Pergeseran kurikulum madrasah dalam undang-undang sistem pendidikan nasional

(1)

PERGESERAN KURIKULUM MADRASAH

DALAM UNDANG-UNDANG

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

DISERTASI

Diajukan dalam Rangka

Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai Gelar Doktor dalam Bidang Pendidikan Islam

Oleh: Muhajir NIM. 06.3.00.1.03.01.0019

PROMOTOR:

1. PROF. DR. SUWITO, MA

2. PROF. DR. M. HUSNI RAHIM

SEKOLAH PASCASARJANA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/ 2010 M


(2)

iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING DAN PENGUJI

Disertasi berjudul: “Pergeseran Kurikulum Madrasah dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional”, yang ditulis oleh Sdr. Muhajir, NIM. 06.3.00.1.03.01.0019 telah diperbaiki sesuai saran dan masukan-masukan Tim Penguji Ujian Pendahuluan tanggal 08 Nopember 2010.

Demikian untuk dimaklumi.

Tim Penguji:

Dr. Yusuf Rahman (………...)

(Ketua Sidang/Penguji) Tgl. ………..

Prof. Dr. Suwito, MA. (………...)

(Pembimbing/Penguji) Tgl. ………..

Prof. Dr. M. Husni Rahim (………...)

(Pembimbing/Penguji) Tgl. ………..

Prof. Dr. Ana Suhaenah Suparno (………...)

(Penguji) Tgl. ………..

Prof. Dr. A. Malik Fadjar, M. Sc. (………...)

(Penguji) Tgl. ………..

Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, MA. (………...)


(3)

ii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muhajir

Tempat/Tgl Lahir : Kebumen, 28 Desember 1970

N I M : 06.3.00.00.1.03.0019

Program : Doktor

Program Studi : Pengkajian Islam Konsentrasi : Pendidikan Islam

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa disertasi yang berjudul: Pergeseran Kurikulum Madrasah dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional adalah benar asli karya saya sendiri, kecuali kuipan-kutipan yang disebutkan sumbernya. Apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan di dalamnya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya. Dan jika karya ini terbukti plagiat, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku, termasuk pencabutan gelar akademik.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, Oktober 2010 Yang membuat pernyataan

Muhajir


(4)

iv

ABSTRAK

Kesimpulan besar disertasi ini menunjukkan bahwa pergeseran kurikulum lebih dominan dipengaruhi faktor politik. Walaupun tidak menafikan faktor-faktor lain yang ikut berperan dalam mempengaruhi pergeseran kurikulum seperti faktor agama (ideologi), sosial, ekonomi dan budaya. Namun ending diputuskannya pergeseran kurikulum lebih dominan dipengaruhi oleh suatu kebijakan pemerintah yang merupakan penjabaran dari undang-undang dan tidak jauh ditetapkannya undang-undang karena syarat muatan politis.

Temuan ini didasarkan oleh dua pendapat yang berbeda dalam membicarakan faktor yang mempengaruhi pergeseran kurikulum, yaitu pertama, bahwa pergeseran kurikulum dipengaruhi oleh faktor ideologi (agama), sosial, politik, ekonomi, budaya dan teknologi bahkan faktor intern pendidikan itu sendiri. Pendapat ini dikemukakan Larry Cuban dalam Hand Book of Research on Curriculum, yang di edit oleh Philip W. Jakson. Sebagaimana Cuban, Audrey Osler dalam Schooling Society and Curriculum, yang diedit oleh Alex More, juga memperkuat pendapat ini. Dalam edisi Indonesia, Anwar Jasin ketika menulis disertasinya, Pembaharuan Kurikulum SD di Indonesia Suatu Analisis Perkembangan Tentang Perubahan Konseptual Kurikulum SD Sejak Proklamasi Kemerdekaan, dengan Menggunakan Bahan-bahan yang Relevan, juga identik dengan Cuban dan Audrey.

Kedua, menyatakan bahwa perencanaan, perubahan dan pergeseran kurikulum dipengaruhi faktor politik, bahkan struktur politik masuk dalam situasi pendidikan. Pendapat ini dinyatakan oleh John I. Goodlad, dalam The Curriculum Studies Reader, yang diedit oleh David J. Flinders dan Stephen J. Thornton. Pernyataan Goodlad dipertegas oleh A.V. Kelly dalam The Curriculum Theory and Practice.

Temuan dalam disertasi ini adalah bahwa pergeseran kurikulum lebih dipengaruhi faktor politik. Dengan demikian disertasi ini hendak memperkuat pendapat Goodlad dan Kelly, dengan satu revisi bahwa faktor politik bukan satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi pergeseran kurikulum, karena masih ada faktor lain, yaitu ideologi (agama), sosial, ekonomi dan budaya. Disertasi ini hendak mempertegas bahwa faktor politik lebih dominan mempengaruhi pergeseran kurikulum.

Temuan di dalam disertasi ini didasarkan pada sumber-sumber primer, yaitu dokumen kurikulum Madrasah Aliyah dari tahun 1950-2006, yang di dalamnya terdiri dari kurikulum Madrasah Aliyah sebelum muncul secara nasional, kurikulum Madrasah Aliyah tahun 1973, 1975/1976, 1984, 1994, 2004 dan 2006. Sumber-sumber ini merupakan Sumber-sumber primer yang relevan dengan Madrasah Aliyah. Disamping kurikulum Madrasah Aliyah juga, tiga Undang-Undang Pendidikan yaitu Undang-Undang Pendidikan No. 4 tahun 1950 Jo UU No. 12 Tahun 1954, UUSPN No. 2 Tahun 1989 dan UUSPN No. 20 Tahun 2003. Adapun sumber-sumber pendukung yang mengarahkan disertasi ini adalah tulisan John I. Goodlad dalam The Curriculum Studies Reader, yang diedit oleh David J. Flinders dan Stephen J.


(5)

v

Thornton (2004) dan bukunya A.V. Kelly dalam The Curriculum Theory and Practice (2004). Dua orang ini yang teorinya akan diperkuat oleh disertasi ini.

Untuk membaca sumber-sumber yang ada, semua kurikulum Madrasah Aliyah dari tahun 1950-2006 yang didokumentasikan diletakkan secara kronologis sesuai periodesasi. Karakteristik Madrasah Aliyah, dan kebijakan pendidikan pemerintah yang mempengaruhi pergeseran kurikulum Madrasah Aliyah, include

faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kurikulum Madrasah Aliyah. Termasuk faktor yang dominan mempengaruhi kurikulum Madrasah Aliyah. Kesemuanya itu diletakkan dalam konteks historis (sejarah), dengan menggunakan pendekatan sejarah, kemudian dianalisis menggunakan metode komparasi (perbandingan) dan


(6)

vi Abstract

The great conclusion of this dissertation is that the curriculum shift is dominantly influenced by political factor even though other factors such as religion, ideology, social, economy, and culture also play an important role on it. However, the decision of the curriculum shift is dominantly influenced by the government policy as the spelling out of the constitution. To decide of the law and regulation is often due to the political interest.

This finding is based on two different views on the factors that influence the curriculum shift. Firstly, the curriculum shift is influenced by ideological (religious), social, political, economical, cultural, and technological factors; indeed, the internal factor of the education itself influences the curriculum shift as well. This view is stated by Larry Cuban in his work’s Hand Book of Research on Curriculum which is edited by Philip W. Jakson. Audrey Osler in his work’s Schooling Society and Curriculum edited by Alex More also supports this opinion. Similar to Cuban and Osler’s opinions, Anwar Jasin in his dissertation’s Pembaharuan Kurikulum SD di Indonesia Suatu Analisis Perkembangan tentang Perubahan Konseptual Kurikulum SD sejak Proklamasi Kemerdekaan, dengan Menggunakan Bahan-Bahan yang Relevan, also has the same opinion.

Secondly, it is stated that the planning, the change, and the shift of curriculum are influenced by political factor; indeed, the structure of politics enter into the educational situation. This opinion is stated by John l. Goodlad in his work’s The Curriculum Studies Reader edited by David J. Flinders and Stephen J. Thornton. Goodlad’s statement is asserted by A.V. Kelly in his work’s The Curriculum Theory and Practice.

The finding of this dissertation is that the curriculum shift is more influenced by political factor. Therefore, this dissertation will strengthen both Goodlad and Kelly’s views with one revision that political factor is not the only one that influences the curriculum shift. There are other factors that influence the curriculum shift: ideological (religious), social, economical, and cultural factors. This dissertation shows that political factor becomes more dominant in influencing the curriculum shift.

The finding of this dissertation is based on the primary sources, i.e. the documents of curriculum of Madrasah Aliyah (Islamic Senior High School) from 1950-2006. These documents consist of the curriculum of Madrasah Aliyah before it nationally appears, the 1973, 1975/1976, 1984, 1994, 2004 and 2006 curriculums. These are the primary sources which are relevant to Madrasah Aliyah. Besides the curriculum of Madrasah Aliyah as stated above, the three laws of education, i.e. the laws of education of 1950 No. 4 Jo UU of 1954 No. 12, the laws of National Educational System (UUSPN) of 1989 No.2 and UUSPN of 2003 No.20, become other primary sources for this dissertation. Moreover, the works of John l. Goodlad’s

The Curriculum Studies Reader edited by David J. Flinders and Stephen J. Thornton (2004) and A.V. Kelly’s The Curriculum Theory and Practice (2004) become the


(7)

vii

secondary sources of this dissertation. The theories of both of the two writers will be strengthened by this dissertation.

To read the available sources, all of the curriculum of Madrasah Aliyah from 1950-2006 documented is put chronologically based on its periods. The characteristics of Madrasah Aliyah and the government policy on education become the factors influencing the curriculum shift of Madrasah Aliyah. Both of them dominantly influence the curriculum of Madrasah Aliyah. All of them is explained in the historical context by using historical approach and be analyzed by using comparative method and content analysis.


(8)

x

Kata Pengantar

Mengawali karya ilmiah ini saya ingin memanjatkan puji syukur kehadlirat Allah SWT, karena atas rid}a dan ‘ina>yah-Nya jualah disertasi yang berjudul: “Pergeseran Kurikulum Madrasah dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional” ini dapat diselesaikan. Disertasi ini sengaja dibuat untuk diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Doktor dalam Ilmu Agama Islam (Pendidikan Islam) di Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang ikut berperan dalam proses penyelesaian studi di Sekolah Pascasarjana ini. Mereka itu antara lain sebagai berikut:

1. Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA, Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, atas asuhan dan kepemimpinannya, baik selama saya menjalani masa-masa perkuliahan maupun andilnya dalam keberhasilan studi saya.

2. Dirjen Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama Republik Indonesia, yang telah mengizinkan saya untuk menempuh pendidikan S3 pada Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Prof. Dr. H. M. A. Tihami, MA., MM., Rektor IAIN “SMH” Banten, yang

telah memberi restu dan mengizinkan saya untuk menempuh studi S3, dimana IAIN “SMH” Banten merupakan institusi tempat mengabdikan keilmuan saya di dalamnya. Institusi ini jualah yang memberikan sebagian support dana dan motivasi kepada saya sehingga dapat menyelesaikan studi S3 ini.

4. Prof. Dr. Suwito, MA dan Prof. Dr. Husni Rahim, MA, dalam kedudukannya dan peran pentingnya sebagai promotor saya, yang telah dengan kesabaran dan ketelitiannya menunjukkan serta mengarahkan penulisan disertasi saya ini, sehingga berhasil dan selesai ditulis.


(9)

xi

5. Semua guru besar, para dosen dan semua staf Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyampaikan ilmu dengan tulus ikhlas kepada saya. Juga semua staf di bagian akademik yang telah memberikan pelayanan administrasinya dengan baik.

6. Perpustakaan Kementerian Agama, perpustakaan Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, perpustakaan UNJ, dan Pusat Kurikulum (Puskur) Kementerian Pendidikan Nasional, yang telah andil besar dalam menyediakan rujukan-rujukan khususnya tentang kurikulum, sehingga saya dapat menyelesaiakan tulisan disertasi ini.

7. Para ulama, cendekiawan dan ilmuwan yang tulisannya dijadikan rujukan oleh saya dalam penulisan disertasi ini.

Untuk para sahabat yang ada di Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dalam saat-saat kuliah yang penuh kenangan, dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu namanya dalam lembar pengantar ini, saya hanya dapat berdo’a semoga amal shaleh mereka di terima sebagai amal akherat yang kekal abadi. Amin.

Disertasi ini secara khusus saya dedikasikan kepada Abi, Umi, isteri (Tri Yuni Hartati), dan anak-anak saya yang shaleh (Faiz Arfan Bahar dan Faza Farzanggi Muhajir), yang dengan segala ketulusan serta kelonggaran kalbunya memberi motivasi, do’a dan rasa cinta kasih sejati kepada saya. Inilah salah satu sumber energi saya yang tak pernah habis dan kering serta selalu menunjukkan untuk melakukan yang terbaik. Semoga Allah senantiasa memberikan hida>yah dan ma‘u>nah-Nya, perjuangan sungguh-sungguh mereka, meskipun harus hidup tertatih-tatih di tengah kesulitan dan penderitaan yang besar di dunia ini. Amin.

Ciputat, Oktober 2010 Penulis


(10)

v

DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... iv

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan ... 10

1. Identifikasi Masalah... 10

2. Pembatasan Masalah ... 11

3. Perumusan Masalah ... 13

C. Tujuan dan Signifikansi Penelitian ... 13

D. Kajian Pustaka ... 15

E. Metodologi Penelitian ... 25

F. Sistimatika Pembahasan... 28

BAB II PERGESERAN KURIKULUM DALAM PERDEBATAN...… 31

A. Pergeseran Kurikulum Adalah Sebuah Keniscayaan... 31

B. Pergeseran, Inovasi, Pengembangan dan Perubahan Kurikulum 36 C. Dua Pendapat yang Berbeda ... 47

1. Pergeseran Kurikulum Dipengaruhi oleh Faktor Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya, dan Agama ... 48

2. Pergeseran Kurikulum Dipengaruhi oleh Faktor Politik, Bahkan Situasi Politik Masuk dalam Situasi Pendidikan ... 53


(11)

vi

BAB III KARAKTERISTIK KURIKULUM MADRASAH ALIYAH . 62

A. Masa Undang-Undang Pendidikan No. 4 Tahun 1950

Jo UU No. 12 Tahun 1954 ... 70

1. Kurikulum MA Sebelum Tahun 1972: Dominasi Muatan Agama ... 70

2. Kurikulum MA Tahun 1973: Dominasi Muatan Umum ... 87

3. Kurikulum MA 1975: Dominasi Muatan Umum Secara Politis Memperkuat Pengakuan Pemerintah Terhadap Eksistensi Lembaga Madrasah ... 92

4. Kurikulum MA 1984: Pemantapan Dominasi Muatan Umum SKB Tiga Menteri dalam Menggiring Madrasah Menjadi Bagian dari Sistem Pendidikan Nasional ... 98

B. Masa Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989... 103

1. Kurikulum MA 1994: Sekolah Umum Berciri Khas Islam .. 103

C. Masa Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003... 113

1. Kurikulum MA 2004: Mempertahankan Ciri Khas ke-Islaman Sebagai Karakteristik Asli Madrasah ... 113

2. Kurikulum MA 2006: Modifikasi Ciri Khas ke-Islaman dengan Penciptaan Suasana Keagamaan di Madrasah... 126

BAB IV PENGARUH KEBIJAKAN PENDIDIKAN PEMERINTAH TERHADAP PERGESERAN KURIKULUM MADRASAH ALIYAH ... 137

A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergeseran Kurikulum ... 137

1. Faktor Agama (Ideologi)... 137


(12)

vii

3. Faktor Ekonomi ... 151

4. Faktor Budaya ... 154

B. Dominasi Faktor Politik ... 158

C. Tarik Menarik Kepentingan Partai Politik dalam Pendidikan .... 164

D. Kebijakan Politis Pemerintah dalam Kurikulum Madrasah ... 174

E. Tafsir Pergeseran ... 203

1. Bergeser Sebagaian Komponen Kurikulum ... 203

2. Bergeser Seluruh Komponen Kurikulum... 204

F. Indikator Pergeseran ... 204

1. Tujuan Kurikulum Madrasah Aliyah ... 204

2. Isi Kurikulum Madrasah Aliyah ... 218

3. Pendekatan Kurikulum Madrasah Aliyah ... 242

4. Evaluasi Kurikulum Madrasah Aliyah ... 252

BAB V KURIKULUM MADRASAH ALIYAH MASA DEPAN... 262

A. Tuntutan Pembaharuan Pendidikan Madrasah Aliyah: Upaya Mempertahankan Sisi Politis ... 262

B. Tuntutan Integritas: Menepis Dikotomi Ilmu Menyusun Keilmuan yang Ideal dalam Rangka Mewujudkan Kekuatan politis ... 270

C. Tuntutan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ... 278

D. Tantangan Modernitas ... 284

BAB VI PENUTUP ... 289

A. Kesimpulan... 289

B. Saran ... 291


(13)

viii

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 320 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 351


(14)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Disertasi berjudul: Pergeseran Kurikulum Madrasah dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang ditulis oleh Sdr. Muhajir, NIM. 06.3.00.1.03.01.0019 telah diperbaiki sesuai saran dan masukan-masukan pembimbing.

Demikian untuk dimaklumi.

Jakarta, Oktober 2010 Pembimbing


(15)

iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Disertasi berjudul: Pergeseran Kurikulum Madrasah dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang ditulis oleh Sdr. Muhajir, NIM. 06.3.00.1.03.01.0019 telah diperbaiki sesuai saran dan masukan-masukan pembimbing.

Demikian untuk dimaklumi.

Jakarta, Oktober 2010 Pembimbing


(16)

346

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A.Identitas

Nama lengkap : Muhajir

Tempat/tanggal lahir : Kebumen, 28 Desember 1970

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat Asal : Gandusari, R.T. 02 R.W. 04 Kuwarasan, Kebumen Jawa Tengah.

Alamat Sekarang : Perumahan Taman Banjar Agung Indah Blok D-6 No. 02 Serang, Banten.

Alamat e-mail : hajir_faiz@yahoo.com

Alamat Kantor : Fakultas Tarbiyah IAIN “SMH” Banten Jl. Jend. Sudirman No. 30 Serang 42118.

Telp. : Hp. 08121907168

Rumah 0254-284154 B.Keluarga

Orang Tua :

1. Bapak : Achmad Suyuthi

2. Ibu : Siti Aminah (almarhumah)

Mertua :

1. Bapak : Basrudin

2. Ibu : Ratimah

Isteri : Tri Yuni Hartati, A.Md.

Anak : 1. Faiz Arfan Bahar (11 Pebruari 2003)


(17)

347

C. Riwayat Pendidikan I. Pendidikan Formal

1. SD Negeri Gandusari, Kebumen, lulus tahun 1984.

2. MTs Negeri Purwosari, Rowokele, Kebumen, lulus tahun 1987. 3. PGA Negeri Kebumen, lulus tahun 1990.

4. S1 IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Fak. Tarbiyah Jur. PAI, lulus tahun 1995. 5. S2 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Konsentrasi Pendidikan Islam, lulus

tahun 2003.

6. S3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Konsentrasi Pendidikan Islam, lulus tahun 2010.

II. Pendidikan Non Formal

1. Madrasah Diniyah Pondok Gebangsari, Kebumen, 3 tahun, dari tahun 1978 –1981.

2. Madrasah Diniyah Kuwarasan Kebumen, 5 tahun, dari tahun 1982-1987. 3. Pondok Pesantren “Al-Huda” Jetis Kutosari, Kebumen, 3 tahun, dari

tahun 1987-1990.

4. Pondok Pesantren Mahasiswa (Wahid Hasyim) Gaten Condong Catur, Yogyakarta, 2 tahun, dari tahun 1991-1993.

D. Kegiatan Ilmiah dan Penelitian

1. Diskusi bulanan di KAPGAN Kebumen, 5 tahun, dari tahun 1990 –1995. 2. Diskusi bulanan Pendidikan Islam di KD-PAI-6 IAIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta, 3 tahun, dari tahun 1991-1993.

3. Peserta seminar “Tantangan Pendidikan Islam pada Era Global” di Hotel Ambarukmo Yogyakarta, tahun 1993.

4. Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, selama 10 hari, tahun 1994, di Wisma Sejahtera Kaliurang Yogyakarta.

5. Peserta seminar “Prospek Pendidikan Islam di Era Global” di IKIP Yogyakarta, utusan dari IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun 1993.


(18)

348

6. Diskusi mingguan Program Studi Pendidikan Islam di KDPI-Pasca UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2 tahun, dari tahun 2000 – 2002.

7. Peserta seminar “The Reconstruction of Syari’a in The Islamic State”, di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2003.

8. Peserta bedah buku “Pemikiran Syari’ah Hasan al-Bana”, di Islamic Centre Bekasi, tahun 2003.

9. Penelitian untuk para peneliti tingkat lanjut, Dosen IAIN “SMH” Banten, di Anyer, tahun 2007.

10. Pembicara seminar pendidikan “Metamorfosis Mutu Pendidikan Banten: Kurikulum, Mutu Guru dan Budaya Lokal banten”, tahun 2009.

11. Pembicara Seminar pendidikan “Menguak Rahasia Pendidikan ala Rasulullah”, 2010.

E. Tulisan Ilmiah

I. Tulisan Yang di Publikasikan

1. “Perjumpaan Sufisme dan Agama-agama Lain”, dipulikasikan oleh Majalah Bulanan Departemen Agama Jawa Barat “Media Pembinaan”, No. 08/XXVIII November 2001.

2. “Pendidikan Sebagai Media Transformasi Budaya (Renungan Bagi Para Pendidik dan Penyelenggara Pendidikan Dalam Menyambut Tahun Pelajaran Baru 2002/2003)”, “Media Pembinaan”.

3. “Madrasah di Makkah dan Madinah”, Jurnal Ilmiah Bidang Keagamaan dan Kemasyarakatan, “Al-Qalam”, Vol. 20/No. 98, 99/Juli-Desember 2003, Serang: Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, IAIN “SMH” Banten, 2003.

4. Madrasah-madrasah di Makkah dan Madinah dalam Sejarah Pendidikan Islam, pada Periode Klasik dan Pertengahan, Prof. Dr. H. Abudin Nata, MA. (Ed.), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.


(19)

349

5. Ibnu Khaldun (1332-1402 M): Prinsip dan Metode Pengajaran, dalam Sejarah Pemikiran Para Tokoh Pendidikan, Prof. Dr. Suwito, MA. dan Fauzan, MA. (Ed.), Bandung: Angkasa, 2003.

6. Kurikulum Madrasah Orde Reformasi – 2007: Analisis Pengembangan dan Pembaharuan ke Arah Modern, Jurnal Ke-Islaman, Kemasyarakatan dan Kebudayaan, “Tazkia”, Vol. IX No. 02, 2008.

II. Dalam Bentuk Skripsi, Tesis dan Disertasi

1. “Pendidikan Anak Menurut Al-Qur’an (Studi Tentang Materi dan Metode)”, Skripsi S1, 1995.

2. “Pendidikan Jasmani Dalam Perspektif Islam”, Tesis S2, 2003.

3. “Pergeseran Kurikulum Madrasah dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional”, Angkatan 2006.

F. Riwayat Pekerjaan

1. Direktur TPA “Al-Huda”, Klitren Lor Yogyakarta, tahun 1992 – 1993. 2. Guru Privat Keluarga dari Yayasan Tunas Melati Yogyakarta, tahun 1992 –

1995.

3. Guru al-Qur’an pada Program Pemberantasan Baca Tulis al-Qur’an se SD Klitren Lor Yogyakarta, tahun 1993 – 1994.

4. Distributor PT. Amindoway Jaya, tahun 1993.

5. Marketing Supervisor PT. Cahaya Matahari Timur Yogyakarta, tahun 1994. 6. Kepala Cabang PT. Cahaya Matahari Timur di Kebumen, tahun 1994 (6 bulan). 7. Anggota ASBI (Asosiasi Sarang Burung Walet Indonesia), tahun 1994 –1995. 8. Cyper Operator di Subur Tiasa Playwood Sdn. Bhd., Sibu East Malaysia, tahun

1996.

9. Boyler Operator di Azaz Mahir Sdn. Bhd., Bintulu East Malaysia, tahun 1997. 10. TU MI Asy-Syuhada Jakarta, tahun 1998 (3 bulan).

11. Guru MI Asy-Syuhada Jakarta, tahun 1998-1999. 12. Dosen STAI Al-Ghuraba’ Jakarta, tahun 1998-1999.


(20)

350

13. Guru (PNS) MTs Negeri Rengasdengklok, Karawang, tahun 1999 –2003. 14. Dosen STAI Darul Qalam Tangerang dan Bekasi, tahun 1999 – 2007. 15. Dosen PGSD dan PGTK Darul Qalam Cut Mutia Bekasi, Islamic Centre

Bekasi dan Tanjung Barat Jakarta, tahun 1999 – 2007. 16. Dosen STIMIK Kharisma Karawang, tahun 2000 – 2003.

17. Dosen Tetap (PNS) pada Fakultas Tarbiyah dan Adab IAIN “SMH” Banten Serang, tahun 2003 – sekarang.

18. Ketua Badan Pelaksana Harian PGTK/RA-PGSD/MI STAIKHA “Nur El-Qolam” untuk kampus Serang, Cilegon dan Jayanti, tahun 2005 – 2008. 19. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) TIARA Jakarta mulai Januari

2008-2009.

20. Badan Pembina Yayasan “Nur El-Qolam” Banten, tahun 2005-2009. 21. Ketua Yayasan “Nur El-Qolam” Banten, 2009-sekarang.


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada tahun 1950-an, kurikulum1 yang diselenggarakan madrasah, menurut laporan Steenbrink sepertiganya terdiri dari pelajaran agama, sedang sisanya merupakan pelajaran umum.2 Berarti, pelajaran umum dua pertiganya. Hal ini didukung pernyataan pemerintah dalam Undang-Undang 1950 pasal 10 yang menyebutkan bahwa belajar di sekolah agama yang telah mendapat pengakuan Departemen Agama, sudah memenuhi kewajiban belajar.3 Bukti madrasah semakin tidak mendominasi mata pelajaran Agama, ketika KH. Wahid Hasyim menjabat Menteri Agama tahun 1949–1952, supaya memasukkan tujuh pelajaran di lingkungan madrasah, yaitu mata pelajaran Membaca-Menulis (latin), Berhitung, Bahasa Indonesia, Sejarah, Ilmu Bumi dan Olahraga.4

Ketika Departemen Agama dipimpin oleh KH. Moh. Ilyas (1953-1959) mengadakan pembaharuan sistem pendidikan madrasah dengan memperkenalkan Madrasah Wajib Belajar (MWB) 8 tahun. Tujuan dari MWB ini diarahkan pada pembangunan jiwa bangsa, yaitu untuk kemajuan di bidang ekonomi, industri dan transmigrasi dengan kurikulum yang menyelaraskan tiga perkembangan yaitu perkembangan otak, perkembangan hati dan keprigelan tangan/ketrampilan (three H:

1

Caswell dan Campbell mengatakan bahwa Kurikulum adalah seluruh pengalaman siswa di bawah bimbingan para guru. Saylor dan Alexander memberikan penguat, bahwa kurikulum didasarkan pada semua kesempatan belajar yang disediakan oleh sekolah. Lihat, Philip W. Jakcson (ed.), Hand Book of Research on Curriculum (New York: Macmillan Publishing Company, 1999), 4.

2

Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah, Pendidikan Islam dalam Kurun Modern (Jakarta: LP3ES, 1996), 96.

3

Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah, Pendidikan Islam dalam Kurun Modern, 88.

4

Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Visi, Misi dan Aksi (Jakarta: Rajawali Pers, 2005), 26.


(22)

2

heart, head, hand).5 Senada dengan tujuan MWB, seperti dijelaskan oleh Plato, bahwa suatu bangsa harus mempunyai konsep/teori pendidikan yang mendalam. Hal itu ditujukan dengan metode pengajaran, membangun teori ilmu pengetahuan, kerangka kurikulum pendidikan, pendidikan dalam peran sosial dan analisis manusia secara alamiah.6

Baru setelah keluar Keputusan Menteri Agama No. 52 Tahun 1971, dirumuskanlah Kurikulum di Cibogo yang diberlakukan secara nasional. Dengan beberapa perbaikan dan penyempurnaan, kurikulum itu kemudian dikenal dengan kurikulum 1973.7 Dari struktur materi yang ditawarkan kurikulum itu, menurut cacatan Maksum, sudah cukup mencerminkan perkembangan yang serius dalam rangka mengarahkan madrasah sebagai bagian dari Sistem Pendidikan Nasional. Komponen-komponen kurikulum itu meliputi tidak saja mata-mata pelajaran agama, tetapi juga mata-mata pelajaran umum dan mata-mata pelajaran kejuruan.8 Mata pelajaran agama dan umum saja menurut penulis tidak cukup karena implementasi keduanya sangat penting –teori dan praktek– kesimpulan ini diyakini oleh Bobbit, bahwa content (materi) yang diberikan kurikulum harus dapat diketahui (secara teori) dan diaplikasikan (secara praktek), teori dan praktek hendaklah menjadi scope dan

sequence kurikulum (Madrasah Aliyah).9

Perlu diketahui bahwa perubahan kurikulum madrasah (Madrasah Aliyah/MA) terkait dengan gerakan pembaharuan pendidikan Islam. Seperti madrasah-madrasah Diniyah yang ada di Padang Panjang. Madrasah-madrasah

5

Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Visi, Misi dan Aksi, 26.

6

Robert S. Brumbaugh, dan Nathaniel M. Lawrence, Philosopher on Education, Six Essays on the foundations of Western Thought (Boston: Houghton Mifflin Company, 1963), 20.

7

Abdul Rachman, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Visi, Misi dan Aksi, 34.

8

Maksum, Madrasah, Sejarah dan Perkembangannya (Jakarta: Logos, 1999), Cet II, 142. 9

Dengan kurikulum ini, tegas Bobbit, hendaknya siswa akan dapat menikmati hasil dari proses pendidikan, sehingga Bobbit percaya bahwa para siswa akan dapat meraih kesuksesan pada masa depannya. Lihat, Franklin Bobbit dalam David J. Flinders dan Stephen J. Thornton (Ed.), The Curriculum Studies Reader (New York dan London: Routledgefalmer, 2004), Cet II, 3.


(23)

3

Diniyah seperti ini, sistemnya mencontoh sekolah pemerintah (HIS), seperti memakai meja dan kursi, serta mengajarkan mata pelajaran umum disamping pelajaran agama. Model madrasah seperti ini, awal mula didirikan oleh Haji Abdullah Ahmad dengan

Adabiyah School10 (1909), kemudian juga Madrasah Diniyah yang didirikan oleh Zainuddin Labai tahun 1915 yang merupakan perkembangan dari surau Jembatan Besi. Madrasah ini juga menggunakan sistem ko-edukasi yang dicontoh dari kebiasaan yang berlaku di sekolah-sekolah pemerintah.11 Disamping itu juga madrasah Mu’allimin Muhammadiyah di Yogyakarta yang didirikan kira-kira tahun 1918, dimana kurikulumnya diklasifikasikan menjadi agama dan umum, Prosentase ilmu umum dan agama seimbang (50% agama dan 50% umum).12 Tahun-tahun berikutnya setelah madrasah Mu’allimin, isi kurikulumnya sudah mulai didominasi oleh umum. Realitas demikian yang mendasari kurikulum madrasah (MA) bergeser. Sekilas diamati, bahwa beberapa laporan para penulis di atas mendukung pernyataan bahwa pergeseran kurikulum madrasah (MA) sejak sebelum merdeka, setelah merdeka, Orde Lama sampai Orde Baru (1966) bahkan sampai tersusunnya kurikulum madrasah secara nasional (1971), telah mengalami pergeseran baik komponen tujuan, isi, metode, maupun evaluasi yang penulis asumsikan, bahwa pergeseran tersebut lebih dominan bersifat politis untuk tujuan dan isi kurikulum dan bergeser ke arah modern untuk metode dan evaluasi. Argumen Raimond William, dapat menjadi dasar analisis ini, bahwa definisi baru pendidikan secara umum adalah

output-nya dapat memecahkan masalah dan dapat mempraktekannya. Pendidikan bentuk ini, tegas William, adalah bentuk kurikulum modern.13 Hal ini dapat diperkuat dengan apa yang direkam oleh John. D. Mc. Neil, para sosiolog melaporkan, bahwa

10

Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia (Jakarta: LP3ES, 1996), 51.

11

Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia, 62.

12

Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Hidakarya Agung, 1996), 227.

13

Terlebih ketika ditambah, matematika, geografi, bahasa modern, dan sain fisika yang sangat penting, lihat, John White dalam Alex More, Schooling, Society and Curriculum (London and New York: Rountledge, 2006), Cet I, 43.


(24)

4

inovasi kurikulum –tentunya mengandung makna pergeseran– di sebuah sekolah adalah merupakan suatu keharusan untuk menemukan sesuatu yang lebih baik.14 Terkait dengan munculnya kurikulum secara nasional tahun 1971, menurut Maksum bahwa madrasah (MA) pada awalnya didirikan oleh masyarakat secara mandiri, tetapi dengan penegerian dan pembakuan kurikulum itu madrasah-madrasah cenderung berjalan secara seragam. Civil Effect bagi lulusannya pun menjadi teratur. Madrasah dengan demikian tidak diragukan lagi sebagai lembaga pendidikan yang pengelolaan, struktur dan kurikulumnya mendekati sama dengan sekolah di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.15 Kurikulum yang baik, menurut Franklin Bobbit akan dapat mendiagnosa kesulitan belajar siswa dan dapat membawa pendidikan ke arah yang lebih prospek.16 Usaha merevisi terus menerus kurikulum madrasah (MA) dari sisi metode dan evaluasi, adalah dalam rangka merealisasikan kurikulum seperti diungkapkan Bobbit.

Tahun 1975 dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri mengenai “Peningkatan Mutu Pendidikan pada Madrasah.” Dalam Surat Keputusan Bersama itu, masing-masing Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kementerian Dalam Negeri memikul tanggungjawab dalam pembinaan dan pengembangan pendidikan madrasah.17

14

John. D. Mc. Neil, Curriculum A Comprehensive Introduction (Boston Toronto: Luttle Brown and Company, t.t.), 117. Sebagai bahan perbandingan reformasi kurikulum yang ada di Amerika Serikat, pergerakan reformasi kurikulum dimulai sejak suksesnya peluncuran satelit Rusia yang pertama, 1957, kejadian spektakuler ini mempercepat revisi kurikulum, terutama dalam hal matematika dan fisika, walaupun sempat mengalami stagnan ketika terjadinya perang dunia II, lihat John I. Goodlad dalam David J. Flinders dan Stephen J. Thornton (Ed.), The Curriculum Studies Reader, 60.

15

Maksum, Madrasah, Sejarah dan Perkembangannya, 144.

16

Franklin Bobbit dalam David J. Flinders dan Stephen J. Thornton (Ed.), The Curriculum Studies Reader (New York dan london: Routledgefalmer, 2004), cet II, 3.

17

Maksum, Madrasah, Sejarah dan Perkembangannya, 149, lihat pula, M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum) (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 230. Pada saat ini Menteri Agamanya adalah H.A. Mukti Ali, lihat, Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, di Sekolah Madrasah dan Perguruan Tinggi (Jakarta: Rajawali Pers, 2005), 197.


(25)

5

Dalam SKB disebutkan bahwa mata pelajaran Agama di madrasah (MA) adalah kurang lebih 30%, berarti yang 70% adalah mata pelajaran umum.18 Artinya implementasi dalam pengajaran tidak mengurangi kuantitas jam pelajaran mata-mata pelajaran umum.

Pada tahap awal setelah SKB, Departemen Agama menyusun kurikulum 197619 –keputusan Menteri Agama No. 75, tanggal 29 Desember 1976– yang diberlakukan secara intensif mulai tahun 1978. Kemudian kurikulum 1976 ini disempurnakan lagi melalui kurikulum 1984 sebagaimana dinyatakan dalam SK Menteri Agama No. 45 Tahun 1987.20 Penyempurnaan ini sejalan dengan perubahan kurikulum sekolah di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Penjelasan di atas membuktikan bahwa kenyataan sejarah keberadaan serta peran madrasah adalah ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini terlihat dari Undang-Undang Pendidikan tahun 1950, sejarah pembaharuan madrasah sejak sebelum Indonesia merdeka, pasca kemerdekaan, dan bergesernya kurikulum madrasah pasca tahun 1950-2006. Dari sisi metode dan evaluasi kurikulum madrasah (MA) terus melakukan pembaharuan, walaupun secara politis tujuan dan isi kurikulum madrasah (MA) harus mengikuti undang-undang pendidikan yang berlaku. Namun peran madrasah (MA) dalam ikut mencerdaskan kehidupan bangsa tidak bisa dialpakan.

Selanjutnya, penulis mencermati bahwa ada faktor-faktor yang menyebabkan kurikulum madrasah bergeser, bila merujuk uraian di atas, diantara faktor yang menyebabkan kurikulum madrasah bergeser adalah faktor perubahan sosial, ekonomi, politik dan budaya. Analisis penulis ini diperkuat oleh Larry Cuban, bahwa faktor-faktor yang menyebabkan perubahan daerah dan sekolah adalah

18

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi, 197.

19

Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Visi, Misi dan Aksi, 34.

20

Hemat penulis saat ini Menteri Agamanya adalah Munawir Sjadzali, lihat Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi, 197.


(26)

6

demografi, culture (kebudayaan), politik, sosial dan ekonomi.21 Hal ini identik dengan apa yang dikatakan Jonathan Tudge dalam Vygotsy and Education, sebagaimana dikutip Tilaar, mengatakan "bahwa dari perkembangan pribadi seseorang menuntut perkenalan premier dari lingkungannya. Dunia kehidupan di dalam perkembangan pribadi manusia (individuasi) akan semakin lama semakin meluas dari lingkungan keluarga, masyarakat sekitar, masyarakat etnisnya, masyarakat negara, dan seterusnya masyarakat global.”22 Catatan Audrey Osler, mendukung pernyataan Tudge, dalam seminar Internasional dan Interdisipliner di

Harvard University tahun 2002, bahwa kehidupan dan pengalaman senantiasa berkembang sampai hari ini yang senantiasa berhubungan dengan realitas ekonomi, proses sosial, inovasi teknologi dan media, dan arus budaya yang melewati batas-batas negara dengan kejadian yang lebih besar.23 Program pendidikan haruslah disusun berdasarkan perkembangan dunia tersebut. Dengan demikian kurikulumpun harus bergeser. Pendidikan adalah penting sekali di dalam pembentukan kapital sosial. Dalam fungsinya yang demikian perlu mengetahui organisasi sosial, adat istiadat setempat dimana peserta didiknya hidup dan berkembang.24

Tidak dapat diabaikan, perkembangan ekonomi juga merupakan faktor penting yang menyebabkan kurikulum bergeser. Larry Cuban, memberikan contoh, ketika pasokan dolar dikurangi ke sekolah-sekolah di Amerika, maka

21

Larry Cuban menjelaskan faktor-faktor ini, untuk sekolah di Amerika, dimana sistem sekolah dan kurikulumnya adalah desentralisasi. Lihat Larry Cuban, dalam Philip W. Jakcson (ed.), Hand Book of Research on Curriculum (New York: Macmillan Publishing Company, 1999), 217.

22

H.A.R. Tilaar, Perubahan Sosial dan Pendidikan (Jakarta: Grasindo, 2002), 88.

23

Kondisi lokal dan global tidak bisa ditawar lagi harus berhubungan dengan kehidupan kita sehari-hari, kurikulum sekolah membutuhkan hubungan-hubungan ini secara eksplisit. Lihat, Audrey Osler dalam, Alex More (ed.) Schooling, Society and Curriculum, 101-102.

24

Tilaar, Perubahan Sosial dan Pendidikan, 91, bandingkan dengan catatan Alan Peskhin dalam Philip W. Jakcson (ed.), Hand Book of Research on Curriculum, 248. Pendidikan tak dapat tiada harus memberikan jawaban atas tekanan-tekanan yang datang dari desakan dan tekanan dari kekuatan-kekuatan sosio-politik –ekonomi yang dominan pada saat tertentu, lihat, S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet II, 23.


(27)

7

program pengajaran di sekolah banyak berhenti.25 Para penyumbang sekolah-sekolah di Amerika diantaranya, para dermawan (donatur), organisasi-organisasi

philanthropic dan juga support dari para komunitas bisnis.26 Selanjutnya faktor politik, sebagai bukti bahwa faktor politik menentukan pergeseran kurikulum, seperti dikatakan John I. Goodlad, bahwa perencanaan kurikulum adalah proses politik, bahkan proses politik itu adalah sebuah proses ideologi yang menentukan ending

(akhir) dan arti pendidikan.27 Bahkan jika melihat kebijakan-kebijakan pemerintah faktor politik ini nampaknya yang lebih dominan mempengaruhi pergeseran kurikulum madrasah. Faktor budaya, tidak bisa absent, merupakan faktor penyebab pergeseran kurikulum, hal ini senada dengan laporan Alex More, kurikulum sekolah sering dipresentasikan dan dipahami untuk menyeleksi ilmu pengetahuan (knowledge) dan kebudayaan dari suatu negara, tipikal penyeleksian yang demikian hendaklah dilakukan terus menerus untuk menggambarkan secara khusus skill-skill

kebudayaan dan pemilihan kebudayaan-kebudayaan tersebut dari kelompok-kelompok sosial tertentu. Referensi seperti ini hendaknya menjadi jalan kurikulum sekolah untuk merespon kerja sekolah dari murid-muridnya.28

Disamping itu, bahwa implikasi UUSPN No. 2 Tahun 1989 terhadap Pendidikan Madrasah dapat dilihat pada kurikulum dari semua jenjang madrasah, mulai dari Ibtidaiyah, Tsanawiyah, sampai dengan Aliyah. Secara umum penjenjangan itupun paralel dengan penjenjangan Pendidikan Sekolah, mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, sampai dengan Sekolah Menengah Umum. Di bawah ketentuan yang terintegrasi itu Madrasah Ibtidaiyah

25

Cuban dalam Philip W. Jakcson (ed.), Hand Book of Research on Curriculum, 217.

26

Walter Feinberg dan Jonas F. Soltis, School and Society (New York and London: Teachers College Press, 2004), 121.

27

Statement lain mengatakan bahwa struktur politik masuk dalam situasi pendidikan. Unik dan sensitif hubungan antara lokal, negara dan pemerintah daerah dalam memberikan support dan mensikapi masalah-masalah sekolah, demikian contoh di Amerika, lihat Goodlad dalam David J. Flinders dan Stephen J. Thornton (Ed.), The Curriculum Studies Reader, 62.

28


(28)

8

pada dasarnya adalah “Sekolah Dasar Berciri Khas Islam”, Madrasah Tsanawiyah adalah “Sekolah Lanjutan Pertama Berciri Khas Islam”, kedua-duanya MI dan MTs termasuk dalam kategori Pendidikan Dasar. Sedang Madrasah Aliyah (MA) dikategorikan sebagai “Sekolah Menengah Umum Berciri Khas Islam”.29 Bisa dilihat Keputusan Menteri Agama RI Nomor 372 tahun 1993 tentang kurikulum Pendidikan Dasar Berciri Khas Islam.30 Menurut Kurikulum ini MI dan MTs melaksanakan Kurikulum Nasional SD dan SLTP.31

Terkait kurikulum Madrasah Aliyah (MA), telah dikeluarkan keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 373 tahun 1993 tentang kurikulum Madrasah Aliyah. Dalam ketentuan ini, isi kurikulum terdiri dari dua program pengajaran umum dan pengajaran khusus sebagaimana berlaku dalam sekolah umum.32

Tarmizi Taher ketika menjadi Menteri Agama, nampaknya mencoba menawarkan kebijakan dengan jargon “Madrasah sebagai sekolah umum yang Berciri Khas Agama Islam –kurikulum 1994– yang muatan kurikulumnya sama dengan non madrasah. Kebijakan ini ditindak lanjuti oleh A. Malik Fadjar –kurikulum 2004– bahkan Malik menetapkan eksistensi Madrasah untuk memenuhi tiga tuntutan minimal dalam peningkatan kualitas madrasah, yaitu (1) bagaimana menjadikan Madrasah sebagai wahana untuk membina ruh dan praktek hidup ke-Islaman; (2) bagaimana memperkokoh keadaan madrasah sehingga sederajat dengan Sistem Sekolah; (3) bagaimana madrasah mampu merespon tuntutan masa depan guna

29

Maksum, Madrasah, Sejarah dan Perkembangannya, 155, lihat pula, Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Visi, Misi dan Aksi, 35.

30

Sesuai keterangan Muhaimin, saat ini menteri Agamanya adalah Tarmizi Taher, Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi, 197.

31

Maksum, Madrasah, Sejarah dan Perkembangannya, 155 – 156.

32


(29)

9

mengantisipasi perkembangan iptek dan era globalisasi.33 Nampak jelas pergeseran kurikulum madrasah (MA) untuk metode/pendekatan mengarah ke modern, indikator mengarah kepada modern salah satunya ditandai dengan beralihnya aktifitas yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa. Seperti dikatakan oleh Beane, "bahwa bila kreasi kurikulum di prioritaskan kepada siswa akan lebih baik dari pada kepada para pendidik –dari level-level yang berbeda sampai tegaknya suatu kurikulum".34 Tentunya pendekatan modern dengan tetap tidak meninggalkan ruh ke-Islamannya.

Apabila dibandingkan jenis nama pelajaran agama antara mata pelajaran dalam struktur kurikulum madrasah (MA) tahun 1994 dengan struktur tahun 2004, tidak mengalami perubahan karena jenis mata pelajaran itu masih didasarkan atas Keputusan Menteri Agama No. 110 Tahun 1982 tentang pembidangan ilmu ke-Islaman. Pada kurikulum tahun 2004 dihindarkan pertemuan tatap muka yang hanya satu jam pelajaran, agar pembobotan dalam prinsip belajar tuntas dapat diselesaikan. Adapun keseluruhan jumlah jam pelajaran perminggu dipertahankan seperti yang tercantum pada struktur kurikulum tahun 1994.35

Dalam kurikulum Madrasah 2004 (KBK) menggunakan sistem semester dan ditetapkan tingkat kelas yang berkelanjutan, MI enam tahun kelas I–VI, MTs tiga tahun kelas VII–IX, MA tiga tahun kelas X–XII. Pemilihan program pada MA ditetapkan sesudah kelas X.36 Kurikulum Berbasis Kompetensi selanjutnya diterjemahkan ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006.

Ilustrasi di atas nampak jelas, bahwa setiap periode kurikulum mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Kurikulum madrasah sejak tahun 1950–2006 adalah

33

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi, 197-199.

34

Beane dalam Vincent A. Anfara, Jr., Sandra L. Stacki (ed.), Middle School Curriculum Instruction and Assessment (US: National Middle School Association Westerville, 2002), 9.

35

Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Visi, Misi dan Aksi, 202.

36


(30)

10

mengalami pergeseran, baik dari komponen tujuan, isi, strategi pembelajaran maupun evaluasi pembelajarannya, asumsi peneliti pergeseran tersebut, adalah lebih dominan dipengaruhi faktor politik dan bergeser tradisional ke modern. Selanjutnya adanya, faktor yang menyebabkan kurikulum madrasah bergeser. Di antara faktor-faktor yang ada, salah satunya –menurut penulis– ada faktor-faktor yang lebih dominan mempengaruhinya.

B. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah

Pertumbuhan dan perkembangan madrasah di Indonesia merupakan dampak positif dari lembaga pendidikan Islam seperti surau dan pesantren. Karena tertinggalnya surau dan pesantren saat itu disebabkan pengelolaannya yang masih bersifat tradisional. Maka hadirlah madrasah di Indonesia sebagai suatu model pendidikan Islam yang lebih modern dari pada surau dan pesantren.

Namun demikian, kurikulum madrasah senantiasa tertinggal dalam perkembangannya, bila dibanding dengan kurikulum persekolahan. Padahal secara historis madrasah telah ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Hal ini patut dipertanyakan, sebenarnya ada apa dengan madrasah?. Apakah input madrasah yang berupa siswa kurang diseleksi secara profesional, demikian pula Sumber Daya Manusianya (para guru). Apakah kurikulumnya kurang ideal –tidak mengintegrasikan iptek dan imtaq– atau manajemennya kurang profesional ataukah faktor dana yang minim untuk mengoperasionalisasikan madrasah. Beberapa pertanyaan ini memang belum terjawab oleh madrasah, dalam arti secara praktis belum memadai. Padahal bila dilihat secara teori bahwa siswa, guru, kurikulum, dana dan manajemen adalah termasuk unsur-unsur yang menentukan maju mundurnya –keunggulan – suatu madrasah. Bila unsur-unsur tersebut tidak dipenuhi –utamanya adalah kurikulum dalam pembahasan ini– maka madrasah senantiasa marjinal.

Banyak faktor yang menyebabkan pergeseran kurikulum madrasah, diantaranya faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Madrasah sebelum merdeka,


(31)

11

masa kemerdekaan, masa orde lama dan orde baru bila dilihat secara sosial budaya, banyak didirikan di daerah, dimana di daerah juga banyak muncul pesantren. Masih fanatisnya masyarakat daerah terhadap tafaqquh fi> al-di>n karena pengaruh pesantren, membuat madrasah eksis di daerah walaupun pengelolaannya dengan manajemen yang kurang profesional. Dilihat dari sisi ekonomi, madrasah yang banyak berada di daerah, adalah ekonominya minim, karena madrasah kebanyakan swasta, dimana para pendirinya mayoritas golongan ekonomi menengah ke bawah. Terlebih secara politis, karena sulitnya madrasah menyesuaikan dengan kurikulum sekolah, maka sangat dikesampingkan oleh pemerintah.

Disebabkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kurikulum madrasah, maka tiap kurikulum mempunyai karakteristik masing-masing. Dimana karakteristik itu berbeda antara satu periode dengan periode lainnya. Perbedaan karakteristik tersebut dapat diamati secara cermat, mengapa terjadi demikian.

Kurikulum madrasah bergeser ke arah modern dalam rangka mensejajarkan madrasah dengan sistem persekolahan dan keunggulan lainnya dengan tidak menghilangkan warna ke-Islamannya sebagai ciri khas madrasah. Namun terjadi pro dan kontra di antara para pendidik Muslim, karena terjadi minimalisasi content

pelajaran agama dan memaksimalkan content pelajaran umum. Pihak yang pro mengatakan, ini adalah proses modernisasi madrasah, sementara pihak yang kontra mengatakan, ini adalah proses sekularisasi madrasah.

2. Pembatasan Masalah

Bila merujuk banyak literatur sebenarnya banyak perdebatan mengenai madrasah dan kurikulumnya. Charles Michael Stanton sendiri menulis dalam Higher Learning In Islam yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Pendidikan Tinggi dalam Islam, madrasah sama dengan College (Akademi). Mahmud Yunus juga menyebut madrasah dalam bukunya “Sejarah Pendidikan di Indonesia” meliputi, Madrasah Ibtidaiyah (SRI), Madrasah Tsanawiyah (SMPI), Madrasah Tsanawiyah Atas (SMAI) dan Tingkat Tinggi (Universitas Islam). Di sisi lain Abdul


(32)

12

Rachman Shaleh menyebut madrasah dalam bukunya “Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Visi, Misi dan Aksi” meliputi Raudlatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA). Dalam hal ini penulis akan membatasi kajiannya hanya pada Madrasah Aliyah (MA) saja tanpa memasukkan Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Raudlatul Athfal (RA) dan Akademi atau Perguruan Tinggi Agama Islam (STAIN, IAIN, UIN).

Madrasah Aliyah pun banyak tipologinya, seperti Madrasah Aliyah Umum (MA Umum), Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) yang selanjutnya berkembang menjadi Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK), Madrasah Aliyah Ketrampilan (MA Ketrampilan), Madrasah Aliyah Model (MA Model) dan Madrasah Aliyah Diniyah (MA Diniyah). Oleh karenya, sangat perlu penulis batasi pembahasan disertasi ini, yaitu fokus kajiannya Madrasah Aliyah Umum (MA Umum).

Alasan penulis membatasi kajiannya pada MA Umum, karena MA Umum adalah sebagai MA inti (core) dan yang awal mula muncul. Adapun MA Keagamaan (MAK/MAPK), MA Ketrampilan, MA Diniyah, MA Model adalah pengembangan dari MA Umum yang inti/pokok.

Adapun pembatasan kurun waktu, juga menjadi sangat penting, mengingat perkembangan madrasah ternyata sudah mulai sejak zaman klasik Islam. Di Indonesia sendiri perkembangan pendidikan Islam juga sudah mulai sejak zaman kolonial Belanda, walaupun saat itu masih sangat tradisional dan dalam bentuk pesantren, yang merupakan cikal bakal lembaga Pendidikan Islam bernama madrasah. Mengingat masalah yang demikian, maka penulis mendasarkan pembahasan pergeseran kurikulum madrasah ini dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN), yaitu: Undang-Undang Pendidikan No. 4 Tahun 1950 JO UU No. 12 Tahun 1954, UUSPN No. 2 Tahun 1989 dan UUSPN No. 20 tahun 2003.


(33)

13 3. Perumusan Masalah

Setelah melihat latar belakang masalah yang ada, penulis pada dasarnya akan mengarahkan disertasi ini untuk menjawab masalah sekitar pergeseran kurikulum Madrasah Aliyah dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Adapun masalah tersebut adalah “Faktor apa yang lebih dominan mempengaruhi Pergeseran kurikulum Madrasah Aliyah dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional?”. Untuk menjawab masalah tersebut perlu dimunculkan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana karakteristik kurikulum Madrasah Aliyah dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional?.

b. Bagaimana pengaruh kebijakan pendidikan pemerintah terhadap pergeseran kurikulum Madrasah Aliyah dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional?.

C. Tujuan dan Signifikansi Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian disertasi ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui faktor yang lebih dominan mempengaruhi pergeseran kurikulum Madrasah Aliyah dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional.

b. Untuk mengetahui karakteristik kurikulum Madrasah Aliyah dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional.

c. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan pendidikan pemerintah terhadap pergeseran kurikulum Madrasah Aliyah dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional.

2. Signifikansi Penelitian

Penting dicatat dalam penelitian ini, bahwa kurikulum Madrasah Aliyah mengalami pergeseran disebabkan karena beberapa faktor. Timbul pertanyaan,


(34)

14

mengapa bergeser, bukannya kurikulum madrasah itu tetap saja (baku), mustahil menerima pergeseran, ini menarik untuk diteliti. Lebih menarik jika faktor politik lebih dominan mempengaruhi pergeserannya. Disamping itu, seringnya pergantian kurikulum Madrasah Aliyah (MA) mengindikasikan bahwa setiap kurikulum mempunyai corak dan karakteristik berbeda antara satu dan lainnya. Corak dan karakteristik demikian juga tidak lepas dari dominasi unsur politik.

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan analisa tentang pergeseran kurikulum MA dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, di mana pergeseran tersebut adalah bersifat politis dan bergeser dari tradisonal ke modern. Hal ini akan menepis anggapan masyarakat bahwa madrasah adalah lembaga pendidikan Islam yang senantiasa mempertahankan nilai tradisionalnya, menutup diri dari dunia luar untuk menerima pembaharuan. Bahkan pesantren yang merupakan cikal bakal pendidikan madrasah juga sudah mulai mengadakan pembaharuan. Hal tersebut dapat dibuktikan adanya mata-mata pelajaran umum yang diajarkan sekolah juga diajarkan secara penuh di madrasah, disamping mata-mata pelajaran agama yang merupakan ciri khas ke-Islaman madrasah.

Penelitian ini juga berfungsi untuk melihat perbedaan kepentingan secara politis antara Departemen Agama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan atau Dapartemen Pendidikan Nasional saat ini. Indikasi demikian dapat diamati dari usaha Departemen Agama untuk senantiasa mengikuti perkembangan kurikulum Pendidikan Nasional, sehingga dapat diakui madrasah merupakan bagian dari Sistem Pendidikan Nasional. Madrasah mendapat pengakuan sama dengan sistem persekolahan di mata pemerintah.


(35)

15 D. Kajian Pustaka

Para peneliti yang interes terhadap kajian kurikulum, cukup banyak, diantaranya, Bistok Adrianus Siahaan,37 Sukamto,38 Anwar Jasin,39 Muhammad Zuhdi,40 Muhammad Sirozi.41 Para peneliti ini, meneliti dalam bentuk tesis dan disertasi.

Judul disertasi yang Adrianus tulis, dalam rangka mencapai gelar doktornya,

Pengembangan Kurikulum Suatu Analisis Isi Kurikulum Bahasa Indonesia dari Sudut Fungsi Bahasa. Konsentrasi pembahasan kurikulum Adrianus adalah kurikulum 1975. Pembaharuan kurikulum, tegas Adrianus, adalah penting sekali, oleh karenanya disadari bahwa sistem kurikulum adalah unsur strategis yang menentukan dapat berperannya sistem pendidikan.42 Pembaharuan kurikulum ini terjadi, karena memang prinsip kurikulum tidak kaku, tetapi fleksibel, tegas Adrianus.43 Adrianus tidak mengfokuskan penelitiannya pada salah satu jenjang pendidikan, tetapi konsentrasi pada kurikulum 1975. Kurikulum yang dimaksud di sini adalah kurikulum nasional,

37

Bistok Adrianus Siahaan, “Pengembangan Kurikulum Suatu Analisis Isi Kurikulum Bahasa Indonesia dari sudut fungsi Bahasa”, Disertasi IKIP Jakarta, 1982.

38

Sukamto, “Aspek-aspek Filosofis Kurikulum Sejarah SMA dari Zaman Orde Lama Sampai dengan Orde Baru”, Tesis IKIP Jakarta, 1991.

39

Anwar Jasin, “Pembaharuan Kurikulum SD di Indonesia Suatu Analisa Perkembangan tentang Perubahan Konseptual Kurikulum Sekolah Dasar Sejak Proklamasi Kemerdekaan dengan Menggunakan Bahan-bahan yang Relevan”,Disertasi IKIP Jakarta, 1983.

40

Muhammad Zuhdi, “Political and Social Influences on Religious School: A Historical Perspective on Indoesian Islamic School Curricula” (Disertasi), Montreal-Canada: McGill University, 2006.

41

Muhammad Sirozi, Politik Kebijakan di Indonesia: Peran Tokoh-tokoh Islam dalam Penyusunan UU No. 2 / 1989 (Disertasi) (Leaden-Jakarta: INIS, 2004).

42

Adrianus, Pengembangan Kurikulum Suatu Analisis Isi Kurikulum Bahasa Indonesia dari Sudut Fungsi Bahasa, 1.

43

Prinsip-prinsip yang melandasi kurikulum, prinsip fleksibilitas, efesiensi, efektifitas, berorientasi pada tujuan, kontinuitas, prinsip pendidikan seumur hidup. Lihat, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Ketentuan-ketentuan Pokok Kurikulum Sekolah Menengah Pertama 1975, Buku I (Jakarta: Balai Pustaka, 1981), 14 -19, lihat pula, Bistok Adrianus Siahaan, ”Pengembangan Kurikulum Suatu Analisis Isi Kurikulum Bahasa Indonesia dari Sudut Fungsi Bahasa”, 2.


(36)

16

dalam arti sekolah-sekolah di bawah otoritas Departemen Pendidikan Nasional, bukan kurikulum Depag.

Dalam menyelesaikan studi S2-nya, Sukamto menulis tesis, Aspek-aspek Filosofis Kurikulum Sejarah SMA dari Zaman Orde Lama Sampai dengan Orde Baru. Kamto bermaksud menggali aspek-aspek filosofis kurikulum sejarah di SMA. Kurikulum, ujar Kamto, semestinya disusun dengan dasar-dasar yang kokoh, agar menjawab tantangan zaman dan secara dialektis menunjukan suasana zamannya. Dasar penyusunan kurikulum yang kurang kuat dapat mengakibatkan gagalnya kurikulum dalam pelaksanaannya atau ditolaknya kurikulum dalam praktek.44 Sementara disertasi ini melihat pergeseran kurikulum MA, yang secara spesifik melihat pergeseran komponen kurikulumnya, dimana aspek politisnya yang lebih dominan mempengaruhinya. Rentang waktu kurikulum yang diteliti Kamto, dari zaman Orde Lama sampai Orde Baru, berarti aspek-aspek filosofis itu terus berkembang, dan penelitian ini untuk kurikulum SMA. Nampak beda, sebab disertasi ini mengkaji pergeseran kurikulum Madrasah Aliyah dari sejak munculnya Undang-Undang Pendidikan Nasional, yaitu: Undang-Undang-Undang-Undang Pendidikan No. 4 Tahun 1950 JO UU No. 12 Tahun 1954, sampai munculnya UUSPN No. 20 tahun 2003. Yang jelas, bila cross chek sejarah kurikulum di Indonesia, perkembangan kurikulum SMA berbeda dengan kurikulum MA.45

Anwar Jasin dalam meneliti disertasinya, Pembaharuan Kurikulum SD di Indonesia Suatu Analisa Perkembangan tentang Perubahan Konseptual Kurikulum Sekolah Dasar Sejak Proklamasi Kemerdekaan dengan Menggunakan Bahan-bahan yang Relevan. Anwar, menyoroti pembaharuan kurikulum SD46 di Indonesia.

44

Sukamto, ”Aspek-aspek Filosofis Kurikulum Sejarah SMA dari Zaman Orde Lama Sampai dengan Orde Baru”, 8.

45

Sukamto dalam tesisnya menulis sejarah kurikulum SMA secara detel, lihat Sukamto, ”Aspek-aspek Filosofis Kurikulum Sejarah SMA dari Zaman Orde Lama Sampai dengan Orde Baru”, 21.

46

Nama Sekolah Rakyat dirubah Sekolah Dasar berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 13 tahun 1963 Selanjutnya istilah Sekolah Dasar digunakan juga sebagai


(37)

17

Pembaharuan diawali oleh perubahan, indikatornya, sejak proklamasi kemerdekaan sampai 1975, tegas Anwar kurikulum SD telah berubah 4 kali. Banyak faktor yang mendorong perubahan, seperti faktor ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, agama, teknologi dan faktor intern pendidikan itu sendiri.47 Berbeda dengan Anwar, disertasi ini menekankan pada faktor politik yang lebih dominan mempengaruhinya.

Dalam menyelesaikan disertasi doktornya di McGill University, Muhammad Zuhdi menulis Political and Social Influences on Religious School: A Historical Perspective on Indonesian Islamic School Curricula. Sepintas agak mirip tulisan Zuhdi dengan disertasi ini, namun bila ditelusuri banyak perbedaan. Disertasi Zuhdi berbicara tentang pengaruh sosial politik terhadap sekolah Islam di Indonesia, khususnya kurikulumnya. Zuhdi membatasi sekolah Islam dari SD/MI sampai MA/SMA, bahkan ia juga membahas tentang pesantren. Zuhdi tidak membatasi kurikulum madrasah saja, tetapi kurikulum sekolah umum yang berlebel Islam juga ia kemukakan.48 Pembahasan Zuhdi tidak secara spesifik terhadap komponen kurikulum sekolah-sekolah tersebut, sementara disertasi ini fokus pada pergeseran komponen kurikulum MA, yang diasumsikan lebih dominan dipengaruhi faktor politik. Uraian Zuhdi sampai 2004,49 sementara disertasi ini sampai 2006.

Politik Kebijakan Pendidikan di Indonesia: Peran Tokoh-tokoh Islam dalam Penyusunan UU No. 2/1989, demikian judul disertasi yang ditulis Muhammad Sirozi, dalam menyelesaikan Ph.D nya, yang sudah diterbitkan dalam bentuk buku. Disertasi ini berisi studi kasus tentang keterlibatan para pemimpin Muslim dalam pengertian umum yang mencakup sekolah rendah, Sekolah Rakyat dan Sekolah Dasar. Anwar Jasin, ”Pembaharuan Kurikulum SD di Indonesia Suatu Analisa Perkembangan tentang Perubahan Konseptual Kurikulum Sekolah Dasar Sejak Proklamasi Kemerdekaan dengan Menggunakan Bahan-bahan yang Relevan”, 5.

47

Anwar, ”Pembaharuan Kurikulum SD di Indonesia Suatu Analisa Perkembangan tentang Perubahan Konseptual Kurikulum Sekolah Dasar Sejak Proklamasi Kemerdekaan dengan Menggunakan Bahan-bahan yang Relevan”, 5.

48

Zuhdi, Political and Social Influences on Religious School: A Historical Perspective on Indoesian Islamic School Curricula, 148, 152, 154.

49

Zuhdi, “Political and Social Influences on Religious School: A Historical Perspective on Indoesian Islamic School Curricula”, 159.


(38)

18

pengembangan kebijakan UUSPN ketika ada ketegangan politik dan budaya antara mereka yang ingin mengembangkan satu sistem pendidikan nasional yang “beragama” dan mereka yang menganggap pendidikan sekuler lebih relevan.50 Sirozi lebih melihat tarik menarik kepentingan politik intern tokoh Muslim, sementara disertasi ini lebih melihat tarik menarik otoritas pengelolaan madrasah antara Departemen Agama dan Departemen Pendidikan Nasional. Sirozi juga mengfokuskan penelitian disertasinya pada perjuangan politik para pemimpin Muslim untuk memasukkan pendidikan Agama wajib dalam pendidikan nasional.51 Sementara disertasi ini mengfokuskan pada pergeseran komponen kurikulum MA, tidak menyinggung kurikulum persekolahan secara umum.

Penelitian yang sudah dipublikasikan dalam bentuk buku, seperti tulisan A.V. Kelly,52 John McNeil,53 Jon Wiles dan Joseph Bondi,54 Walter Feinberg dan Jonas F. Soltis,55 Alex More,56 dan William H. Schubert.57

Menarik, apa yang diuraikan Kelly, dalam The Curriculum Theory and Practice, bahwa proses pengembangan kurikulum harus memperhatikan pendekatan ideologi yang respek terhadap pendidikan, masyarakat, pengetahuan manusia, dan kemanusiaan itu sendiri.58 Posisi nilai amat menentukan di sini, lanjut Kelly, tetapi tidak harus eksplisit, cukup implisit. Nampaknya Kelly lebih menghendaki kurikulum berkembang secara humanis. Disamping pengembangan Kelly juga berbicara,

50

Sirozi, Politik Kebijakan di Indonesia: Peran Tokoh-tokoh Islam dalam Penyusunan UU No. 2 / 1989, 1.

51

Sirozi, Politik Kebijakan di Indonesia: Peran Tokoh-tokoh Islam dalam Penyusunan UU No. 2 / 1989, 1.

52

A.V. Kelly, The Curriculum Theory and Practice (London: Sage Publications, 2004).

53

Neil, Curriculum A Comprehensive Introductio.

54

Jon dan Josep, Curriculum Development, A Guide to Practice.

55

Walter dan Jonas, School and Society.

56

Alex, Schooling, Society and Curriculum.

57

William H. Schubert, Curriculum,Perspective, Paradigm and Possibility (USA: Prentice Hall, 1987).

58


(39)

19

perubahan dan inovasi kurikulum, menurutnya, pengembangan kurikulum juga didasarkan pada politik Negara.59 Sebenarnya posisi disertasi ini akan memperkuat pendapat Kelly, tetapi dengan satu revisi, bahwa faktor politik bukan satu-satunya yang mempengaruhi pergeseran kurikulum melainkan lebih dominan dibanding faktor lain.

John McNeil, dalam Curriculum A Comprehensive Introduction, mengurai 5 klasifikasi besar, pertama, konsepsi kurikulum, kedua, pengembangan kurikulum

ketiga, manajemen kurikulum, keempat, isu-isu dan trend kurikulum, kelima, inquiri kurikulum: masa lalu (retrospect) dan masa depan (prospect) kurikulum. Terkait dengan posisi tulisan Neil terhadap disertasi ini, secara umum Neil mengurai kontek pengembangan kurikulum,60 fungsi kurikulum,61 prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.62 Dengan demikian, pada dasarnya Neil hanya mengenalkan dasar-dasar kurikulum pada bukunya, maka nampak perbedaan yang tajam dengan disertasi ini.

Jon Wiles dan Joseph Bondi, dalam Curriculum Development, A Guide To Practice, merekam bahwa pengembangan kurikulum itu harus dimanage. Jon dan Joseph, menjabarkan bahwa kenyataan di sekolah, sukses pengembangan kurikulum sering diartikan dengan baiknya manajemen proses pengembangan kurikulum. Lebih lanjut Jon dan Joseph melaporkan bahwa bukti modernisasi pengembangan kurikulum, melibatkan lebih banyak implementasi jalan pengajaran yang baru atau standar kemudahan yang diberikan oleh lembaga. Hal ini adalah bagian dalil kebenaran yang terjadi pada era teknologi.63 Pada periode 1990-2005, kurikulum di sekolah berubah secara signifikan, tulis Jon dan Joseph, kurikulum berubah, kenapa tidak. Kurikulum harus bertanggung jawab terhadap implementasi pembelajaran di

59

Kelly, The Curriculum Theory and Practice, 102.

60

Neil, Curriculum A Comprehensive Introduction, 116.

61

Neil, Curriculum A Comprehensive Introduction, 118.

62

Neil, Curriculum A Comprehensive Introduction, 149.

63


(40)

20

kelas, sebagai jaminan keefektifannya.64 Jon dan Joseph memberikan indikator modernisasi kurikulum, tetapi hal itu merupakan hasil dari pengembangan dan perubahan kurikulum, sementara indikator modern dalam disertasi ini merupakan hasil dari pergeseran (transformasi) kurikulum. Bila diamati sangat sedikit perbedaannya, tetapi modernisasi yang disebutkan Jon dan Joseph lebih dipengaruhi oleh faktor teknologi, sementara dalam disertasi ini lebih merupakan hasil dinamisasi politik, walaupun faktor perkembangan teknologi tidak dapat dikecilkan.

Walter Feinberg dan Jonas F. Soltis, dalam School and Society. Dalam bab 5 Walter dan Jonas, membahas secara detel tentang “hidden curriculum”.65 Secara eksplisit disertasi ini tidak mengkaji hidden curriculum namun pergeseran kurikulum lebih dominan dipengaruhi faktor politik.

Alex More lebih cenderung pembahasannya tentang posisi sekolah dan kurikulum di masyarakat, pembahasan ini Alex uraikan dalam Schooling, Society and Curriculum. Di sini Alex jelas menegaskan bahwa kurikulum tidak dapat terlepas dari masyarakat, dimana secara kompleks di masyarakat terdapat, sosial, ekonomi, politik, budaya dan agama. Disertasi ini tidak menafikan faktor-faktor itu semua mempengaruhi pergeseran kurikulum, tetapi dominasinya dalam disertasi ini adalah lebih dipengaruhi faktor politik.

William H. Schubert, dalam Curriculum, Perspective, Paradigma and Possibility, melaporkan cukup lengkap tentang serba-serbi kurikulum. Ada tiga bagian besar yang William tulis yaitu perspektif, paradigma dan kemungkinan (possibility).William lebih cenderung memakai pendekatan filosofis dalam membahas kurikulum. Seperti komponen kurikulum, yaitu tujuan (purpose), isi (content), organisasi dan evaluasi dilihat dari perspektif paradigma analisis perennial, demikian ungkap William.66 William melihat bahwa ada beberapa kemungkinan ke depan yang

64

Jon dan Josep, Curriculum Development, A Guide to Practice, 175.

65

Walter dan Jonas, School and Society, 59.

66


(41)

21

dihadapi kurikulum,67 baik itu tantangan maupun harapan. Walaupun komponen kurikulum yang diurai William tidak jauh beda dengan komponen kurikulum yang dibahas pada disertasi ini, namun William menggunakan pendekatan filosofis, sementara, disertasi ini menggunakan pendekatan historis dan politis.

Kumpulan tulisan (artikel) kurikulum yang diedit oleh para ahli kurikulum seperti Vincent A. Anfara, dan Jr. Sandra L. Stacki (ed.),68 Philip W. Jakcson (ed.),69 serta David J. Flinders dan Stephen J. Thornton (ed.).70

Vincent dan Sandra yang telah mengedit buku dengan judul Middle School Curriculum Instruction and Assessment, lebih cenderung pembahasannya tentang kurikulum pelajaran dan penilaian di sekolah menengah. Sementara disertasi ini memasukkan penilain sebagai salah satu komponen kurikulum. Berbeda dengan Jakcson, dalam Handbook of Research on Curriculum, dia mengedit 34 tulisan yang terkait dengan kurikulum. Tiga puluh empat tulisan ini diklasifikasikan ke dalam 4 bagian, pertama, berbicara konsep dan metodologi kurikulum, kedua, bagaimana kurikulum dibuat, ketiga, kurikulum adalah sebuah kekuatan, keempat, topik-topik dan isu-isu kurikulum.71 George F. Madaus dan Thomas Kellaghan menulis evaluasi dan taksiran kurikulum, dalam tulisannya George dan Thomas memperdebatkan kata evaluasi (evaluation) dan taksiran (assessment), suatu ketika diartikan sinonim, di lain sisi diartikan beda.72 Sementara evaluasi yang dimaksud dalam disertasi ini adalah evaluasi sebagai komponen kurikulum. Di sisi lain Larry Cuban dari Stanford University, lebih tertarik menyoroti stabilitas dan perubahan kurikulum. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan, lanjut Cuban, pertama, merencanakan perubahan adalah

67

William, Curriculum,Perspective, Paradigm and Possibility, 341

68

Vincent dan Sandra (ed.), Midle School Curriculum, Instruction and Assesment.

69

Philip (ed.), Hand Book of Research on Curriculum.

70

David dan Stephan, The Curriculum Studies Reader.

71

Philip (ed.), Hand Book of Research on Curriculum,1, 155, 463, 685.

72

George F. Madaus dan Thomas Kellaghan, Curriculum Evaluation and Assessment, dalam Philip (ed.), Hand Book of Research on Curriculum,119.


(42)

22

baik, kedua, perubahan dapat mencerai beraikan stabilitas, ketiga, sekali merencanakan perubahan harus diambil, untuk perbaikan yang tepat.73 Alan Peskin, dari universitas Illinois, menulis hubungan kebudayaan dengan kurikulum, dalam cuplikan tulisannya ia berpendapat, bahwa dunia pendidikan harus menyesuaikan dengan lingkungannya –sosial budaya– dimana lembaga tersebut berada,74 secara otomatis kurikulumnya mengikuti. Tulisan Alan ini sebenarnya yang akan dikritisi dalam disertasi ini, bahwa sosial budaya mempengaruhi pergeseran kurikulum, namun lebih dominan faktor politik. Sementara John I. Goodlad dari universitas Washington dan Zhixin Su dari universitas California, menulis organisasi kurikulum,75 Charles E Bidwell dan Robert Dreeben, keduanya dari University of Chicago, menulis organisasi sekolah dan kurikulum.76 Kumpulan tulisan yang diedit Jackson inilah yang akan jadi rujukan primer sebagai bahan pembanding rujukan primer yang berupa naskah kurikulum MA sejak munculnya Undang-Undang Pendidikan No. 4 Tahun 1950 Jo. UU Pendidikan No. 12 Tahun 1954 sampai munculnya UUSPN No. 20 Tahun 2003.

Farnis ‘Abd Nu>r, dalam tulisannya al-Tarbiyah wa al-Mana>hij. Buku ini memberikan informasi pembahasan tentang pendidikan dan kurikulum, perkembangan pemikiran pendidikan dan kurikulum, asas atau prinsip kurikulum dan lain-lain. ‘Abd al-Nu>r lebih menulis kurikulum dan pendidikan secara teoritis.77 Berbeda dengan Muhaimin, dalam bukunya Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi. Dalam buku ini

73

Cuban, “Curriculum Stability and Change”, dalam Philip (ed.), Hand Book of Research on Curriculum,216.

74

Alan Peshkin, “The Relationship Between Culture and Curriculum: A Many Fitting Thing”, dalam Philip (ed.), Hand Book of Research on Curriculum,248.

75

John I. Goodlad dan Zhixin Su, “Organization of The Curriculum”, dalam Philip (ed.), Hand Book of Research on Curriculum,327.

76

Charles E. Bidwell dan Robert Dreeben, “School Organization and Curriculum”, dalam Philip (ed.), Hand Book of Research on Curriculum,345.

77


(43)

23

Muhaimin banyak mengkritik dan menganalisis keberadaan kurikulum madrasah yang terkesan masih dikotomik. Eksistensi kurikulum madrasah masih dipandang sebelah mata dengan penafsiran simbolis–kuantitatif, bukan substansialis–kualitatif.78 Bergesernya kurikulum madrasah ke arah modern ini yang akan bisa mengarah pada

substansialis-kualitatif, berarti disertasi ini dapat memperkuat teori Muhaimin.

Madrasah cukup banyak, baik pada zaman klasik Islam,79 pertengahan, kolonial Belanda, kemerdekaan –kalau di Indonesia–80 maupun modern.81

Charles Michael Stanton, dalam bukunya Higher Learning In Islam, The Clasic Period, A.D. 700 – 1300 yang telah diterjemahkan oleh Afandi dan Hasan Asari “Pendidikan Tinggi dalam Islam (Sejarah dan Peranannya dalam Kemajuan Ilmu Pengetahuan)”. Stanton membahas madrasah pada masa klasik, dimana ia menyebut madrasah sebagai akademi (college).82 Ia juga berbicara kurikulum madrasah, tetapi pada masa klasik.83

Karel A. Steenbrink, dalam bukunya Pesantren, Madrasah, Sekolah, (Recente Ontwikkelingen in Indonesisch Islamonderricht), yang telah diterjemahkan oleh penulis sendiri Karel A. Steenbrink dan Abdurrahman, menjadi Pesantren, Madrasah, Sekolah (Pendidikan Islam dalam Kurun Modern). Steenbrink membahas sejarah pesantren hingga madrasah dan sekolah sejak zaman kolonial Belanda hingga

78

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi, 198.

79

Charles Michael Stanton, Higher Learning in Islam, The Classical Period, A.D. 700-1300, Pendidikan Tinggi dalam Islam, terj. Afandi dan Hasan Asari (Jakarta: Logos, 1994). Lihat pula, Maksum, Madrasah, Sejarah dan Perkembangannya.

80

Steenbrink, Recente Ontwikkelingen in Indonesisch Islamonderricht, Pesantren Madrasah, Sekolah (Pesantren, Madrasah, Sekolah Pendidikan Islam dalam Kurun Modern).

81

Abdul Rachman, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Visi, Misi dan Aksi.

82

Stanton, Higher Learning in Islam, The Classical Period, A.D. 700-1300, 45-52. Lihat pula, Maksum, Madrasah, Sejarah dan Perkembangannya, 51-78. Walaupun dalam buku ini ada, dijelaskan mengenai kurikulum madrasah tapi hanya sebagai contoh saja, seperti kurikulum madrasah 1973 dan 1994.

83


(44)

24

zaman kemerdekaan Indonesia.84 Perubahan dalam materi pelajaran agama, diantaranya ada pembahasan tentang kurikulum dan silabus mata pelajaran. Dalam pembahasan ini Steenbrink lebih menfokuskan pembahasannya mengenai arti penting bahasa Arab diajarkan di madrasah, yang merupakan ciri khasnya.85 Steenbrink jelas secara spesifik tidak membahas kurikulum dalam bukunya.

Abdul Rachman Shaleh, dalam bukunya Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Visi, Misi dan Aksi, buku ini secara menyeluruh membahas tentang isu madrasah dalam era kini. Secara spesifik Abdul Rachman memunculkan pembahasannya mengenai kurikulum madrasah, tetapi hanya satu jenis kurikulum yaitu 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).

Para peneliti kurikulum yang telah penulis sebut, sedikit banyak telah memberikan informasi tentang kurikulum, yang merupakan issue sentral dalam disertasi ini, sekaligus mendunia. Hal ini dapat dijadikan bahan masukan dalam penulisan disertasi ini sekaligus pembanding. Adapun issue intern –yang ada di dalam Islam atau Indonesia adalah Madrasah Aliyah– dimana secara eksplisit mereka –para peneliti terdahulu– belum menjelaskan secara panjang lebar tentang Madrasah Aliyah ini. Demikian pula Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang perjalanannya adalah progres ke depan, dimana para peneliti terdahulu belum secara komplit mendapat informasi sampai masa kini –sampai 2006, dimana menjadi batasan akhir pembahasan kurikulum MA dalam disertasi ini.

Dengan penelusuran hasil-hasil karya para peneliti terdahulu tentang kurikulum ini, dimungkinkan oleh peneliti disertasi ini belum pernah ditulis oleh penulis sebelumnya. Praktis, judul disertasi ini mendapat ruang (lakuna) untuk diteliti lebih lanjut.

84

Steenbrink, Recente Ontwikkelingen in Indonesisch Islamonderricht, (Pesantren Madrasah Sekolah), 1-102.

85

Steenbrink, Recente Ontwikkelingen in Indonesisch Islamonderricht, (Pesantren Madrasah Sekolah), 163-221.


(45)

25 E. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam kajian tulisan ini adalah riset kepustakaan, oleh karena itu metode penelitian yang digunakan adalah library research, yaitu bentuk pengumpulan data dan informasi dengan bantuan bahan yang ada di perpustakaan berupa; arsip, dokumen, majalah, buku, dan materi pustaka lainnya, dengan asumsi bahwa yang diperlukan dalam pembahasan ini terdapat di dalamnya.86 Ruang lingkup perpustakaan tidak sebatas yang telah tersebut tetapi juga media elektronik di antaranya internet dan cyber-library. Cara tersebut dimaksud untuk mendapatkan informasi dari sumber yang lebih luas. Juga untuk menggali informasi yang lebih tua daripada yang lebih umum dituntut dalam penelaahan kepustakaan, dan banyak juga menggali bahan yang tak diterbitkan yang dikutip dalam bahan acuan buku.87

2. Obyek Penelitian dan Pendekatannya

Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa penelitian ini bermaksud menjawab persoalan yang ada dalam rumusan masalah yaitu tentang bagaimana pergeseran Kurikulum madrasah berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Untuk menjawab permasalahan yang demikian perlu mengetahui obyek penelitian yang ada. Jika melihat judul disertasi ini, maka obyek penelitiannya adalah pertama, kurikulum Madrasah Aliyah (MA), kedua Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, sebagai patokan periodesasinya. Adapun yang diamati adalah pergeserannya.

Adapun pendekatan yang digunakan adalah historis (sejarah), yaitu analisis kurun waktu kurikulum Madrasah Aliyah (MA) sejak munculnya Undang-Undang Pendidikan Nasional No. 4 Tahun 1950 JO UU No. 12 Tahun 1954, sampai munculnya UUSPN No. 20 tahun 2003, dengan menggunakan teori komparasi

86

Winarno Surakhmad, Pengantar Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik (Bandung: Tarsito, 1982), lihat pula, Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan Praktis Penelitian Sosial Bagi Mahasiswa dan Peneliti (Jakarta: STIA-LAN, 2000), 65.

87


(1)

Keterangan:

1. Pendidikan agama islam terdiri atas: Al-Qur’an Hadis, Aqidah Akhlak, Fiqh dan SKI.

2. *) Ekuivalen 2 jam pembelajaran.

Tabel 26

Struktur Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun 2006 Kelas XI dan XII Program Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)22

Komponen

Alokasi Waktu

Kelas XI Kelas XII Smt 1 Smt 2 Smt 1 Smt 2 A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama Islam 2. Pendidikan Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia

4. Bahasa Arab 5. Bahasa Inggris 6. Matematika 7. Fisika 8. Kimia 9. Biologi 10. Sejarah 11. Geografi

12. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 13. Teknologi Informasi dan Komunikasi

14. Ketrampilan / Bahasa Asing

4 2 4 2 4 4 4 4 4 1 2 2 2 2 4 2 4 2 4 4 4 4 4 1 2 2 2 2 4 2 4 2 4 4 4 4 4 1 2 2 2 2 4 2 4 2 4 4 4 4 4 1 2 2 2 2

B. Muatan Lokal 2 2 2 2

C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*) 2*)

Jumlah 43 43 43 43

Keterangan:

1. Pendidikan agama Islam terdiri atas: Al-Qur’an Hadis, Aqidah Akhlak, Fiqh dan SKI.

22


(2)

Tabel 27

Struktur Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun 2006 Kelas XI dan XII Program Bahasa23

Komponen

Alokasi Waktu

Kelas XI Kelas XII Smt

1

Smt 2

Smt 1

Smt 2 A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama Islam 2*) 2*) 2*) 2*)

2. Pendidikan kewarganegaraan 2 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 5 5 5 5

4. Bahasa arab 2**) 2**) 2**) 2**)

5. Bahasa Inggris 5 5 5 5

6. Matematika 3 3 3 3

7. Sastra Indonesia 4 4 4 4

8. Bahasa Asing 4 4 4 4

9. Antropologi 2 2 2 2

10. Sejarah 2 2 2 2

11. Seni Budaya 2 2 2 2

12. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 2 2 2 2

13. Teknologi Informasi dan Komunikasi 2 2 2 2

14. Keterampilan 2 2 2 2

B. Muatan Lokal 2 2 2 2

C. Pengembangan Diri 2***) 2***) 2***) 2***)

Jumlah 39 39 39 39

*) Bila untuk kurikulum Madrasah Aliyah maka alokasi waktunya 4 jam pelajaran per minggu.

**) Untuk kurikulum SMA, bahasa Arab ditiadakan. ***) Ekuivalen 2 jam pembelajaran.

23


(3)

Tabel 28

Struktur Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun 2006 Kelas XI dan XII Program Keagamaan24

Komponen

Alokasi Waktu

Kelas XI Kelas XII Smt

1

Smt 2

Smt 1

Smt 2 A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama Islam 2 2 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4

4. Bahasa Inggris 4 4 4 4

5. Matematika 4 4 4 4

6. Tafsir dan Ilmu Tafsir 3 3 3 3

7. Ilmu Hadis 3 3 3 3

8. Ushul Fiqh 3 3 3 3

9. Tasawuf / Ilmu Kalam 3 3 3 3

10. Seni Budaya 2 2 2 2

11. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan kesehatan 2 2 2 2

12. Teknologi Informasi dan Komunikasi 2 2 2 2

13. Keterampilan 2 2 2 2

B. Muatan Lokal 2 2 2 2

C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*) 2*)

Jumlah 38 38 38 38

2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran ditentukan. Tabel 29

Struktur Kurikulum Madrasah Aliyah Kejuruan25 Program Keahlian ditetapkan oleh Madrasah

No Program Pendidikan dan Latihan Alokasi Waktu

1 Normatif 1. Pendidikan Agama Islam (Al-Qur’an Hadis, 216

24

E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Suatu Panduan Praktis, 61.

25

Departemen Agama RI, Kerangka Dasar dan Struktur Kurikuulum 2004 untuk RA, MI, MTs dan MA (Jakarta: Dirjen Binbaga Islam, 2004), 31 – 32.


(4)

2. Pendidikan Kewarganegaraan dan Sejarah 144

3. Olahraga dan Kesehatan 144

4. Bahasa Indonesia 216

II Adaptif 1. Bahasa Inggris Sesuai Program

Keahlian 2. Bahasa Arab

3. Matematika

4. Ketrampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi

5. Kewirausahaan 6. ...**)

III Produktif 1. ...***) Sesuai Program Keahlian 2. ... ***)

3. ... ***) Jumlah

Tabel 30

Struktur Kurikulum Madrasah Aliyah Kejuruan Program Ketrampilan26

No Ketrampilan Materi Jumlah Jam

1 Otomotif A 1. Teknik Pengajaran Logam 2. Gambar Teknik

3. Dasar-dasar Motor 4. Unit Motor

5. Sistem Bahan Bakar 6. Sistem Kelistrikan 7. Chasis

8. Tune Up

9. Pengelolaan Usaha 10. Magang

91 35 12 258 144 164 254 86 86 36

Jumlah 1080

2 Elektronika A 1. Listrik Dasar 2. Elektronika Dasar

3. Pembuatan Pesawat Elektro 4. Rangkaian Elektro

5. Teknik Elektronika 6. Teknik Audio

30 84 36 98 108

84

26


(5)

7. Teknik Radio 8. Teknik Televisi 9. Pengelolaan Usaha 10. Magang

124 318 162 36

Jumlah 1080

3 Tata Busana A 1. Alat Menjahit 2. Teknologi Menjahit

3. Pengetahuan Bahan Tekstil 4. Pembuatan Pola

5. Teknik Menghias Kain 6. Desain Busana

7. Busana Anak 8. Busana Wanita 9. Busana Pria

10. Pengelolaan Usaha 11. Magang

30 84 36 98 108

84 124 318 162 36 160

Jumlah 1080

4 Pertanian 1. Dasar-dasar Pasca Usaha Tani

2. Iklim, Prinsip Penanaman, Pemeliharaan dan Pengelolaan

3. Bercocok Tanam Sayur, Buah dan Mangga

4. Tanaman Pekarangan 5. Budidaya Tanaman

6. Dasar-dasar Perikanan Darat 7. Dasar-dasar Pertanian Campuran 8. Bercocok Tanam Padi dan Palawija 9. Teknik Beternak Ikan

10. Budidaya Tanaman Perkebunan 11. Dasar-dasar Peternakan

12. Teknik Beternak

13. Dasar – dasar Mekanisme Pertanian 14. Teknik Pengoperasian dan Merawat

Alat-alat Mekanisme Pertanian 15. Magang

30 120

40 80 40 50 200

40 60 60 40 60 100

40 36

Jumlah 1080

5 Komputer Microsoft Word Microsoft Excel

46 46

Jumlah 92

6 Bahasa Inggris 1. Tingkat Dasar 2. Tingkat Menengah 3. Tingkat Lanjut


(6)