAB IV RESPON DEWAN PENGAWAS SYARIAH TERHADAP APLIKASI PBI NO.

1133PBI2009

A. Pandangan Dewan Pengawas Syariah Terhadap Penerapan PBI No.

1133PBI2009 Tentang Good Corporate Governance 1. Pendapat Anggota Dewan Pengawas Syariah Mengenai Good Corporate Governance Dan Mekanismenya Pada Bank Syariah Good Corporate Governance adalah suatu peraturan Bank Indonesia yang ditujukan untuk meningkatkan atau melahirkan perusahaan yang baik, yang disiplin dan patuh pada peraturan. Sesuai dengan namanya sendiri, GCG Good Corporate Governance yaitu menciptakan korporasi yang baik dan bersih. 1 Good Corporate Governance ini hanya ditujukan kepada Dewan Pengawas Syariah, Dewan Komisaris dan Direksi saja. Peraturan ini dibuat agar masing-masing tahu hak dan kewajibannya, sehingga nanti tidak terjadi apa yang disebut dengan benturan kepentingan dan kekacauan dalam sebuah bank. 2 Di Dewan Pengawas Syariah, Good Corporate Governance merupakan sebuah arahan atau aturan yang baku yang menjadi tugas utama Dewan 1 Aminudin Yakub, DPS Bank Panin Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 31 Mei 2010. 2 Fathurrahman Djamil, DPS Bank CIMB Niaga Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11 Juni 2010. 53 Pengawas Syariah di bank syariah, baik itu berbentuk bank umum syariah ataupun unit usaha syariah yang menjadi tanggung jawabnya. 3 Good Corporate Governance memang menjadi solusi terbaik bagi tata kelola perusahaan, karena sudah diterima secara internasional dan fungsinya sudah cukup memadai. 4 Ini semua adalah bagian dari tanggung jawab Bank Indonesia untuk mengatur, karena jika tidak diatur demikian maka akan menimbulkan problem . Pada tahun-tahun yang lalu banyak bank yang collapse, salah satunya karena tidak transparan dan akuntabil. Jika semua peraturan Good Corporate Governance dilakukan secara konsisten maka akan baik. 5 Dengan adanya Good Corporate Governance, maka dilakukan istilahnya pre supervisory action, on going supervisory action , dan post supervisy action . Jadi ada pengawasan yang berkesinambungan. 6 Sedangkan mekanisme pelaksanaan Good Corporate Governance pada Bank Syariah yang mereka awasi adalah: a. Mengadakan meeting wajib minimal sebulan sekali. Tetapi jika ada masalah, maka setiap minggu bisa diadakan rapat. Jadi tergantung seberapa banyak masalah yang dihadapi. 7 3 M. Gunawan Yasni, DPS BRI Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 26 Mei 2010. 4 Ikhwan A. Basri, DPS Bank Bukopin Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 1 Juni 2010. 5 Fathurrahman Djamil, DPS Bank CIMB Niaga Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11 Juni 2010. 6 M. Gunawan Yasni, DPS BRI Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 26 Mei 2010. 7 Muardi Chatib, DPS Bank Muamalat Indonesia, Wawancara Pribadi, Jakarta, 31 Mei 2010. b. Melakukan pengawasan dan memberikan opini syariah atas produk dan aktivitas perbankan. 8 c. Untuk mengeluarkan produk, anytime dilakukan karena produk itu tidak akan pernah terjual apalagi dijual kepada masyarakat jika belum mendapatkan persetujuan dari Dewan Pengawas Syariah. 9 d. Antara Satuan Pengawas Internal dan compliance harus mempunyai garis pelaporan dan juga garis tanggung jawab, sehingga dapat menyampaikan apa-apa yang sudah diatur dan ditemukan. Jadi Satuan Pengawas Internal dan Kepatuhan harus selalu berkoordinasi dengan Dewan Pengawas Syariah. 10 e. Standard Operating Procedur SOP yaitu tata kerja yang akan dilakukan ketika suatu lembaga akan berjalan. Dewan Pengawas Syariah turut mengembangkan dan mengawasi apakah ketentuan-ketentuan yang ada di dalam Standard Operating Procedur ini bertentangan dengan syariah atau tidak. Kemudian sifat pengawasan yang digunakan adalah semacam random sampling. 11 2. Tugas Dan Tanggung Jawab Dewan Pengawas Syariah Dalam Praktek Good Corporate Governance Adapun tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah antara lain: 8 Aminudin Yakub, DPS Bank Panin Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 31 Mei 2010. 9 M. Amin Suma, DPS Bank Permata Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11 Juni 2010. 10 M. Gunawan Yasni, DPS BRI Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 26 Mei 2010. 11 Ikhwan A. Basri, DPS Bank Bukopin Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 1 Juni 2010. a. Dewan Pengawas Syariah merupakan badan atau lembaga yang harus mengawasi mulai dari pembuatan produk sampai kepada pelaksanaan dari produk. kemudian harus melaksanakan apa yang menjadi tugas utama sebagai shari’a compliance kepatuhan kepada syariah. 12 b. Memastikan seluruh aspek syariah berjalan dengan baik. Maksud dari memastikan aspek syariah itu semata-mata hanya berkaitan dengan 3 hal; yaitu produk, operation, dan akad-akad yang melekat pada produk-produk dan juga kepada operation itu. Kemudian setiap enam bulan sekali harus melakukan laporan Dewan Pengawas Syariah atas pemenuhan aspek syariah, seperti syariah audit. 13 c. Tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah dalam rangka praktek Good Corporate Governance sudah digariskan di dalam Peraturan Bank Indonesia tentang bank syariah atau di dalam Surat Edaran Menteri Keuangan untuk asuransi syariah. Dewan Pengawas Syariah juga harus pro aktif dalam praktek Good Corporate Governance , karena Dewan Pengawas Syariah merupakan salah satu sub bagian dari corporate itu sendiri secara keseluruhan, terutama dalam kapasitas atau wewenangnya untuk mengawasi produk yang dijual kepada masyarakat. 14 12 Fathurrahman Djamil, DPS Bank CIMB Niaga Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11 Juni 2010. 13 M. Gunawan Yasni, DPS BRI Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 26 Mei 2010. 14 M. Amin Suma, DPS Bank Permata Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11 Juni 2010. d. Pelaksanaan kerja Dewan Pengawas Syariah harus sesuai dengan apa yang telah digariskan oleh Dewan Syariah Nasional, tidak boleh di luar itu. 15 ِArtinya : Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat yang dipikulnya dan janjinya. al-Mukminun 8 3. Aplikasi Lima Prinsip Umum Good Corporate Governance Lima prinsip umum itu adalah sangat universal, seperti transparency, accountability, fairness, responsibility dan independency. Jika nilai itu dapat berlaku secara universal, maka nilai-nilai tersebut sudah ada di dalam syariah. Misalnya, transparency itu bisa dikiaskan kepada hal kejujuran. 16 Jika sifatnya administratif, maka hal itu dapat diserahkan kepada 5 prinsip umum Accountability, Transparancy, Resposibility, Independency dan Fairness ; tetapi berkenaan dengan ketentuan hukum syari’at, maka tetap berpegang pada prinsip syariah yang tidak mungkin terdapat pada 5 prinsip Good Corporate Governance itu sendiri. 17 Lima prinsip Good Corporate Governance itu sepertinya sudah sesuai dengan prinsip syariah, sehingga nanti tidak menimbulkan sesuatu yang tidak pada tempatnya dan bahkan menimbulkan kegiatan yang bertentangan dengan 15 Muardi Chatib, DPS Bank Muamalat Indonesia, Wawancara Pribadi, Jakarta, 31 Mei 2010. 16 M. Gunawan Yasni, DPS BRI Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 26 Mei 2010. 17 M. Amin Suma, DPS Bank Permata Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11 Juni 2010. prinsip syariah. 18 Secara umum, prinsip ini sudah mengakomodir seluruh praktek, kelima prinsip dasar ini dapat menjadikan perusahaan yang Good Corporate . 19 Di Bank Syariah Bukopin, untuk pelaksanaan transparansi belum sepenuhnya dilaksanakan seratus persen. Ada lagi accountability sebagai tindak lanjut daripada transparansi, akan tetapi akuntabilitas ini bukan kepada Dewan Pengawas Syariah, melainkan dari pihak manajemen atau pihak lainnya. 20 Beberapa prinsip tambahan yang ada pada Bank Syariah; selain kelima prinsip dasar Good Corporate Governance : a. Profesional. Ketika masuk ke dalam proses sampling atau uji dari sebuah transaksi, maka harus mengerti metodologi penelitian yang berkaitan dengan aspek itu. 21 b. Persistency. yang artinya istiqomah. Jadi syariah itu perlu istiqomah, karena lima prinsip umum tadi akan selalu mendapat penyesuaian dari logika manusia biasa, sementara nilai istiqomah itu tidak hanya mengandalkan logika 18 Fathurrahman Djamil, DPS Bank CIMB Niaga Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11 Juni 2010. 19 Aminudin Yakub, DPS Bank Panin Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 31 Mei 2010. 20 Ikhwan A. Basri, DPS Bank Bukopin Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 1 Juni 2010. 21 Fathurrahman Djamil, DPS Bank CIMB Niaga Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11 Juni 2010. ⌧ ☺ ☺ ☺ Artinya : Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, Maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan al-Huud 123 c. Jika terjadi perbedaan pendapat di antara Dewan Pengawas Syariah sendiri; maka solusinya adalah dengan cara berdiskusi atau berargumentasi sampai diketemukan kesamaan pendapat. Jadi tidak mengenal istilah disentence opinion, karena untuk memelihara tanggung jawab bersama, agar tidak membingungkan para user dalam hal ini karyawan Bank Syariah sendiri. 23 d. Tidak mubazir. Dalam hal makan tidak boleh mubazir. Kemudian setiap kru pada Bank Muamalat Indonesia harus memakai peci. 24 4. Kesulitan Atau Hambatan Pelaksanaan Good Corporate Governance Di dalam segala bidang pekerjaan hambatan pasti selalu ada, berikut hambatan yang ada pada pelaksanaan Good Corporate Governance : 22 M. Gunawan Yasni, DPS BRI Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 26 Mei 2010. 23 M. Amin Suma, DPS Bank Permata Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11 Juni 2010. 24 Muardi Chatib, DPS Bank Muamalat Indonesia, Wawancara Pribadi, Jakarta, 31 Mei 2010. a Dewan Pengawas Syariah tidak mempunyai staf atau sekretaris, minimal untuk membantu pembuatan scheduling. 25 b Anggota Dewan Pengawas Syariah dilarang menjadi advicer, jika seseorang menjabat sebagai Dewan Pengawas Syariah, maka jangan coba- coba menjadi Komisaris. Jadi Dewan Pengawas Syariah dan Komisaris itu dikotakkan. Good Corporate Governance ini dari sisi syariah membuat sebuah batasan yang sangat rigid untuk seseorang berfungsi sebagai rahmatan lil ‘alamin . 26 c Jika melihat Standar Internasional, Dewan Pengawas Syariah itu bukan badan yang bisa berdiri sendiri, karena Dewan Pengawas Syariah bukan bagian dari internal organisasi. Secara struktur memang Dewan Pengawas Syariah masuk ke dalam organisasi, akan tetapi sebenarnya menjadi outsider . Dikatakan outsider karena Dewan Pengawas Syariah itu termasuk orang luar, maka harus didampingi oleh orang dalam atau fungsi lain. Tetapi semuanya itu terkendala dengan biaya juga. 27 d Hambatan yang terjadi pada unit syariah biasanya adalah temuan kerja yang belum tentu sepenuhnya mengetahui syariah. Misalnya, Satuan Komite Audit Internal SKAI itu mungkin tidak sepenuhnya memahami 25 Aminudin Yakub, DPS Bank Panin Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 31 Mei 2010. 26 M. Gunawan Yasni, DPS BRI Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 26 Mei 2010. 27 Kanny Hidaya, DPS Bank Mega Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 19 Mei 2010. konsep syariah, maka harus diberikan informasi kepada mereka yang mana saja hal-hal yang sesuai dengan syariah. 28 e Hambatan yang terjadi biasanya bukan pada hal-hal yang bersifat substantif; mungkin lebih kepada hal-hal yang bersifat teknis administratif mengingat faktor tempat dan jalan. Mungkin ada juga dari faktor attitude, tetapi secara umum memang masih memerlukan peningkatan untuk mencapai Good Corporate Governance yang lebih sesuai dengan yang dikehendaki oleh peraturan itu sendiri. 29 Ada sebagian anggota Dewan Pengawas Syariah yang merasa keberatan dengan klausul yang ada di dalam PBI No. 1133PBI2009, yaitu: Pertama , kewajiban Dewan Pengawas Syariah begitu besar sedangkan haknya tidak dimunculkan, jadi tidak ada perimbangan antara hak dan kewajiban. Kemudian ketika dibandingkan dengan Komisaris hak-haknya belum sepadan. Kedua, anggota Dewan Pengawas Syariah dilarang menjadi seorang advicer. 5. Tanggapan Dewan Pengawas Syariah Dalam Menyikapi Peraturan Good Corporate Governance Secara umum, anggota Dewan Pengawas Syariah setuju dengan dikeluarkannya peraturan Good Corporate Governance ini, karena bagaimanapun juga peraturan tersebut dibuat untuk kebaikan dan peningkatan 28 Fathurrahman Djamil, DPS Bank CIMB Niaga Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11 Juni 2010. 29 M. Amin Suma, DPS Bank Permata Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11 Juni 2010. kualitas daripada Perbankan Syariah itu sendiri, hanya saja ada beberapa catatan untuk peraturan Good Corporate Governance, yakni: a. Pada saat Good Corporate Governance lahir, Bank Indonesia kurang berkomunikasi atau berdiskusi dengan Dewan Syariah Nasional, artinya Bank Indonesia hanya berjalan sendiri. Sebenarnya Good Corporate Governance ini adalah otoritas Bank Indonesia, tetapi sebuah aturan harus dihimpun dan disaring dari banyak pemikiran dan pendapat, sehingga nanti tidak ada pasal-pasal yang timpang. 30 b. Harus ada keseimbangan antara hak dan kewajiban, karena resiko yang dihadapi juga cukup tinggi. Jika Dewan Pengawas Syariah tidak melaksanakan tugas-tugasnya, maka akan dikenakan sanksi. Kemudian jika telah melaksanakan dengan baik, maka akan diberi reward, tetapi hingga saat ini tidak jelas reward nya diformulasikan dalam bentuk seperti apa. 31 c. PBI No. 1133PBI2009 sekiranya perlu disempurnakan lagi, yaitu mengenai Dewan Pengawas Syariah tidak boleh menjadi seorang konsultan di semua perbankan syariah. 32 d. Dalam sebuah peraturan harus ada kebijaksanaan, maka pelaksanaan Good Corporate Governance ini tergantung pada situasinya. Jika peraturan 30 Aminudin Yakub, DPS Bank Panin Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 31 Mei 2010. 31 Fathurrahman Djamil, DPS Bank CIMB Niaga Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11 Juni 2010. 32 M. Gunawan Yasni, DPS BRI Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 26 Mei 2010. seperti ini diterapkan di Bank Syariah pusat, maka tidak masalah. Tetapi jika peraturan ini diterapkan pada Bank Syariah yang bertempat di daerah, dan Sumber Daya Manusia yang ditempatkan di sana belum cukup memadai, maka hasilnya bank tersebut akan bubar. 33 6. Implikasi penerapan Good Corporate Governance terhadap operasional Bank Syariah a Sebelum ada Good Corporate Governance , guidance nya itu belum jelas, apalagi dalam bentuk tertulis; maka sekarang 5 prinsip itu telah benar- benar menjadi acuan dan arah yang fokus. Dengan demikian, maka pasti ada manfaat yang lebih bagus. Tinggal mungkin pembiasaannya saja yang masih harus menunggu proses, karena tidak ada sesuatu yang secepat kilat. Tetapi, dibanding masa-masa lalu, kehadiran Good Corporate Governance ini memberikan kerangka pikir, kerangka kerja dan kerangka arah yang lebih jelas. 34 b Dari segi internal meeting Dewan Pengawas Syariah sendiri jadi lebih teratur, lebih ada aturan yang jelas jika ingin menghasilkan report ke Bank Indonesia atau ke Dewan Syariah Nasional. sekarang sudah jelas semua produk harus ada opininya. Sebelum ada PBI ini rapat Dewan Pengawas Syariah tidak jelas, bisa diadakan setahun sekali. Sekarang akan dikenakan 33 Muardi Chatib, DPS Bank Muamalat Indonesia, Wawancara Pribadi, Jakarta, 31 Mei 2010. 34 M. Amin Suma, DPS Bank Permata Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11 Juni 2010. sanksi jika tidak mematuhinya. Sekali Dewan Pengawas Syariah sudah tidak dianggap fit dan proper lagi, maka dampaknya bisa selama 10 tahun tidak dapat menjabat sebagai Dewan Pengawas Syariah di Bank Syariah manapun. 35 7. Saran Atau Masukan Dari Dewan Pengawas Syariah a. Good Corporate Governance harus dimasyarakatkan agar lebih tahu bagaimana fungsi daripada Good Corporate Governance tersebut. 36 b. Hendaknya semua bank syariah melaksanakan peraturan yang telah ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional secara sempurna. 37 c. Keterbukaan harus dipahami secara konsisten oleh stakeholder sebagai pemangku kepentingan baik itu Direksi, Komisaris, pemegang saham, Bank Indonesia dan Dewan Syariah Nasional. 38 d. Pelaksanaan Good Corporate Governance adalah sebuah upaya yang sangat baik, tetapi ada pasal-pasal yang kurang berimbang, jadi perlu disempurnakan lagi. Misalnya dalam Dewan Pengawas Syariah kewajibannya banyak tetapi hak-haknya tidak banyak dimunculkan. Komisaris bisa mempunyai komite di bawahnya sebagai kelengkapan Komisaris, sedangkan Dewan Pengawas Syariah tidak ada. Padahal sebetulnya Dewan Pengawas Syariah mempunyai peran yang sama yaitu 35 M. Gunawan Yasni, DPS BRI Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 26 Mei 2010. 36 Kanny Hidaya, DPS Bank Mega Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 19 Mei 2010. 37 Muardi Chatib, DPS Bank Muamalat Indonesia, Wawancara Pribadi, Jakarta, 31 Mei 2010. 38 Fathurrahman Djamil, DPS Bank CIMB Niaga Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11 Juni 2010. melakukan pengawasan meski wilayahnya berbeda. Oleh karenanya Dewan Pengawas Syariah hanya berpegang pada lembaga-lembaga yang ada dalam bank itu. 39 e. Selama ini posisi Dewan Pengawas Syariah itu lebih diberdayakan sebagai seorang yang bisa memberikan konsultasi, jadi signifikannya mungkin lebih banyak dalam masalah konsultasinya. Padahal Dewan Pengawas Syariah itu adalah shari’a supervisory board tugas utamanya adalah mengawasi kemudian memberikan nasihat, tapi kenyataannya banyak bobot dari ke Dewan Pengawas Syariah itu yang diukur dari signifikan dibidang konsultasinya. Padahal di dalam Good Corporate Governance ini membatasi bahwa yang namanya Dewan Pengawas Syariah itu tidak boleh merangkap sebagai konsultan di semua bank syariah. Dalam hal ini harus ada pertimbangan-pertimbangan khusus, karena peraturan Good Corporate Governance ini membatasi seseorang menjadi orang yang rahmatan lil ‘alamin . 40 Analisis Penulis Berbagai macam pendapat telah diutarakan tentang bagaimana penerapan peraturan Good Corporate Governance di bank yang mereka awasi. Semua anggota Dewan Pengawas Syariah telah memahami dengan baik apa maksud dari 39 Aminudin Yakub, DPS Bank Panin Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 31 Mei 2010. 40 M. Gunawan Yasni, DPS BRI Syariah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 26 Mei 2010. pengertian Good Corporate Governance. Istilah yang paling gampang dipakai dalam Good Corporate Governance adalah suatu aturan tata kelola perusahaan yang baik, agar masing-masing bagian Dewan Pengawas Syariah, Komisaris dan Direksi tahu hak dan kewajibannya serta saling bekerja sama untuk tujuan lembaga itu sendiri, sehingga antara pihak satu dengan lainnya tidak saling tumpang tindih. Sebagian besar dari mereka percaya bahwa ke depannya Good Corporate Governance akan menjadi sebuah solusi tata kelola yang baik bagi industri perbankan syariah, karena sebelum ada peraturan ini, transparansi dan akuntabilitas belum dilaksanakan secara maksimal. Dengan adanya peraturan ini tata kelola perusahaan jadi lebih terstruktur dan terarah dengan baik. Karena jika Dewan Pengawas Syariah tidak melaksanakan tugas mereka dengan baik, maka akan dikenakan sanksi. Adapun mekanisme penerapan Good Corporate Governance yang harus dijalani oleh Dewan Pengawas Syariah, yakni wajib mengadakan rapat rutin minimal satu bulan sekali. Senantiasa memberikan opini dan pengawasan terhadap produk-produk dan aktivitas perbankan. Kemudian Dewan Pengawas Syariah harus berkoordinasi dengan baik dengan Satuan Pengawas Internal SPI dan Kepatuhan, agar pelaporan dan catatan-catatan yang ada dapat diawasi dan diperiksa dengan baik. Jadi mekanisme dari penerapan Good Corporate Governance ini tidak akan pernah terwujud manakala satu pihak dengan pihak yang lainnya tidak menjalin hubungan dengan baik, karena Dewan Pengawas Syariah tidak bisa berjalan dengan sendirinya tanpa bantuan dari pihak lain. Tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah sudah jelas termaktub di dalam PBI No. 1133PBI2009 tentang Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah serta di dalam Surat Edaran No. 1213DPbS Tahun 2010. Tugas-tugas Dewan Pengawas Syariah antara lain: mengawasi mulai dari pembuatan produk sampai kepada pelaksanaan daripada produk itu sendiri. Memastikan seluruh aspek syariah berjalan dengan baik, aspek syariah yang dimaksud adalah produk, operation, dan akad-akad yang melekat pada produk-produk dan juga kepada operation. Pada setiap enam bulan sekali harus membuat laporan yang berkaitan dengan Dewan Pengawas Syariah dan yang membuat adalah bank yang bersangkutan dengan Dewan Pengawas Syariah nya masing-masing. Lima prinsip umum yang ada; Accountability, Transparancy, Resposibility, Independency dan Fairness seyogyanya telah mampu mengakomodir seluruh praktek pengawasan dalam dunia perbankan syariah, sehingga aplikasi di lapangan sesuai dengan prinsip umum dalam teori. Hanya mungkin praktek pelaksanaanya belum seratus persen dilakukan dengan baik, karena pembiasaannya masih harus menunggu proses. Karena sebuah perubahan tidak mungkin bisa ditempuh dengan waktu yang sangat singkat. Sebagian dari anggota Dewan Pengawas Syariah memiliki prinsip tambahan selain kelima prinsip umum tadi. Adapula sebagian dari mereka yang sudah puas dan cukup atas kelima prinsip umum yang telah diterima secara internasional. Tambahan prinsip umum yang mereka utarakan tentu memiliki dampak yang baik bagi bank syariah dan jika prinsip tambahan tersebut dilakukan secara konsisten, maka ke depannya perbankan syariah menjadi yang terdepan dari bank-bank yang lain. Prinsip-prinsip tambahannya antara lain, yaitu profesional, tawakal, dan mufakat. Memang secara tertulis prinsip ini tidak ada, akan tetapi dalam prakteknya prinsip ini dilaksanakan dengan baik. Berbagai kesulitan atau hambatan yang dijalani Dewan Pengawas Syariah berbeda-beda, semua itu tergantung dari latar belakang dan profesi mereka masing-masing. Ada yang merasa keberatan karena tidak boleh menjadi seorang konsultan serta adapula yang terhambat dengan ketidakadaan seorang staf atau sekretaris yang membantu Dewan Pengawas Syariah dalam pelaksanaan tugas- tugasnya, minimal untuk membantu pembuatan jadwal. Kemudian ada juga yang merasa menjadi outsider di dalam bank yang mereka awasi, secara struktur memang Dewan Pengawas Syariah masuk ke dalam organisasi, akan tetapi sebenarnya tidak. Dikatakan outsider karena Dewan Pengawas Syariah termasuk orang luar, maka harus ada staf atau bagian yang mendampinginya. Lebih parah lagi ketika ada anggota Dewan Pengawas Syariah yang tidak memiliki ruangan kerja khusus untuk bekerja. Jadi ketika Dewan Pengawas Syariah datang ke Bank, mereka harus menunggu di luar ruangan atau di ruang tunggu. Hal ini mejadi sebuah hambatan yang harus dipertimbangkan untuk mereka yang ingin bekerja secara maksimal. Mungkin itu semua terkendala juga dengan biaya, sehingga dari pihak bank syariah sendiri belum mampu untuk menyediakan ruang khusus bagi Dewan Pengawas Syariah. Sebuah peraturan tidak terlepas dari ketidaksempurnaan, di sini terlihat bahwa ada beberapa klausul dalam PBI No. 1133PBI2009 ini yang memberatkan anggota Dewan Pengawas Syariah. Faktor yang menyebabkan hal tersebut bisa terjadi mungkin dikarenakan kurangnya komunikasi atau musyawarah antara Bank Indonesia dengan Dewan Syariah Nasional pada saat proses perancangan peraturan tersebut, sehingga ada pasal-pasal yang kurang fair bagi Dewan Pengawas Syariah. Jadi ada sebagian anggota Dewan Pengawas Syariah yang meminta agar peraturan Good Corporate Governance ini bisa disempurnakan lagi, agar semua pihak yang terlibat di dalamnya tidak ada yang merasa diberatkan. Tetapi semua itu terkendala juga dengan hal-hal yang lain, karena merubah atau merombak sebuah peraturan itu prosesnya tidaklah gampang dan cepat. Secara umum, Dewan Pengawas Syariah setuju mengenai diterapkannya peraturan Good Corporate Governance ini pada Bank Syariah, karena peraturan ini bertujuan untuk membangun perbankan syariah yang berkualitas dan masing- masing pihak mengetahui secara detail apa saja tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan. Tetapi ada juga anggota Dewan Pengawas Syariah yang merasa antara setuju dan tidak setuju dengan dikeluarkannya peraturan tersebut. Mungkin karena melihat ada beberapa hal yang harus dirubah dari kebijakan ini. Terlepas dari itu semua, anggota Dewan Pengawas Syariah tetap melaksanakan tugas- tugasnya dengan baik. Dari hasil penerapan PBI No. 1133PBI2009 mengenai Good Corporate Governance , ada sebuah implikasi positif bagi Bank Syariah yang mereka awasi. Dapat terlihat bahwa mekanisme kerja daripada Dewan Pengawas Syariah lebih terstruktur dan teorganisir dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tetapi ada juga Bank Syariah yang tidak merasakan perbedaan pasca dikeluarkannya peraturan ini, faktornya adalah karena Bank Syariah itu sendiri sudah menerapkan konsep yang sama dengan Good Corporate Governance sebelum diberlakukannya PBI No. 1133PBI2009. Faktor selanjutnya adalah launching Bank Syariah tersebut bersamaan dengan diwajibkannya pelaksanaan Good Corporate Governance, sehingga tidak ada perbedaan yang dirasakan secara signifikan. Tidak sedikit saran dan masukan yang telah disampaikan oleh Dewan Pengawas Syariah. Saran tersebut diyakini akan menjadi sebuah hal yang positif bagi pihak yang bersangkutan. Memang benar bahwa konsep dan prinsip dasar yang ada di dalam Good Corporate Governance harus bisa disosialisasikan kepada masyarakat umum, karena ini semua penting bagi kita dan Negara. Saran yang telah dikemukakan ini seharusnya dapat diketahui oleh Bank Indonesia, agar saran atau masukan tersebut bukan hanya menjadi sebuah wacana saja, tetapi juga dapat terealisasi dengan baik Walaupun hingga saat ini ada beberapa kesulitan yang dihadapi oleh Dewan Pengawas Syariah baik itu faktor internal maupun eksternal. Semoga ke depannya apa-apa yang telah diatur oleh Bank Indonesia dapat berjalan dengan lancar dan menjadikan perbankan syariah di Indonesia menjadi yang terbaik. Prinsip Good Corporate Governance Hal-hal yang Perlu Dicatat dalam Penerapan GCG • Transparansi • Pelaksanaan Good Corporate Governance secara umum dilakukan bertahap, karena sebuah pembiasaan tidak dapat dilaksanakan dengan singkat • Akuntabilitas • Temuan kerja yang belum tentu sepenuhnya mengetahui syariah • Pertanggungjawaban • Perlu adanya perubahan dalam PBI No. 1133PBI2009, mengingat hak yang tercantum dalam peraturan tersebut tidak banyak dimunculkan • Kemandirian • Tidak tersedianya ruang kerja khusus bagi Dewan Pengawas Syariah di Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah tetapi hanya sebagian saja • Kewajarankesetaraan • Belum ada staf ataupun sekretaris yang membawahi Dewan Pengawas Syariah tetapi hanya sebagian saja • Larangan menjadi seorang konsultan advicer di instansi manapun BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Dampak penerapan psak 108 terhadap tingkat solvabilitas minimum perusahaan asuransi syariah : studi pada unit syariah PT. Asuransi umum Bumiputera Muda 1967

5 95 129

Respon Anggota Dewan Pengawas Syariah (DPS) terhadap penerapan PBI No. II/33/PBI/2009 tentang Good corporate Governance (GCG) bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah

1 6 170

Pengaruh penerapan good corporate governance oleh dewan komisaris, dewan direksi, komite-komite, dan dewan pengawas syariah terhadap kinerja perbankan pada Bank umum syariah di Indonesia Tahun 2010-2013

1 7 115

Kendala dan tantangan penerapan sistem muzara'ah di bank syariah

0 10 87

Analisis rasio risiko dan profitabilitas bank umum syariah (studi empiris 3 bank umum syariah di Indonesia)

3 7 121

pengaruh penerapan prinsip good corporate governance (GCG) terhadap kinerja pegawai perbankan syariah di Kabupaten Pandeglang (Februari-Maret 2015)

0 4 104

Pengaruh good corporate governance : GCG terhadap kinerja keuangan perbankan syariah : studi kasus pada BANK umum syariah dan unit usaha syariah di Indonesia periode 2010-2013

0 24 0

Pengaruh penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) terhadap kinerja pegawai perbankan syariah di kabupaten Pandeglang : Februari-Maret 2015

1 16 104

Pengaruh sistem shariah governace terhadap kualitas tata kelola perbankan syariah (studi pada bank umum syariah dan unit usaha syariah Indonesia Tahun 2013)

0 8 0

Pengaruh intelectual capital dan good corporate governance terhadap profitabilitas bank umum syariah periode 2010-2013

0 12 152