Kesimpulan Pergeseran kurikulum madrasah dalam undang-undang sistem pendidikan nasional

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian beberapa bab terdahulu dapat disimpulkan, bahwa pergeseran kurikulum Madrasah Aliyah lebih dominan dipengaruhi faktor politik. Hal ini tidak berarti bahwa faktor-faktor lain seperti, faktor agama ideologi, sosial, ekonomi, dan budaya, tidak ikut berperan dalam mempengaruhi pergeseran kurikulum Madrasah Aliyah. Namun di antara faktor-faktor tersebut ada yang lebih dominan mempengaruhi pergeseran kurikulum Madrasah Aliyah yaitu faktor politik. Biasanya ending dari terjadinya pergeseran kurikulum Madrasah Aliyah ditentukan oleh kebijakan pendidikan, dan kebijakan tersebut muncul untuk menindaklanjuti undang-undang, sedangkan undang-undang itu biasanya syarat dengan kepentingan politis. Kesimpulan ini dikuatkan oleh bebarapa bukti argumen, sebagai berikut: 1. Undang-Undang Pendidikan di Indonesia yang syarat dengan nuansa politis mengharuskan kebijakan pendidikan untuk menjabarkan undang-undang tersebut. Hal ini terkait erat dengan pergeseran kurikulum MA. Sehingga tujuan, isi, pendekatan metode dan penilaian kurikulum MA mengalami pergeseran dari masing-masing periode. Pergeseran metode dan penilaian dalam kurikulum MA tidak menjadi persoalan krusial, karena pergeseran ini mengarah pada modernisasi, dalam arti bergeser ke arah yang lebih baik. Tetapi ketika pergeseran tersebut pada tujuan dan isi kurikulum menjadi problem yang serius, karena ketika kedua komponen kurikulum MA ini bergeser pastilah harus sesuai dengan dasar ke- Islaman madrasah yang menjadi fundamen pokok dan merupakan karakteristiknya. Yang cukup menarik bahwa bergesernya kurikulum MA karena dipengaruhi oleh undang-undang yang bersifat politis. Indikatornya, ketika tujuan kurikulum MA adalah untuk mencetak calon ulama ulu m al-di n, tetapi tujuan tersebut tidak tercapai karena terganjal dengan content kurikulum MA yang senantiasa meminimalisir pelajaran agama Islam, hal ini dijalankan oleh madrasah MA karena tuntutan undang-undang. Walaupun keadaannya terjepit oleh undang- undang yang bersifat politis, kurikulum MA tetap mempertahankan ciri yang melekat padanya dimana merupakan karakteristiknya. Adapun ciri yang melekat tersebut adalah senantiasa mempertahankan ciri khas ke-Islamannya, yang secara substansi terkandung dalam tujuan dan isi kurikulum MA. 2. Undang-Undang Pendidikan yang bersifat politis menggiring sistem ganda dualistik dalam pendidikan menjadi satu sistem pendidikan nasional Undang- Undang Pendidikan pertama No. 4 tahun 1950 dan kedua No. 2 tahun 1989. Hal ini terbukti dengan bergesernya kurikulum MA yang semula memprioritaskan ulu m al-di n kemudian lambat laun mengadopsi pelajaran umum yang pada akhirnya kurikulum MA sama dengan kurikulum SMA pada umumnya. Implikasi dari realitas yang demikian menyebabkan Diknas mempunyai otoritas yang lebih dominan. Dengan demikian outcome MA terus diklaim lebih rendah kualitasnya dari pada output SMA. Namun perlu menjadi catatan, bahwa setelah munculnya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 30, pendidikan agama dengan tujuan menciptakan ahli agama ulama dapat diselenggarakan oleh pemerintah danatau kelompok masyarakat. Dengan demikian Madrasah Aliyah Keagamaan MAK dengan kurikulum dominan mata pelajaran agama Islam di bawah otoritas Kementerian Agama dapat direalisasikan, maka secara substansi tujuan dan content awal kurikulum MA tidak hilang, hal ini hendaknya menjadi perhatian bagi Kementerian Agama, agar meningkatkan kualitas pendidikan yang di bawah kewenangannya. Selanjutnya kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan cukup efektif mempengaruhi pergeseran kurikulum MA. Dimana berdasarkan data yang penulis kumpulkan terjadi pergeseran kurikulum MA yang secara spesifik dapat diketahui pergeserannya dari komponen-komponen kurikulum MA. Semua komponen kurikulum MA sejak tahun 1950–2006 UU pendidikan pertama sampai ketiga baik tujuan, isi, metode maupun penilaian terjadi pergeseran. 3. Alur pergeseran kurikulum MA cukup jelas, bahwa sebelum muncul kurikulum 1975 kurikulum MA beragam dengan tetap mempertahankan ciri khas ke- Islamannya. Namun setelah muncul kurikulum 1975 kurikulum SKB tiga menteri, kurikulum MA menjadi seragam, dimana mengajarkan kurang lebih 30 pelajaran agama dan 70 pelajaran umum, persyaratan ini mutlak, ketika madrasah ingin diakui sebagai sub sistem pendidikan nasional UU pendidikan No. 4 Tahun 1950 dan UUSPN No. 2 Tahun 1989. Dan perlu menjadi catatan penting bahwa kurikulum MA menjadi beragam kembali setelah munculnya UUSPN No. 20 Tahun 2003, yaitu pendidikan agama dengan menciptakan ahli agama ulama dapat diselenggarankan oleh pemerintah danatau kelompok masyarakat, dengan demikian MAK dapat payung hukum, hal ini dapat disimpulkan bahwa keragaman kurikulum madrasah setelah munculnya UUSPN Tahun 2003 secara politis dinaungi undang-undang.

B. Saran