Objek dakwah mad’u

yaitu, kalimatullahhi hiyul ulya. Dalam hal ini para da’i diharapkan menjadi contoh sebagai seorang da’i diharapkan menjadi contoh sebagai seorang mujahid yang baik, melalui perjuangan dan pengorbanannya sebagai bakti dan ujian atas kadar keimanannya. 32 Da’i adalah pembawa agama Allah untuk meluruskan kejalan yang benar, tetapi da’i juga harus mempunyai kriteria yang bijaksana untuk menjalankan misi dakwahnya dengan mengikuti syarat-syarat yang ada, seperti yang diungkapkan oleh seorang da’i Siddiq Amin.

b. Objek dakwah mad’u

Objek dakwah ini disebut juga mad’u atau sasaran dakwah, yaitu orang- orang yang diseru, dipanggil, atau diundang maksudnya ialah orang yang diajak kedalam Islam sebai penerima dakwah. 33 Sudah jelas bahwa objek dakwah adalah manusia mulai dari individu, keluarga, kelompok, golongan, massa dan umat seluruhnya. Masyarakat yang beraneka ragam latar belakangnya merupakan sasaran objek dakwah. Selain itu juga sasaran dakwah harus mampu mencangkup segala aspek kehidupan secara utuh, baik sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial. Sasran dakwah dari diri pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, bahkan dunia. Sasaran dakwah secara sistematis dibagi menjadi beberapa bagian: 32 M. Masyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, Yogyakarta: Al- Amin Press, 1997, cet. Ke-1, h. 70-71 33 A. H. Hasanuddin, Rhetorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan Surabaya: PT. Usaha Nasional, 1982 h. 34. 1. individu, sasaran dakwah terhadap diri sendiri individu merupakan suatu yang esensial sekali. Sebab, jika seorang da’i menanamkan kebaikan dalam dirinya maka akan mempengaruhi segala tingkahlakunya. Dengan begitu, untuk dapat diterima oleh sasaran dakwah atas apa yang disampaikan da’i dan untuk mengharapkan respon sasaran dakwah mengikuti ajarannya, maka da’i harus memberikan teladan yang baik. 2. Keluarga, didalam keluarga , orang tua merupakan oarang yang pertama kali memperkenalkan ajaran agama kepada anak-anaknya dan orang tualah yang dapat memberikan pengaruh kedalam diri anak dalam pergaulan sehari-hari. 3. Masyarakat, masyarakat umat manusia sebagai sasaran dakwah merupakan kumpulan individu yang beraneka ragam. Oleh karena itu, hendaknya seorang da’i mengadakan penelitian untuk memperoleh gambaran mengenai sasaran dakwah. 34 M. Nasir dalam bukunya Fiqhud dakwah mengatakan bahwa sasaran dakwah yaitu: 1. Ada golongan cendik-cendikiawan yang cinta kebenaran berfikir kritis dan cepat tanggap. Mereka itu harus dihadapi dengan hikmah, yakni dengan alasan-alasan, dalil dan hujjah yang dapat diterima oleh kekuatan akal mereka. 34 M. Nasir, Fiqhud Dakwah, Solo: Ramadhani, 1987, h. 7 2. Ada golongan awam, orang yang belum dapat berfikir kritis dan mendalam. Belum dapat menangkap pengertian tinggi-tinggi. Mereka ini panggil dengan sebutan mau’idzotul hasanah, dengan ajaran dan didikan yang baik-baik. Dengan ajaran-ajaran yang mudah dipahami. 3. Ada golongan yang tingkat kecerdasannya diantara kedua golongan tersebut. Mereka ini yang dipanggil dengan mujadalah billati hiya ahsan, yakni dengan bertukar pikiran, guna mendorong agar pikiran secara sehat. 35 Mad’u dalam Islam ma’ul dan do’a, berarti orang yang diajak, atau di karenakan perbuatan dakwah, Mad’u adalah objek sekaligus subjek dalam dakwah yaitu seluruh manusia tanpa terkecuali, siapapun mereka, laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, seorang bayi baru lahir ataupun orang tua menjelang ajalnya, semua adalah mad’u dalam dakwah Islam. 36 Kegiatan dakwah sangat ditentukan oleh sasaran dakwah, karena tanpa adanya sasaran dakwah maka dapat dikatakan dakwah itu pada hakikatnya tidak ada. Dengan demikian, masyarakat sebagai sasaran dakwah mencakup sebagai aspek kehidupan yang memiliki strata sosial yang berbeda-beda, yang semunya harus dihadapi secara proporsional dari para da’i. 35 Ibid 36 Cahyadi Takariawan “ Prinsip-Prinsip Dakwah, Yang Tegar di Jalan Allah Yogyakarta Izzan Pustaka, 2005 Cet, Ke-4. h. 25 Sasaran dakwah adalah manusia, baik individu maupun kelompok masyarakat. Dalam hal ini Amarullah Ahmad mengkalsifikasikan sasaran dakwah menjadi tujuh kelompok, yaitu: a. Kelompok sasaran dakwah berdasarkan tempat tinggal yaitu penduduk desa dan kota b. Kelompok sasaran dakwah berdasarkan struktur kemasyarakatan, yaitu masyarakat agraris dan industri. c. Kelompok sasaran dakwah berdasarkan tingkat pendidikan. d. Kelompok sasaran dakwah berdasarkan peranan dan struktur kekuasaan, yaitu pemimpin dan rakyat. e. Kelompok sasaran dakwah berdasarkan agama, yaitu Islam dan non Islam. f. Kelompok sasran dakwah berdasrkan siakp terhadap dakwah yaitu orang yang cinta terhadap Isalm atau sebaliknya. g. Kelompok sasaran dakwah berdasarkan usia, misalnya anak 6-13 th, remaja14-16 th, dewasa18-35 th, orang tua35- 55 th, dan lanjut usia55-keatas. 37 Hal tersebut juga diungkapkan oleh Prof.H.M. Arifin, M.Ed. dalam bukunya psikologi dakwah. Ia mengklasifikasikan sasaran dakwah menjadi delapan kelompok, kelompok masyarakat dilihat dari segi: a. Sosiologis: yaitu masyrakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil, serta masyarakat di daerah marginal dari kota besar. b. Struktur kelembagaan: yaitu masyrakat, pemerintah, dan keluarga. c. Sosio-kultural: yaitu golongan priyayi, abangan, dan santri, klasifikasi ini terdapat dalam masyrakat jawa. d. Tingkat usia: yaitu golongan anak-anak, remaja, dan orang tua. e. Okupasional propesi atau pekerjaan yaitu petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negri, dan sebagainya. f. Tingkat sosio-ekonomi: yaitu orng kaya, menengah, dan miskin. g. Jenis kelamin: yaitu wanita, pria, dan sebagainya. 37 Amarullah Ahmad,ed, Dakwah Islam dan Perbuatan Sosial, Yogyakarta: PLP2M, 1985. Cet, ke-2. h. 300 h. Masyarakat khusus: yaitu tuna susial, tuna wisma, tuna karya, narapidana, dan sebagainya. 38 Masing-masing kelompok masyarakat tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Hal ini menurut adanya sistem dan metode dakwah yang berbeda pula. Dengan demikian, kegiatan dakwah akan lebih efektif dan efesien jika penggunaan sistem dan metodenya sesuai dengan kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dakwah.

c. Materi Dakwah