1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rumah adalah tempat dimana manusia tinggal untuk berteduh dari hujan, terpaan sinar matahari, dan berlindung dari marabahaya. Keberadaan
rumah terus berkembang seiring dengan perubahan zaman baik dari segi bentuk, fungsi, maupun maknanya. Rumah akan terlihat biasa saja apabila
tidak memiliki unsur kebudayaan di dalamnya, maka dibutuhkanlah arsitektur rumah untuk memperindah rumah tersebut. Kehadiran arsitektur rumah
senantiasa bersifat “cultural-spesific”. Hal tersebut memberikan arti bahwa kebudayaan merupakan variabel yang berpengaruh didalamnya.
1
Warga masyarakat Kudus, adalah sekelompok orang-orang Jawa yang bermukim di daerah pesisir pantai Utara pulau Jawa. Sebagai masyarakat
pesisiran, secara historis mereka dikenal sebagai masyarakat yang bersifat religius, artinya di setiap sendi-sendi kehidupan sebagian besar warga
masyarakat yang bersangkutan sangat dipengaruhi oleh sistem kepercayaan dan sistem nilai sebagaimana yang diajarkan oleh agama yang mereka peluk,
yaitu agama Islam.
2
Rumah tradisional Kudus, yang berdasarkan kajian historis-arkeologis, telah berhasil diketemukan pada abad ke-16 M, yang dibangun dengan bahan
baku 95 berupa kayu jati Tectona Grandis berkualitas tinggi dengan
1
Triyanto, “Makna Ruang dan Penataannya dalam Arsitektur Rumah Kudus”, Tesis S2, Universitas Indonesia, 1992, h. 8.
2
Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa Jakarta : Balai Pustaka, 1984, h. 26.
teknologi pemasangan system “knock-down” bongkar pasang tanpa paku. Rumah adat Kudus merupakan salah satu rumah tradisional yang terjadi akibat
endapan suatu evolusi kebudayaan manusia, dan terbentuk karena perkembangan daya cipta masyarakat pendukungnya.
3
Rumah tradisional Kudus yang sebagian besar dibangun sebelum tahun 1810 M, pernah mengalami masa kejayaannya dan menjadi simbol
kemewahan bagi pemiliknya pada waktu itu. Lingkungan wilayah Kudus Kulon terbentuk dengan ciri keberadaan rumah adat tradisional Kudus
tersebut. Pada kenyataannya, sejarah perkembangan Kudus banyak dipengaruhi
oleh kebudayaan asing seperti Hindu, Cina, Persia, dan Eropa yang masuk ke kawasan Kudus dalam waktu yang cukup lama. Kebudayaan-kebudayaan
asing tersebut juga memengaruhi bidang arsitektur pembuatan rumah adat di daerah Kudus. Seni ukir Kudus banyak didominasi oleh bunga teratai untuk
memaknai agama Hindu. Sunan Kudus memperkenalkan seni ukir yang didominasi oleh bunga melati yang satu sama lain saling berhubungan.
4
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya, secara fisik ternyata wilayah Kudus Kulon yang mayoritas penduduknya merupakan para
pengusaha dan pedagang tampak lebih maju jika dibandingkan dengan Kudus Wetan. Dengan peningkatan dalam segi finansial, mereka membangun rumah-
3
Kab. Kudus, “Rumah Adat Kudus”, artikel diakses pada 20 April 2008 dari http:www.indonesia.go.idid
4
J. Pamudji Suptandar, “Seni ukir dan Ornamen dalam Rumah Adat Kudus”, artikel diakses pada 20 April 2008 dari http:www.gebyokcenter.com
rumah tinggal yang penuh dengan ukiran-ukiran yang membedakannya dengan rumah-rumah adat sebelumnya.
Model ukiran rumah adat Kudus agak berbeda dari model tempat para pengukir terkenal yang lain di Jawa yaitu Jepara. Menurut sejarah, di Kudus
dahulunya merupakan pusat pengrajin seni ukir, sebelum dikembangkan di Jepara. Seni ukir diperkenalkan oleh imigrasi asal Yunan, The Ling Sing,
sekitar abad ke-15.
5
Oleh masyarakat Islam setempat, Kyai Telingsing ini tidak hanya dikeramatkan kuburannya tetapi juga dilestarikan ajarannya. Salah satu ajaran
Mbah Sing sebutan Kyai Telingsing yang masih hidup dalam tradisi masyarakat setempat yaitu “solat sacolo saloho dongo sampurno”, yang
berarti solat sebagai doa yang sempurna. Dan “lenggahing panggenan tersetihing ngaji
”, yang berarti menempatkan diri pada sesuatu yang benar, suci dan terpuji.
Mengingat keunikan rumah adat tradisional Kudus yang menggunakan karya seni ukir-ukiran oleh masyarakat yang menjadikannya berbeda dengan
rumah adat lainnya, khususnya rumah Joglo di daerah Jawa, maka penulis tertarik untuk meneliti rumah tinggal tradisional masyarakat Kudus dengan
judul “RUMAH TRADISIONAL KUDUS : PENGARUH BUDAYA ISLAM DALAM RUMAH TRADISIONAL KUDUS 1500-1900”.
5
Dia datang untuk menyebarkan agama Islam, kemudian disebut sebagai Kiai Telingsing. Selain itu, juga membagikan ilmunya untuk mengukir kayu dengan gaya Sun
Ging atau biasa disebut Sungging sebagai sebuah mahakarya ukiran kayu karena kehalusan dan keindahannya.
B. Rumusan Masalah