Jagasatru Bentuk Fisik Bangunan Induk

pendukung tersebut letaknya dapat berada di sebelah kanan atau kiri bangunan utama. Seperti bangunan rumah tradisional di Jawa pada umumnya, secara fisik komposisi vertikal atau tegaknya bangunan induk rumah Kudus terdiri atas tiga bagian pokok. Pertama, bagian bawah berupa lantai yang berjenjang ke atas dari permukaan tanah atau yang disebut dengan berbancik duwur bancik artinya lantai, duwur artinya tinggi. Kedua, bagian tengah terdiri atas tiang-tiang dan dinding-dinding penyekat ruang beserta dengan panil-panil pintunya. Ketiga, bagian atas yang berupa atap dengan penutupnya berupa genteng tanah liat yang dibakar. Masing-masing kelompok bagian dari komposisi bangunan induk tersebut yang terdiri dari beberapa bagian-bagian menurut fungsinya masing-masing dengan menggunakan teknik konstruksi dan penataan tertentu. Sistem pembagian ruang pada rumah tinggal tradisional Kudus tergolong sederhana, yaitu meliputi jagasatru, senthong dan pawon.

1. Jagasatru

Jagasatru berarti menjaga dari serangan ataupun perbuatan jahat yang berasal dari lawan, berfungsi sebagai ruang tamu. Di ruang ini terdapat satu atau dua tiang yang disebut sanggah, letaknya di depan sebelah kanan atau kiri pintu utama masuk ke senthong. Letak posisi tiang, menurut sebagian masyarakat setempat, menjelaskan status pemilikan rumah. Apabila letaknya di sebelah kanan menunjukkan bahwa yang membangun rumah adalah pihak laki-laki, sedangkan bila letaknya di sebelah kiri berarti dibangun oleh pihak perempuan, dan jika tiangnya ada dua, di sebelah kanan maupun di sebelah kiri berarti rumah dibangun bersama suami istri. Ketentuan letak sanggah di sebelah kanan atau kiri memang masih rancu tetapi keberadaannya bisa diterima akal, yaitu dalam rangka mengantisipasi masalah-masalah yang akan timbul berkaitan dengan pembagian hak waris. 71 Pada awalnya jagasatru hanya untuk menerima tamu, terutama tamu laki-laki sedangkan tamu perempuan diterima di pawon. Oleh karena itu, disamping adanya pintu tengah yang menuju ke senthong, di bagian samping kanan atau kiri atau dua-duanya terdapat pintu yang menghubungkan jagasatru dengan pawon. Selain itu, untuk pemilik rumah yang melaksanakan ibadah shalat di ruangan jagasatru , maka disediakan untuk umat dan terbagi menjadi dua bagian, sebelah kiri untuk jamaah perempuan dan sebelah kanan untuk jamaah laki-laki. 72 Di bagian depan terdapat pintu inep yang dilengkapi dengan kunci gembok dari logam kuningan, sebagai pintu utama masuk ke jagasatru , terletak di tengah, dan di samping kanan dan kirinya terdapat pintu sorong. Pintu yang disebut terakhir ada dua buah, bagian dalam dan luar. Pintu sorong bagian luar pada umumnya lebih pendek yang lebih dikenal dengan pintu kere. Pada kenyataannya, pintu tengah dan pintu inep jarang dibuka, aktifitas sehari-hari mempergunakan pintu sorong dan pintu penghubung jagasatru dan pawon. 71 Ashadi, “Mencari Korelasi antara Arsitektur Masjid dengan Rumah Tinggal Tradisional di Kudus, Jawa Tengah : dengan Pendekatan Historis dan Deskriptif”, Laporan Penelitian Fakultas Tekhnik, Universitas Pancasila, 2000, h. 100. 72 J. Pamudji Suptandar, “Seni ukir dan Ornamen dalam Rumah Adat Kudus”, artikel diakses pada 20 April 2008 dari http:www.gebyokcenter.com Lantai jagasatru terbuat dari ubin tegel dengan pola-pola tertentu dan terkesan bersih, ketinggian peil lantai lebih tinggi dari tanah halaman. Untuk naik ke lantai jagasatru dari halaman dibuatkan trap dengan penyelesaian yang sama dengan lantai jagasatru. Antara jagasatru dengan senthong dan pawon dibatasi oleh gebyok. 73 Ornamen yang ada di dalam jagasatru meliputi dua perangkat meja kursi tamu, satu dengan model pendek untuk tamu perempuan, terletak di sebelah kiri atau kanan yang dekat dengan pintu yang menghubungkan ke pawon, dan seperangkat yang lain terletak di seberangnya, untuk tamu laki-laki. Tepat di depan pintu utama yang berada di tengah terdapat ancik-ancik atau pijakan kaki yang terbuat dari kayu berukir, sebab terdapat perbedaan tinggi antara peil lantai jagasatru dan senthong.

2. Senthong