Tafsir Pergeseran 1. Bergeser Sebagaian Komponen Kurikulum Tuntutan Pembaharuan

Dalam kurikulum 2004 dan 2006, alokasi waktu mata pelajaran agama pada Madrasah Aliyah program studi Ilmu Alam, Ilmu Sosial, dan Bahasa 69 sama persis dengan SMU.

E. Tafsir Pergeseran 1. Bergeser Sebagaian Komponen Kurikulum

Komponen kurikulum terdiri dari tujuan, isimateri content, pendekatan strategi pembelajaran, dan penilaian evaluasi. Dari masing-masing periode kurikulum Madrasah Aliyah mengalami pergeseran. Pergeseran terjadi karena dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Yang dalam hal ini penulis memberi kesimpulan bahwa pergeseran kurikulum lebih cenderung dipengaruhi oleh faktor politik. Diantara empat komponen kurikulum tersebut, jika hanya terjadi pergeseran pada salah satu komponen saja, misal komponen tujuan kurikulum, sedangkan yang lain tidak, berarti pergeseran tersebut hanya sebagaian komponen kurikulum. 2. Bergeser Seluruh Komponen Kurikulum Seperti telah diuraikan pada bab-bab terdahulu dalam disertasi ini, bahwa pergeseran mestilah berbeda dengan perubahan, karena pergeseran lebih cenderung pada arti peralihan dan subsatnsi yang terkandung masih tetap ada, sedangkan perubahan adalah perubahan dalam arti total revolusi. Prediksi penulis, bahwa kurikulum Madrasah Aliyah mengalami pergeseran secara menyeluruh dari masing- masing komponen kurikulum, walaupun pergeseran antar komponen kurikulum pada periode satu ke periode berikutnya tidak secara menyeluruh, artinya secara kuantitas, ada yang sedikit dan agak banyak bergesernya, yang terlalu banyak total tidak ada. Pada prinsipnya pergeseran menyeluruh tersebut secara kualitas mengarah pada perbaikan, penyempurnaan dan modernisasi, ada pula yang dominan dipengaruhi faktor politik yaitu pergeseran isi kurikulum MA. Untuk membuktikan tafsir ini dapat dilihat indikator pergeseran di bawah ini.

F. Indikator Pergeseran

Dalam indikator pergeseran ini penulis akan menjelaskan bahwa pergeseran kurikulum Madrasah Aliyah lebih dominan dipengaruhi faktor politik. Hal ini telah banyak dijelaskan sebelumnya, bahwa diantara empat komponen kurikulum yaitu tujuan, content isi, metode dan evaluasi, yang pergeserannya dikatakan politis adalah pada content isi kurikulum Madrasah Aliyah, adapun komponen yang lainnya bergeser ke arah modern.

1. Tujuan Kurikulum Madrasah Aliyah

Tujuan pendidikan yang dirumuskan dalam Undang-Undang Pendidikan Nasional, baik UU No. 4 Tahun 1950 jo UU No. 12 Tahun 1954, yang mencitakan manusia terdidik Indonesia sebagai “manusia susila yang cakap dan demokratis serta terhadap MAN Insan Cendekia, tanggal 20 Pebruari 2010, observasi MAN 1 dan 2 Serang, tanggal 25 November 2010. 69 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003, 81-85. bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air”, 70 atau UU no. 2 tahun 1989 yang mencitakan wujud manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”, 71 dan yang terakhir UU No. 20 Tahun 2003 yang mencitakan “manusia yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. 72

a. Tujuan Kurikulum MA Sebelum Muncul Secara Nasional

Ketika Peraturan Menteri Agama No. 1 tahun 1946 diberlakukan yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Agama No. 7 tahun 1952, salah satu pesannya adalah madrasah supaya mengajarkan pelajaran umum dengan tujuan karena pelajaran umum sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari, kekurangan pengetahuan umum menyebabkan orang mudah diombang-ambingkan oleh pendapat yang kurang benar dan pikiran yang kurang luas. 73 Berarti sebelum munculnya peraturan ini memang madrasah hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama ulu m al-di n, padahal ilmu umum berguna untuk menguasai dunia. b. Tujuan Kurikulum MA Tahun 1973 Kurikulum madrasah tahun 1973 ini merupakan hasil dari pertemuan di Cibogo, Bogor, Jawa Barat pada tanggal 10-20 Agustus 1970, pada saat ini kurikulum madrasah disusun dari semua tingkatan secara nasional. Kurikulum madrasah secara nasional ini disusun dalam usaha supaya madrasah diakui sebagai bagian dari pendidikan nasional. Dengan demikian, berarti tujuan kurikulum Madrasah Aliyah saat ini, secara umum tidak beda dengan tujuan kurikulum SMA tahun sebelumnya yaitu kurikulum tahun 1968, tujuannya adalah membentuk manusia Pancasila sejati, walaupun secara spesifik tujuan ini pastinya berbeda dengan kurikulum Madrasah Aliyah. c. Tujuan Kurikulum MA Tahun 1976 Kurikulum MA Tahun 1976, adalah disusun berdasarkan kurikulum SKB Tiga Menteri tahun 1975. Tujuan Institusional Umum TIU pada kurikulum Madrasah Aliyah 1976, 74 sesuai Keputusan Menteri Agama no. 75 tahun 1976 pasal 3 adalah sebagai berikut: 1 menjadi seorang Muslim yang bertaqwa, berakhlak mulia, menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya, 2 menjadi warga negara yang baik 70 Lihat, Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangannya Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1999, 130. 71 Lihat, Undang-Undang Nomor 2Tahun 1989, pasal 4. 72 Lihat, UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003. 73 Husni Rahim, “Visi Madrasah”, dalam http:www. blogger.comfeeds35417963posts defaul , 2008. 27022010. 74 Konsep kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan efesien, yang mempengaruhinya adalah konsep di bidang manajemen, yaitu Management by Objective, http:viendutzz.com200911perbedaan-kurikulum-1975-1984-1994-204.com . 10082010. dan bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air, 3 menjadi manusia yang berkepribadian bulat dan utuh, percaya pada diri sendiri, sehat rohani dan jasmani, 4 memiliki pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan yang lebih luas serta sikap yang diperlukan untuk melanjutkan pelajaran ke perguruan tinggi atau untuk dapat bekerja dalam masyarakat sambil mengembangkan diri untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat, 5 memiliki pengetahuan agama dan umum yang lebih luas dan mendalam serta pengalaman, ketrampilan dan kemampuan, yang diperlukan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, 6 mampu melaksanakan tugas hidup dalam masyarakat dan berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa guna mencapai kebahagiaan dunia dan akherat. 75 Tujuan ini cukup ideal, untuk membentuk manusia yang mempunyai kepribadian utama secara komprehensip. d. Tujuan Kurikulum MA Tahun 1984 Dalam Keputusan Menteri Agama KMA Republik Indonesia No. 101 tahun 1984 tentang kurikulum Madrasah Aliyah, 76 disebutkan pada pasal 2, pendidikan Madrasah Aliyah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pada pasal 3 diuraikan lebih rinci, bahwa tujuan pendidikan Madrasah Aliyah adalah untuk menunjang tercapainya Tujuan Pendidikan Nasional, dan dijabarkan ke dalam tujuan umum sebagai berikut: a mendidik para siswa untuk menjadi manusia yang bertakwa, berakhlak mulia, sebagai Muslim yang menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya, b mendidik para siswa untuk menjadi manusia pembangunan sebagai warga negara Indonesia yang berpedoman kepada Pancasila dan UUD 1945, c memberi bekal kemampuan yang diperlukan bagi siswa yang akan melanjutkan pendidikan ke IAIN dan ke perguruan tinggi lainnya, d memberi bekal kemampuan yang diper1ukan bagi siswa yang akan melanjutkan pendidikan ke tingkat akademi 75 Lihat, KMA No. 75 Tahun 1976, pasal 3. Lihat pula, Keputusan Menteri Agama KMA RI No. 75 tahun 1976 tentang Kurikulum Madrasah Aliyah, 3-6. Sejak diberlakukannya kurikulum 1975, yang waktu itu dikenal dengan sebutan pembakuan kurikulum, para guru diwajibkan menggunakan Tujuan Instruksional Khusus TIK dalam melaksanakan tugasnya dari mulai perencanaan pengajaran, pelaksanaan proses belajar-mengajar sampai evaluasi pengajaran. Kewajiban itu merupakan implikasi dari penggunaan prinsip objective oriented sebagai salah satu asas pengembangan kurikulum. Penerapan prinsip berorientasi pada tujuan ini nampak pada kurikulum 1975 dengan dicantumkannya berbagai jenis tujuan yang tersusun secara hirarkhis, dari mulai Tujuan Pendidikan Nasional, Tujuan Institusional, Tujuan Kurikuler sampai ke Tujuan Instruksional Umum. Atas dasar tujuan-tujuan itu, guru diwajibkan mengembangkan Tujuan Instruksional Khusus TIK untuk diusahakan pencapaiannya pada proses belajar-mengajar yang diselenggarakannya. Lihat, http:www.infodiknas.commanfaat-tujuan-pembelajaran-khusus-dalam-proses-belajar-mengajar . 26052010. 76 Kurikulum 1984 mengusung process skill approach, yang senada dengan tuntutan GBHN 1983 bahwa pendidikan harus mampu mencetak tenaga terdidik yang kreatif, bermutu, dan efisien bekerja. Kurikulum 1984 tidak mengubah semua hal dalam, kurikulum 1975, meski mengutamakan proses tapi faktor tujuan tetap dianggap penting. Oleh karena itu kurikulum 1984 disebut kurikulum 1975 yang disempurnakan. Posisi Siswa dalam kurikulum 1984 diposisikan sebagai subyek belajar. Dari hal-hal yang bersifat mengamati, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan, menjadi bagian penting proses belajar mengajar, inilah yang disebut konsep Cara Belajar Siswa Aktif CBSA. http:viendutzz.com200911perbedaan-kurikulum-1975-1984-1994-204.com . 10082010. politeknik, program diploma dan pendidikan tinggi lainnya yang setingkat, e memberi bekal kemampuan bagi siswa yang akan terjun ke dunia kerja setelah menyelesaikan pendidikannya. 77 Hal ini sejalan dengan tuntutan GBHN 1983, bahwa pendidikan harus mampu mencetak tenaga terdidik yang kreatif, bermutu, dan efisien bekerja. 78 Pada saat kurikulum Madrasah Aliyah 1984, Menteri Agamanya adalah Munawir Sjadzali. 79 Ketika Munawir menjadi Menteri Agama, ada tarik menarik antara tokoh Islam dan nasionalis, dimana tokoh Islam menghendaki negara Islam, sementara tokoh nasionalis tetap mengendaki Indonesia berdasarkan Pancasila. Ketegangan yang demikian dicairkan oleh Munawir, dengan menulis buku tentang politik Islam yang dicetak sebanyak 5000 eksemplar, habis terjual dalam tempo singkat, selama 4 bulan. Subtansi pemikiran Munawir, “tidak ada ketetapan doktrinal yang mengharuskan kaum Muslimin untuk mendirikan negara Islam”. 80 Dengan demikian, kehadiran Munawir menjadi Menteri Agama, adalah mencairkan ketegangan ideologis. e. Tujuan Kurikulum MA tahun 1994 Lahirnya Undang-Undang Pendidikan No. 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional, menjadi pemicu lahirnya kurikulum 1994, bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, memiliki ketrampilan dan pengetahuan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. 81 Tujuan kurikulum Madrasah Aliyah tahun 1994, tentunya merujuk kepada UU tersebut.

f. Tujuan Kurikulum MA Tahun 2004

Kurikulum ini disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK. 82 Penyelenggaraan pendidikan Madrasah Aliyah MA setingkat dengan pendidikan 77 Keputusan Menteri Agama KMA RI No. 101 tahun 1984 tentang Kurikulum Madrasah Aliyah, 3. 78 http:cahayailmu-cahayailmu-blogspot.com200805perbandingan-kurikulum.html , 19 Mei 2008. 25072010. 79 Keputusan Menteri Agama KMA RI No. 101 tahun 1984 tentang Kurikulum Madrasah Aliyah, 7. 80 Baca, Bahtiar Effendy, Hendro Prasetyo, dan Arief Subhan, “Munawir Sjadzali, MA, Pencairan Ketegangan Ideologis”, dalam, Menteri-menteri Agama RI, Biografi Sosial Politik, 371-372. 81 http:cahayailmu-cahayailmu-blogspot.com200805perbandingan-kurikulum.html , 19 Mei 2008. 25072010. Lihat juga, UU No. 2 Tahun 1989. 82 Kebanyakan tafsir kompetensi, hampir mirip seragam, Jones, mendefinisikan kompetensi, sebagai suatu pengetahuan dan ketrampilan khusus specific dan cara penerapan pengetahuan serta ketrampilan tersebut mengikuti sebuah baku kinerja standard performance yang ditetapkan”. Sedang Taylor-Powell, memberikan arti kompetensi, sejumlah pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan untuk melakukan tugas atau rencana tertentu. Lihat, Taylor-Powell, Competence in Extension Education Evaluation, What is it? What Does Capacity Building Entail? Hear it From the Board. Januari, 2002. Sedangkkan Risher mengatakan, kompetensi adalah kemampuan yang menyumbangkan tercapainya keberhasilan kinerja. Lihat, H. Risher, Paying for Employee Competence. School Administrator, 2000. umum, bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia; mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan demokratis; menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi; memiliki etos budaya kerja; dan dapat memasuki dunia kerja atau dapat mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dengan kata lain tujuan pendidikan Madrasah Aliyah MA adalah memproduk lulusan yang bisa masuk ke perguruan tinggi umum dan agama serta dapat diterima bekerja sesuai dengan kebutuhan pasar.

g. Tujuan Kurikulum MA Tahun 2006.

Kurikulum 2006 yang juga disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. 83 Dalam kurikulum ini, tidak ada perbedaan antara kurikulum sekolah dengan kurikulum madrasah, baik dari segi tujuan, content isi, strategi metode pembelajaran, maupun evaluasinya. 84 Oleh karena itu tujuannya pun sama, yaitu “tujuan pendidikan menengah SMAMA adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut”. 85 2. Isi Kurikulum Madrasah Aliyah a. Isi Kurikulum MA Sebelum Muncul Kurikulum Madrasah Secara Nasional Peraturan Menteri Agama No. 1 tahun 1946 tentang pemberian bantuan madrasah, dalam peraturan ini diberi tambahan tentang pemberian pengajaran mata pelajaran umum, jumlah jam pelajaran umum minimal sepertiga dari jumlah jam secara keseluruhan. Adapun mata pelajarannya meliputi, Bahasa Indonesia, Berhitung dan Membaca serta Menulis untuk madrasah tingkat rendah, sedangkan untuk madrasah lanjutan diberi tambahan, Ilmu Bumi, Sejarah, Kesehatan, Tumbuh- tumbuhan dan Alam. Sebenarnya hal ini merupakan usaha KH. Wahid Hasyim ketika menjadi Menteri Agama 1949-1952. Dengan alasan supaya tidak terjadi dualisme yang tajam antara madrasah dan sekolah. 86 Diam-diam ide Hasyim ini adalah politis, dimana negara ini mempunyai sistem pendidikan yang dualistik, dengan posisi madrasah yang marjinal, seolah-olah Hasyim mau berusaha menyamakan kedudukan antara madrasah dengan sekolah. 83 KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. KTSP dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan serta berpedoman pada panduan yang telah disusun oleh BNSP Badan Standar Nasional Pendidikan, lihat, PP No.19 Th.2005, Pasal 17. 84 Baca, Muhaimin, Sutiah dan Sugeng Listyo Prabowo, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP pada Sekolah dan Madrasah Jakarta: Rajawali Pers, 2008, 335. 85 Henny Riandari, Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP SMA dan MA: Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, Ria Setyo Mardani Ed., Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2007, 3. Baca juga, Muhaimin, Sutiah dan Sugeng Listyo Prabowo, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP pada Sekolah dan Madrasah, 335. 86 Dapartemen Agama RI, Menelusuri Pertumbuhan Madrasah di Indonesia, 16. Melihat perbandingan prosentase pelajaran agama dan umum pada masa kurikulum sekitar tahun 1958, dimana belum ada kurikulum madrasah yang bersifat nasional, maka dapat dilihat pelajaran agama lebih dominan. Isi rencana Pelajaran Pondok Pesantren Modern Gontor, mata pelajaran agama 56,4, isi rencana pelajaran sekolah guru P.U.I 6 tahun, agama 52,4. Dan untuk isi rencana pelajaran Mu’allimin Yogyakarta imbang antara pelajaran agama dan umum yaitu 50. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prosentase mata pelajaran agama dan umum masing-masing madrasah sebelum tahun 1973 adalah beragam, dalam arti belum seragam. Dan lebih cenderung dominasi ke mata pelajaran agama karena sebagai lembaga tafaqquh fi al-di n.

b. Isi kurikulum MA Tahun 1973

Kurikulum madrasah 1973, merupakan kurikulum madrasah yang baru secara nasional, yang merupakan hasil pertemuan pada tanggal 10-20 Agustus 1970 di Cibogo, Bogor. 87 Ketika diberlakukannya kurikulum MA tahun 1973, dibuka jurusan yaitu, 1 jurusan Ilmu Pengetahuan Alam IPA, 2 jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial IPS, 3 jurusan Bahasa, 4 jurusan Agama Syari’ah, dan 5 jurusan Qodlo Peradilan Agama. 88 Mata pelajaran diklasifikasikan menjadi empat, yaitu dasar, pokok, khusus dan ekstrakurikuler. Mata pelajaran MA saat ini sudah cukup mewarnai pengetahuan umum bila dilihat dari alokasi waktu yang tersedia, yaitu jumlah alokasi waktu pelajaran agama perminggu 12-14 jam pelajaran, sementara pelajaran umum 31-34 jam pelajaran. Sedangkan jumlah jam pelajaran perminggu secara keseluruhan adalah 48 jam pelajaran. 89 Bila diprosentase, maka jumlah jam pelajaran agama perminggu: 14:48x100= 29,2. Sedangkan jumlah jam pelajaran untuk mata pelajaran umum perminggu bila diprosentase: 34:48x100= 70,8. Dengan demikian isi kurikulum MA 1973 sudah mulai didominasi mata pelajaran umum.

c. Isi Kurikulum MA Tahun 1976

Munculnya kurikulum SKB Tiga Menteri Tahun 1975 adalah mendasari lahirnya kurikulum MA Tahun 1976. Kurikulum ini, memuat 30 mata pelajaran agama 90 dan 70 mata pelajaran umum. Adapun alokasi waktu perminggu 44 jam pelajaran, 91 mata pelajaran yang termasuk rumpun PAI agama untuk jurusan IPA dan IPS berjumlah 12-13 jam pelajaran perminggu, dengan demikian alokasi mata pelajaran umum berjumlah 31- 87 Dapartemen Agama RI, Menelusuri Pertumbuhan Madrasah di Indonesia, 24. 88 Nur Ahid, Problematika Madrasah Aliyah di Indonesia, Solusi dan Jawaban Pelbagai Problem MA Umum, MA Program Khusus, MA Ketrampilan, MA Model dan MA Diniyah. Lihat juga, Abd Rahman Saleh, Penyelenggaraan Madrasah, Petunjuk Pelaksanaan Administrasi dan Teknis Pendidikan Jakarta: Dharma Bhakti, 1984, 23-24. 89 Maksum, Madrasah: Sejarah dan Perkembangannya Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, 145. 90 Keputusan Menteri Agama No. 75 tahun 1976 tentang kurikulum Madrasah Aliyah, 2. 91 Keputusan Menteri Agama No. 75 tahun 1976 Pasal 7 Tentang Kurikulum Madrasah Aliyah, 8. 32 jam pelajaran perminggu. Bila diprosentase, untuk mata pelajaran rumpun PAI: 13:44x100= 29,55, untuk mata pelajaran umum: 31:44x100= 70,45. Untuk jurusan bahasa jumlah alokasi waktu rumpun mata pelajaran PAI: 13-16 dan mata pelajaran umum 28-31. Jika dibuat prosentase, mata pelajaran rumpun PAI: 16:44x100= 36,4, mata pelajaran umum: 28:44= 63,6, mata pelajaran rumpun PAI prosentasenya bertambah karena di kelas 3, mata pelajaran Bahasa Arab alokasi waktunya tinggi sampai 7 jam pelajaran perminggu. Kemudian jurusan Syari’ahAgama, jumlah jam pelajarannya perminggu, untuk mata pelajaran rumpun PAI 13-25, untuk mata pelajaran umum 19-31. Bila diprosentasekan, maka pelajaran rumpun PAI: 25:44x100= 56,8, sedangkan mata pelajaran umumnya 19:44x100= 43,2. Dengan demikian untuk jurusan IPA, IPS dan Bahasa mata pelajarannya didominasi pengetahuan umum dan untuk jurusan Syari’ahAgama, mata pelajarannya didominasi pelajaran agama. d. Isi Kurikulum MA Tahun 1984 Dalam pasal 8 Keputusan Menteri Agama Nomor 101 tahun 1984, tentang kurikulum Madrasah Aliyah disebutkan bahwa isi kurikulum Madrasah Aliyah adalah sebagi berikut: dikelompokan menjadi dua yaitu, kelompok Pendidikan Agama terdiri atas; al-Qur’an Hadis, Aqidah Akhlak, Fikih, Sejarah Peradaban Islam, dan Bahasa Arab. Kelompok Pendidikan Agama ini merupakan program identitas Madrasah Aliyah. Program ini adalah sebagai dasar utama dalam pengembangan suasana keagamaan di sekolah, yang merupakan ciri kekhususan kelembagaannya. 92 Adapun perhitungan jumlah alokasi waktu perminggu adalah 240 kredit dibagi 6 semester = 40 jam pelajaran perminggu. Jumlah jam pelajaran rumpun mata pelajaran PAI 12 jam pelajaran permingu, dan mata pelajaran umum 28 jam pelajaran. Jumlah jam pelajaran seperti ini untuk program ilmu-ilmu Fisika, ilmu- ilmu Biologi, ilmu-ilmu Sosial, dan ilmu-ilmu Pengetahuan Budaya. Bila diprosentasekan adalah sebagai berikut, untuk mata pelajaran rumpun PAI: 12:40x100= 30, dan mata pelajaran umum: 28:40x100= 70. Adapun untuk program ilmu-ilmu Agama jumlah jam pelajarannya perminggu 23, dan mata pelajaran umum 17. Sehingga jika diprosentasekan, pelajaran rumpun PAI: 23:40x100= 57,5 dan mata pelajaran umum: 17:40x100= 42,5.

e. Isi Kurikulum MA Tahun 1994

Alokasi waktu jam pelajaran perminggu, untuk ketiga program, yaitu program Bahasa, program IPA dan program IPS adalah sebagai berikut: mata pelajaran rumpun PAI berjumlah 7 jam pelajaran perminggu. Ada catatan bahwa untuk kelas 3, Bahasa Arab 2 jam pelajaran dilaksanakan dalam kegiatan ekstrakurikuler. Adapun mata pelajaran umum berjumlah 38 jam pelajaran perminggu. Sedangkan jumlah jam keseluruhan perminggu adalah 45 jam pelajaran. Dengan demikian jika diprosentasekan menjadi, mata pelajaran rumpun PAI: 7:45x100= 15,6 dan mata pelajaran umum: 38:45x100= 84,4.

f. Isi Kurikulum MA Tahun 2004

92 Keputusan Menteri Agama No. 101 tahun 1984 Tentang Kurikulum Madrasah Aliyah, 10 Alokasi waktu jumlah jam pelajaran perminggu adalah 45 jam pelajaran. Untuk program studi Ilmu Alam dan Ilmu Sosial, jumlah jam pelajaran perminggu rumpun mata pelajaran PAI adalah 9 jam pelajaran, yang aslinya hanya 2 jam pelajaran perminggu. Dengan demikian maka tambahannya adalah 7 jam pelajaran perminggu dalam rangka mempertahankan ciri khas ke-Islamannya. Adapun sisanya adalah mata pelajaran umum yaitu 36 jam pelajaran. Bila diprosentasekan, untuk rumpun mata pelajaran PAI: 9:45x100= 20, sedangkan mata pelajaran umum: 36:45x100= 80. Prosentase mata pelajaran PAI ketika tidak ditambah jam pelajaran dalam rangka mempertahankan ciri khas ke-Islamannya adalah: 2:45x100=4,4. Dengan demikian untuk mempertahankan ciri khas ke-Islamannya adalah 20-4,4= 15,6. Melihat realitas yang demikian, betapa kuatnya kurikulum MA mempertahankan ciri khas ke-Islamannya sebagai karakteristik yang melekat pada madrasah. Untuk program studi Bahasa hanya berbeda sedikit, karena ada tambahan mata pelajaran Bahasa Arab satu jam pelajaran perminggunya. Dengan demikian maka jumlah jam pelajaran perminggu untuk rumpun mata pelajaran PAI adalah 10 jam pelajaran dan mata pelajaran umum 35 jam pelajaran. Bila diprosentasekan, mata pelajaran rumpun PAI: 10:45x100= 22,2, dan mata pelajaran umum: 35:45x100= 77,8. Tambahan jam untuk mempertahankan ciri khas ke-Islamannya adalah 22,2-4,4= 17,8. Hal ini pasti berbeda dengan program studi Ilmu Agama Islam yang jumlah pelajaran agamanya adalah 26 jam pelajaran perminggu dan sisanya adalah mata pelajaran umum yaitu 19 jam pelajaran perminggu. Bila diprosentasekan, mata pelajaran agamanya adalah: 26:45x100=57,8, dan mata pelajaran umumnya 19:45x100= 42,2. Mata pelajaran agamanya mendominasi adalah wajar karena program studi Ilmu Agama Islam.

g. Isi kurikulum MA Tahun 2006

Adapun perhitungan prosentase alokasi waktu antara mata pelajaran rumpun PAI agama dan umum adalah sebagai berikut: untuk program studi IPA, IPS dan Bahasa jumlah mata pelajaran agamanya perminggu adalah 6 jam, yang aslinya hanya 2 jam pelajaran, karena ada keterangan dalam kurikulum itu, 4 jam PAI dan 2 jam Bahasa Arab jika untuk Madrasah Aliyah, jika untuk SMA 2 jam PAI dan bahasa Arab ditiadakan. Dengan demikian jelas bahwa sebenarnya hanya 2 jam pelajaran PAI perminggu di MA, menurut kurikulum 2006, selebihnya mata pelajaran umum. Adapun jumlah jam mata pelajaran umum adalah 39 perminggu dan jumlah alokasi keseluruhan dalam seminggu adalah 45 jam peajaran. Bila diprosentasekan maka, mata pelajaran PAI: 6:45x100= 13,3, dan mata pelajaran umum: 39:45x100=86,7, dimana ketika melihat prosentase mata pelajaran rumpun PAI aslinya adalah: 2:45x100= 4,4. Dengan demikian kurikulum MA mempertahankan ciri khas ke-Islamannya adalah 13,3-4,5= 8,8. Dari sini terlihat bahwa perjuangan mempertahankan kurikulum MA agar tetap mempunyai cirri khas ke-Islamanya terus dilakukan, walaupun kurikulum MA sudah disamakan dengan kurikulum SMA. Untuk program studi Keagamaan, tentunya berbeda dengan tiga program studi lainnya. Jumlah jam pelajaran perminggu untuk rumpun mata pelajaran PAI 14 jam pelajaran sisanya mata pelajaran umum 30 jam pelajaran perminggu dari jumlah alokasi waktu keseluruhan perminggu 44 jam pelajaran. Bila diprosentase, mata pelajaran rumpun PAI: 14:44x100= 31,8, dan mata pelajaran umumnya: 30:44x100= 68,2. Melihat data yang seperti ini adalah sebuah politisasi yang cukup besar, kenapa program studi keagamaan tetapi mata pelajarannya didominasi oleh mata pelajaran umum, seharusnya pastilah mata pelajaran agamanya.

3. Pendekatan Kurikulum Madrasah Aliyah

Ada tiga istilah yang mirip dalam pembelajaran maupun pengajaran, tetapi sebenarnya pengertiannya berbeda, yaitu pendekatan, metode dan strategi. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: 1 pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa student centered approach dan 2 pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru teacher centered approach. 93

a. Pendekatan Kurikulum MA Sebelum Muncul Kurikulum Secara Nasional

Pendekatan pelajaran secara khusus dalam kurikulum Madrasah Aliyah masa ini belum teridentifikasi secara sistematis, hanya dapat melihat kurikulum sekolah menengah atas sebagai bahan perbandingan. Seperti pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh kurikulum SMA tahun 1968, diantaranya sebagai berikut; dengan cara membangkitkan minat siswa secara maksimal –dalam bahasa sekarang membangkitkan motivasi siswa baik intrinsik maupun ekstrinsik– guru mengajar harus menghubungkan dengan mata pelajaran yang lain –corelated curriculum– diusahakan setiap pelajaran disajikan dengan cara experience centered, sehingga melalui pengalaman pembangkitan minat siswa dapat mempraktekan apa yang diketahui, menggunakan metode problem solving. 94 Pembangkitan minat belajar siswa sangat perlu ketika itu, dimana pelajar masih sedikit dibanding sekarang. Mereka masih malas untuk sekolah. Dengan pendekatan pembangkitan motivasi, diharapkan para siswa muncul motivasi intrinsik, dimana motivasi ini merupakan faktor pendorong yang cukup kuat pada diri anak siswa. b. Pendekatan Kurikulum MA Tahun 1973 Pendekatan, UNESCO melalui International Commision on Education for The Twenty First Century yang antara lain bertujuan untuk mengubah dunia “from technologically divided world where high technology is privilege of the few to 93 http:akhmadsudrajat.wordpress.com20080912pengertian-pendekatan-strategi-teknik- taktik-dan-model-pembelajaran . 06072010. 94 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Rencana Pendidikan dan Pelajaran SMA Jakarta: Direktorat Pendidikan Umum, Kejuruan dan Kursus-kursus, 1969, 8. technologically united world” mengusulkan empat pilar belajar yaitu “learning to know, learing to do, learning to be, and learning to live together”. Menerapkan empat pilar tersebut berarti bahwa proses pembelajaran memungkinkan peserta didik dapat menguasai cara memperoleh pengetahuan, berkesempatan menerapkan pengetahuan yang dipelajarinya, berkesempatan untuk berinteraksi secara aktif dengan sesama peserta didik sehingga dapat menemukan dirinya. Model pembelajaran seperti ini hanya dapat berlangsung dengan tenaga guru yang penuh konsentrasi, peralatan yang memadai, dengan materi yang terpilih dan waktu yang cukup tanpa harus mengejar target untuk Ujian Nasional UN. Ujian Nasional akan mengurangi kreatifitas belajar sampai tingkatan “joy of discovery”. 95 Ilustrasi di atas belum muncul di Indonesia pada tahun 1973, apalagi pada pendekatan kurikulum Madrasah Aliyah. Pendekatan kurikulum MA tahun 1973, masih berpusat pada guru teacher center, guru yang aktif menerangkan. Orientasinya juga pada tujuan goal oriented, proses tidak begitu diperhatikan pada saat ini. Pendekatan yang digunakan masih banyak mengadopsi pendekatan yang ada di pesantren, sebagai cikal bakal lembaga pendidikan Islam.

c. Pendekatan Kurikulum MA Tahun 1976

Kurikulum 1975 yang dipakai landasan untuk kurikulum madrasah 1976 menggunakan pendekatan-pendekatan diantaranya sebagai berikut: pertama, berorientasi pada tujuan, kedua, menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif, ketiga, menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu, keempat, menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional PPSI. Sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa. 96

d. Pendekatan Kurikulum MA Tahun 1984

Sistem yang berlaku pada kurikulum Madrasah Aliyah 1984 adalah semester. 97 Proses belajar mengajar dilaksanakan dengan lebih banyak mengacu kepada bagaimana seseorang belajar, selain kepada apa yang ia pelajari. Ketrampilan untuk mampu mengelola perolehannya biasa disebut pendekatan ketrampilan proses. 98 95 Sudijarto, Jurnal Pendidikan, 8. 96 http:cahayailmu-cahayailmu-blogspot.com200805perbandingan-kurikulum.html . 28072010. 97 Keputusan Menteri Agama KMA Republik Indonesia Nomor 101 tahun 1984 tentang Kurikulum Madrasah Aliyah, 2. 98 Keputusan Menteri Agama KMA Republik Indonesia Nomor 101 tahun 1984 tentang Kurikulum Madrasah Aliyah, 29.

e. Pendekatan Kurikulum MA Tahun 1994

Di awal berlakunya kurikulum 1994 ini, terjadi perubahan waktu dari semester kurikulum 1984 ke catur wulan kurikulum 1994. 99 Namun di penghujung berlakunya kurikulum ini berlaku sebaliknya, yaitu perubahan sistem catur wulan ke semester sesui keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor 084U2002 tentang perubahan sistem catur wulan menjadi semester yang terjadi pada tahun ajaran 20022003. 100

f. Pendekatan Kurikulum MA Tahun 2004

Kurikulum MA Tahun 2004 lebih populer dengan sebutan KBK Kurikulum Berbasis Kompetensi. Lahir sebagai respon dari tuntutan reformasi, diantaranya UU No. 2 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, UU No. 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah otonom, dan Tap MPR No. IVMPR1999 tentang arah kebijakan pendidikan nasional. KBK tidak lagi mempersoalkan proses belajar, proses pembelajaran dipandang merupakan wilayah otoritas guru, yang terpenting pada tingkatan tertentu peserta didik mencapai kompetensi yang diharapkan. Kompetensi dimaknai sebagai perpaduan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir, dan bertindak. Seseorang telah memiliki kompetensi dalam bidang tersebut yang tercermin dalam pola perilaku sehari-hari. 101 KBK cukup efektif, untuk menjadikan para siswa terampil skill-nya, cerdas kognisinya, peka afeksinya.

g. Pendekatan Kurikulum MA Tahun 2006

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP terdapat kelas umum dan kelas akselerasi pendidikan berbasis keunggulan. 102 Bila diamati kedua kelas tersebut menggunakan pendekatan mastery learning belajar tuntas, pendekatan ini menentukan standar ketuntasan minimal. Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar 0–100. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung dalam 99 http:rbaryan.wordpress.com20070516 , “Bagaimana Perjalanan Kurikulum Nasional”. 07052010. 100 Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 084U2002 tentang Perubahan sistem catur wulan menjadi sistem semester, 2. 101 http:cahayailmu-cahayailmu-blogspot.com200805perbandingan-kurikulum.html . 25072010. 102 Accelerated Learning adalah suatu program pembelajaran dengan sistem percepatan yang dilakukan dengan cara pemanfaatan waktu. Jika program pembelajaran biasa menyelesaikan materi dalam tiga tahun program akselerasi hanya memakan waktu 2 tahun untuk menyelesaikan materi yang sama, sehingga setiap semester hanya disediakan waktu 4 bulan. Program pembelajaran ini memang disediakan bagi siswa yang memiliki kecepatan belajar di atas rata-rata sehingga terhindar dari rasa bosan yang diakibatkan lambatnya materi yang disampaikan. Dalam proses belajar mengajar. Lihat, Departemen Agama, Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP Madrasah Aliyah, 230. penyelenggaraan pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal.

4. Evaluasi Kurikulum Madrasah Aliyah

Ada beberapa faktor yang menyebabkan definisi evaluasi menjadi berbeda, seperti dikemukakan Worthen dan Sanders, perbedaan konsep evaluasi pendidikan, makna evaluasi menurut asalnya, perbedaan filsafat dan ideologi, latar belakang metodologi, perbedaan tafsir evaluasi, respon yang berbeda dalam memandang kebutuhan pendidikan, dan pertimbangan praktis. 103 Worthen dan Sander dengan tegas mengatakan berdasarkan, argumen kedua orang ini, maka definisi evaluasi menjadi tidak seragam. a. Evaluasi Kurikulum MA Sebelum Muncul Kurikulum Madrasah Secara Nasional Seperti telah diketahui, bahwa sebelum tahun 1973 kurikulum madrasah belum muncul secara nasional, dengan demikian cara evaluasinyapun belum seragam. Tetapi bila berkiblat dengan kurikulum nasional, minimal dapat mengetahui gambaran evaluasinya. Dalam kurikulum menengah atas tahun 1968 disebutkan bahwa penilaian diadakan secara praktek, karena ini lebih obyektif. Selanjutnya penilaian dengan pemecahan masalah, untuk melatih daya pikir. 104 Jenis evaluasi pada masa ini masih sederhana yaitu praktek, dimana bentuk ini merupakan warisan lembaga pendidikan Islam pada masanya. Kebanyakan pesantren tradisional melaksanakan evaluasi dengan cara praktek untuk materi seperti t}aharah, shalat dan lain-lain. Juga hafalan, setelah para santri mengkhatamkan kitab tertentu. Adapun problem solving, sebenarnya belum populer saat itu, karena melihat kultur pada masanya masih relatif homogen. b. Evaluasi Kurikulum MA Tahun 1973 Bentuk dan jenis evaluasi Madrasah Aliyah pada kurikulum 1973, sudah lebih maju dibanding dengan kurikulum sebelumnya. Karena madrasah sudah mempunyai kurikulum secara nasional. Jenis penilaian, seperti tulis dan lisan. Teknik penilaian, tes dan non tes serta kuantitatif dan kualitatif. Sudah ada pada masa ini. Namun pengaruh penilain pesantren masih kental, seperti praktek, menghafal dan bah}sul masa il pemecahan masalahproblem solving, juga sudah mulai digalakan untuk tingkat MA.

c. Evaluasi Kurikulum MA Tahun 1976

Kurikulum 1975, yang menjadi dasar kurikulum MA tahun 1976, didasari konsep SAS Struktural, Analysis, Sintesis. Anak menjadi pintar karena paham dan mampu menganalisis sesuatu yang dihubungkan dengan mata pelajaran di sekolah. Kurikulum 1975 juga dimaksudkan untuk menyerap perkembangan ilmu era 1970- 103 B. R. Worthen dan J. R Sanders, Educational Evaluation: Alternative Approaches and Practical Guidelines New York dan London: Longman, 1987, 41-59. 104 Lihat, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Rencana Pendidikan dan Pengajaran SMA, 8. an. 105 Evaluasi pembelajaran pada kurikulum 1975 yang menjadi dasar kurikulum MA 1976, terlihat lebih sistematis, karena evaluasi pembelajaran tidak hanya dilaksanakan pada akhir semester saja, melainkan evaluasi dilaksanakan setiap selesai satu pokok bahasan atau sub pokok bahasan, yang dikemas dalam bentuk Satuan Pelajaran SP. Dalam kurikulum ini, evaluasi diadakan terus menerus dan diselenggarakan secara menyeluruh dalam arti seluruh aspek tingkah laku siswa dinilai, 106 dilaksanakan secara obyektif. Hal ini sebenarnya merupakan prinsip penilain. Karena kurikulum MA tahun 1975 berorientasi pada tujuan, maka penilaian menjadi sangat penting. d. Evaluasi Kurikulum MA Tahun 1984 Kegiatan penilaian pada kurikulum Madrasah Aliyah tahun 1984 ini terutama diarahkan pada upaya untuk menentukan seberapa jauh tujuan-tujuan maupun proses belajar mengajar yang diinginkan telah terwujud. Penilaian dilakukan secara berkesinambungan dan menyeluruh untuk keperluan peningkatan proses maupun hasil belajar serta pengelolaan program. 107 Kurikulum 1984 ini menekankan pada proses pembelajaran, bukan pada tujuan. Jenis penilaian yang dipakai sama dengan kurikulum MA 1975 yaitu penilain formatif, sumatif semester, penempatan dan diagnostik. Para siswa lebih banyak diberi tugas untuk membuat LKS Lembar Kerja Siswa, dan pada kurikulum ini pula dikenalkan Sistem Kredit Semester SKS. Cara pemberian nilai dengan kuantitatif dan kualitatif serta teknik penilain, yaitu teknik tes dan non tes, adalah sama dengan kurikulum MA 1976. Hanya saja yang Nampak berbeda bentuk soal uraian lebih ditekankan, karena orientasinya adalah proses –soal penalaran lebih diutamakan. Nampak ada dua perbedaan kurikulum MA 1976 dengan kurikulum MA 1984, yaitu orientasi dan bentuk soal penalaran, sementara pada kurikulum MA 1976 lebih pada bentuk soal obyektif dan orientasinya adalah kepada tujuan. Perbedaan ini menjadi indikator pergeseran dari kurikulum MA 1976 ke kurikulum MA 1984, walaupun bergesernya hanya sebagaian. e. Evaluasi Kurikulum MA Tahun 1994 Guru hendaknya memilih strategi yang dapat mengaktifkan siswa, baik mental, fisik maupun sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarahkan kepada jawaban konvergen, divergen terbuka dimungkinkan lebih dari satu jawaban, dan penyelidikan. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konseppokok bahasan dan perkembangan berfikir siswa, sehingga diharapkan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang 105 Herlanti, Kurikulum Pendidikan Indonesia dari Zaman ke Zaman 2008 yherlanti.wordpress.com, 20081505. 17072010. 106 Lihat, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kurikulum Sekolah Menengah Atas SMA 1975 Buku 1: Bidang Studi Ketentuan-ketentuan Pokok Jakarta: Depdikbud RI, 1975, 2. 107 Keputusan Menteri Agama KMA Republik Indonesia Nomor 101 tahun 1984 tentang Kurikulum Madrasah Aliyah, 29. Lihat juga, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kurikulum 1984 Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas SMA, Landasan, Program, dan Pengembangan Jakarta: Depdikbud RI, 1984, 12. menekankan ketrampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah. Pengulangan- pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk memantapkan pemahaman siswa. 108

f. Evaluasi Kurikulum MA Tahun 2004: Kurikulum Berbasis KompetensiKBK

Instrumen penilain pada KBK Madrasah Aliyah meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen. Jenis tagihan dapat digunakan antara lain; a kuis, bentuknya berupa isian dan menanyakan hal-hal yang prinsip. Biasanya dilakukan sebelum pelajaran dimulai kurang lebih 5–10 menit. Kuis dilakukan untuk mengetahui penguasaan pelajaran oleh peserta didik. Tingkat berpikir yang terlibat adalah pengetahuan dan pemahaman, b pertanyaan lisan, materi yang ditanyakan berupa pemahaman terhadap konsep, prinsip, atau teori. Tingkat berpikir yang terlibat adalah pengetahuan dan pemahaman, c ulangan harian, dilakukan secara periodik di akhir pembelajaran satu atau dua kompetensi dasar. Tingkat berpikir yang terlibat sebaiknya mencakup pemahaman , aplikasi dan analisis, d ulangan blok, adalah ujian yang dilakukan dengan cara menggabungkan beberapa kompetensi dasar dalam satu waktu. Tingkat berpikir yang terlibat mulai pemahaman sampai dengan evaluasi, e tugas individual, dapat diberikan pada waktu-waktu tertentu dalam bentuk pembuatan kliping, makalah dan yang sejenisnya. Tingkat berpikir yang terlibat sebaiknya aplikasi, analisis, sampai sintesis, dan evaluasi, f tugas kelompok, digunakan untuk menilai kompetensi kerja kelompok. Bentuk instrumen yang digunakan salah satunya adalah uraian bebas dengan tingkat berpikir tinggi yaitu aplikasi dan evaluasi, g Responsi atau ujian praktek, bentuk ini dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya. Ujian respons dapat dilakukan di awal dan di akhir praktek. Ujian yang dilaksanakan sebelum praktek bertujuan untuk mengetahui kesiapan peserta didik melakukan praktek di laboratorium atau tempat lain, sedangkan ujian yang dilakukan setelah praktek, tujuannya untuk mengetahui kompetensi dasar praktek yang telah dicapai peserta didik dan yang belum, h laporan kerja praktek, bentuk ini dipakai untuk mata pelajaran yang ada praktikumnya. Peserta didik bisa diminta untuk mengamati suatu gejala dan melaporkannya. 109

g. Evaluasi Kurikulum MA Tahun 2006: Kurikulum Tingkat Satuan PendidikanKTSP

Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP tahun 2006, dilakukan penilaian yang menyeluruh dan berkelanjutan. Bentuk penilaian di Madrasah Aliyah adalah tes dan non tes yang dapat berupa tes tertulis pilihan ganda dan uraian, tes praktik, tes lisan, portofolio, 108 http:rbaryan.wordpress.com20070516 , “Bagaimana Perjalanan Kurikulum Nasional”. 07052010. 109 Departemen Agama RI, Kurikulum 2004, Pedoman Khusus Fikih Madrasah Aliyah Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004, 13-14. Dalam semua buku – untuk semua mata pelajaran– kurikulum 2004 untuk Madrasah Aliyah, instrumen penilaian pada KBK disebut demikian. penugasan proyek dan atau produk. 110 Bentuk tes yang demikian telah memenuhi kriteria penilaian komprehensip, karena dapat mengakses semua kompetensi siswa secara maksimal. Hal ini sama dengan kurikulum MA tahun 2004. Uraian di atas menyimpulkan bahwa isi kurikulum MA bergeser karena dipengaruhi faktor politis, yang tadinya pelajaran agama mendominasi sehingga pelajaran agama akhirnya menipis. 110 Departemen Agama RI, Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP Madrasah Aliyah, 237.

BAB V KURIKULUM MADRASAH ALIYAH MASA DEPAN

B. Tuntutan Pembaharuan

Pendidikan Madrasah Aliyah: Upaya Mempertahankan Sisi Politis Beberapa tuntutan pembaharuan pendidikan Madrasaha Aliyah MA diantaranya; tuntutan pembaharuan manajemen pengelolaan MA, tuntutan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia SDM guru, tuntutan perbaikan sarana prasarana dan tuntutan pembaharuan kurikulum MA. Masih ada tuntutan pembaharuan yang lain, tetapi penulis batasi hanya yang telah disebut. Bebarapa tuntutan ini harus direalisasikan oleh MA jika akan mempertahankan nilai politisnya.

C. Tuntutan Integrasi: Menepis Dikotomi Ilmu Menyusun Keilmuan yang Ideal