Jendela Tiang Komponen Pendukung Bangunan Pada Setiap Bagian Rumah

pintu sorong, yaitu di sebelah luar disebut pintu kere dan di sebelah dalam berupa pintu berpanil. Berarti ada 4 buah pintu sorong di rumah inti.

5. Jendela

Jendela hanya pada gedongan, berfungsi sebagai sarana untuk sistem pencahayaan dan sistem pengudaraan, selain itu juga memiliki nilai kultural, khususnya anak perempuan yang sedang menginjak usia remaja dilarang keluar rumah dan apabila ada tamu yang bertandang untuk meminang, maka anak perempuan dilarang keluar dari kamar dan satu- satunya kesempatan bagi si wanita untuk melihat keluar atau mengintip calon kekasih dilakukan lewat jendela tersebut.

6. Tiang

Ciri khas lainnya dari rumah tradisional Kudus adalah tiang tunggal atau soko geder yang berada di ruang jagasatru, yang terletak di depan pintu masuk yang berada di tengah-tengah ruangan. Tiang tersebut disebut juga dengan tiang keseimbangan. Pada ruang dalam yaitu di ruang gedhongan terdapat empat tiang utama yang disebut saka guru. Keempat tiang ini melambangkan empat hakikat kesempurnaan hidup dan dimaksudkan sebagai simbol empat nafsu yang senantiasa menyertai diri manusia, yaitu nafsu luamah, yaitu kehendak yang mengajak kepada keserakahan atau ketamakan, nafsu amarah , yaitu nafsu lekas marah atau kehendak yang suka mengajak kepada perbuatan yang menyimpang dari peraturan, nafsu supiah, yaitu nafsu birahi, nafsu mutmainah, yaitu nafsu yang tenang dan suka mengajak kepada perbuatan yang baik yaitu kemurnian dan kejujuran. 76 Keempat nafsu tersebut, bagi masyarakat Jawa dapat juga diartikan sebagai tingkatan-tingkatan yang harus dilalui untuk menyatu dengan Tuhan. 77 • Luamah atau Syariat sembah raga • Amarah atau Tarikat sembah kalbu • Supiah atau Hakekat sembah jiwa • Mutmainah atau Makrifat sembah rasa Keempat saka guru tersebut juga ditafsirkan sebagai hakikat dari sifat nafsiyah , salbiyah, mangani, dan maknawiyah. Dengan menghadirkan keempat saka guru tersebut sebagai simbol empat nafsu tersebut, para pemilik rumah ingin agar penghuni rumah selalu mengingat akan pentingnya mengendalikan keempat nafsu yang menyertai dirinya. Kemudian, di atas keempat tiang saka guru tersebut, terdapat sejumlah susunan balok yang dinamakan tumpang sari sebagai pengerat yang jumlah susunan baloknya selalu ganjil dan jumlah yang dimaksud selalu membawa makna dan juga bervariasi, yaitu tiga, lima, tujuh, dan sembilan susunan. Balok tumpang sari yang berjumlah tiga, dimaksudkan untuk mengingatkan kehidupan manusia di tiga alam, yaitu alam arwah, fana, dan akhirat. 76 Soesilo, Sekilas Tentang Ajaran Kejawen Sebagai Pedoman Hidup Surabaya : Medayu Agung, 2000, h. 107. 77 Soesilo, Sekilas Tentang Ajaran Kejawen Sebagai Pedoman Hidup, h. 196. Untuk balok tumpang sari yang berjumlah lima, dimaksudkan sebagai simbol jumlah kewajiban dan waktu shalat wajib lima kali sehari semalam, yaitu Shubuh, Dhuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya. Pesan yang terkandung dalam simbol ini adalah untuk mengingatkan kepada seluruh anggota keluarga agar tidak melupakan kewajiban shalatnya yang sangat penting sesuai dengan waktu-waktu yang telah ditentukan tersebut. Kemudian balok tumpang sari yang berjumlah tujuh, dimaksudkan sebagai simbol gambaran alam semesta atau langit yang terdiri dari tujuh lapisan. Simbol ini mengandung makna sebagai sarana untuk mengingat akan kebesaran Allah sebagai penguasa dan pencipta, dan menyadarkan manusia betapa kecil dirinya di hadapan Allah. Dengan simbol ini, diharapkan agar seluruh penghuni rumah tidak menyombongkan diri dengan status dan kedudukan yang dimilikinya, serta senantiasa tunduk dan patuh kepada Allah. Dan yang terakhir, balok tumpang sari yang berjumlah sembilan, dimaksudkan sebagai simbol Walisanga termasuk juga Sunan Kudus. Mengingat Walisanga berarti pula mengingat Sunan Kudus berikut ajaran- ajarannya yang pernah disampaikan semasa perjuangannya di kota Kudus. Wali Sanga semuanya bergelar Sunan, suatu singkatan dari Susuhunan, artinya yang dijunjung tinggi. Nama-nama Walisanga : Maulana Malik Ibrahim Sunan Gresik; Raden Rahmat Sunan Ampel; Mahdum Ibrahim Sunan Bonang; Syarifudin Sunan Drajat; Raden Paku Sunan Giri; Raden Umar Said Sunan Muria; Joko Said Sunan kalijaga; Jaffar Sidiq Sunan Kudus; Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati. 78 Akan tetapi, menurut Kitab Walisana karya Sunan Giri II Anak Sunan Giri, jumlah mereka bukan sembilan orang, tapi delapan orang. Nama Walisana yang menjadi nama judul kitab tersebut tidak mengacu bilangan sembilan. Dikatakan juga, selain delapan wali tersebut terdapat ribuan wali lainnya. Walisanga ditulis dalam Serat Walisanga karya pujangga Mataram R. M. Ng Ranggawarsita pada abad 19 sebagai walisanga, wali sembilan. Sebagian berpendapat, kata sanga baca: songo merupakan perubahan dari kata tsana mulia, Arab. Maka, walisana berarti wali-wali mulia atau terpuji. Yang lainnya melihat kata sana diambil dari bahasa Jawa kuno yang berarti tempat. Karenanya, walisana berarti wali atau kepala suatu tempat atau daerah. Namun kebanyakan pakar sepakat, bahwa Walisanga merupakan kumpulan ulama dengan dakwah yang bertujuan menegakkan agama Allah. 79 Kembali ke tumpang sari yang berjumlah sembilan, karena tumpang sari ini membentuk segi empat dengan masing-masing sisi memiliki susunan balok sembilan buah, maka jika balok pada sisi kanan dan kiri serta juga sisi muka dan belakang dijajarkan masing-masing akan membentuk angka yang berjajar sama pula, yaitu sembilan puluh sembilan. Angka 99 inilah yang oleh masyarakat pemilik rumah yang bersangkutan dimaksudkan sebagai simbol Asmaul Husna yaitu nama- 78 Bindy, “Proses masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia”, artikel diakses pada 23 Agustus 2008 dari http:bindyandthedamn.blogspot.com200802proses-masuk-dan- berkembangnya-islam-di.html 79 “Sejarah Islam Nusantara”, artikel diakses pada 23 Agustus 2008 dari http:swaramuslim.netgaleryislam-indonesiaindex.php?page=sabili-1c-risalah_islam_indonesia nama dan sifat-sifat Allah yang berjumlah 99. Dengan mengingat akan nama-nama dan sifat-sifat suci Allah tersebut, seluruh penghuni rumah berharap senantiasa mendapat perlindungan dan keselamatan dari Allah. Karena mereka percaya apabila menyebut dan mengingatnya di luar kepala, akan dimasukkan ke dalam surga Allah SWT.

D. Ragam Hias