mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan yang diridhai Allah masing- masing sesuai dengan segi atau bidangnya
Dari uraian-uraian tujuan dakwah diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa tujuan yang ideal yang ingin dicapai oleh dakwah Islam adalah
menuntun manusia agar memperoleh kebahagiaan hidup, kesejahteraan baik di dunia maupun diakhirat dan terhindar dari kesulitan-kesulitan baik ketika
hidup maupun mati. Untuk memperoleh semua ini, manusia membutuhkan pedoman yang akan menuntun kehidupan mereka.
e. Metode Dakwah
Dari segi bahasa “metode” berasal dari kata yaitu”meta” melalui dan”hodos”jalan,cara.
47
Dengan demikian dapat kita artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman methodica
artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa yunani, metode berasal dari kata methodos artinya jalan yang dalam bahasa arab disebut
Thariq.
48
Metode dakwah adalah cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da’i untuk menyampaikan materi dakwah, yaitu al-Islam atau serentetan kegiatan
47
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta: Bumi Aksara, 1991, cet. Ke-1. h.61
48
H. Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek dalam Berdakwah di Indonesia
Jakarta: PT. Pedoman Ilmu Jaya, 1996, h. 35
untuk mencapai tujuan tertentu.
49
Apabila kita artikan secara bebas metode adalah cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran yang untuk
mencapai suatu maksud. Bentuk-bentuk metode dakwah, seperti dikutip dalam Al-Qur’an surat
An- Nahl ayat: 125: gh
i+, - fe jk l +m n
Up =V
m US 0 = U
U =V q
W= G 7
5 r\
m sn Q i ?
- ltm n
NQ u +2 0 m v
w e jk q
NQ u +2 0
;J G E W = m
vx f Artinya: Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.Q.S. An-Nahl: 125.
Pada ayat tersebut terdapat tiga metode yang dapat digunakan dalam berdakwah yaitu:
1. Metode Al-Hikmah “Kebijaksanaan atau Adil”Yaitu suara cara atau
pendekatan yang dilakukan oleh seorang da’i kepada mad’unya dengan kebijaksanaan, sikap kasih sayang dan proporsinya.
2. Metode Mau’idzhatil Hasanah “Nasihat yang Baik”
Yaitu suatu cara penyampaian pesan oleh seorang da’i kepada mad’unya dengan memberikan nasehat-nasehat yang baik atau
memberikan peringatan, kata-kata ucapan atau teguran yang baik dan tidak menyinggung perasaan mad’u sehingga mad’u tidak merasa
dipaksa dalam menerima pesan-pesan dakwah.
49
Wardi bachtiar, Metodelogi Penelitian Ilmu Dakwah Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1997 h. 34
3. Metode Al-Mujadalah Billati hiya ahsan “Berdebat, berdiskusi”
Yaitu penyampaian dakwah yang dilakukan dengan cara berdebat atau bertukar pikiran secara baik, bertukar pikiran disini dapat dilakukan
berbagai bentuk dialog, diskusi, seminar dan lain-lain. Dengan tujuan satu sama lain mengerti serta mempelajari ajaran-ajaran yang satu
dengan yang lainnya secara luas untuk menghapus sifat sombong kepada ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.
50
Dari ketiga metode di atas dapat disesuaikan dengan kondisi dan tingkat pemahaman masing-masing jamaahnya, dan bahkan implikasinya
yang lebih parah akan semakin menjauhkan mereka dari ajaran agama. Metode dakwah juga bukanlah satu-satunya kunci kesuksesan akan tetapi
keberhasialn dakwah ditunjang dari seperangkat syarat baik dari pribadi da’i subyek dakwah ataupun lainnya.
Selain metode-metode di atas ada juga metode-metode lain yang dapat dipadukan dengan metode-metode yang telah digariskan dalam surat An-
Nahl tadi, yaitu seperti: 1.
Metode Ceramah Retorika Dakwah Ceramah adalah suatu teknik atau metode dakwah yang banyak
diwarnai oleh ciri karakteristik bicara oleh seorang da’i pada suatu aktivitas dakwah. Ceramah dapat pula bersifat propaganda, kampaye, berpidato
retorika, khutbah, sambutan, mengajar dan sebagainya.
51
50
Ghazali Darussalam, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiiyah, Malaysia: Nur Niaga SDN BHD, 1999, Cet ke-1, h.28-30
51
Asmuni, Syukur, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al- Ikhlas, 1983, h. 104
Metode ceramah sebagai salah satu metode atau teknik berdakwah tidak jarang digunakan da’i-da’i ataupun para utusan Allah dalam usaha
menyampaikan risalahnya dan terbilang usaha tersebut akan efektif dan tepat bilamana:
a. Objek atau sasaran dakwah berjumlah banyak.
b. Penceramah da’i orang yang ahli berceramah dan
berwibawa. c.
Sebagai syarat dan rukun suatu ibadah, seperti khutbah jum’at, hari raya.
d. tidak ada metode lain yang dianggap paling sesuai
dipergunakan.
52
Metode ceramah dapat disebut sebagai metode dakwah tradisional dimana seorang da’i mendominasi situasi, jadi semua kendali dipegang oleh
da’i dan audiens hanya menjadi pendengar saja tanpa ada kesempatan untuk berkomentar. Jadi materi yang diberikan oleh seorang da’i tidak ada timbal
balik dari mad’unya. Metode ini sangat tepat apabila jamaah yang dihadapi merupakan kelompok yang berjumlah besar. Kelebihan metode ini antara lain
adalah dalam waktu singkat dapat dicapai materi sebanyak-banyaknya, sedangkan kekurangannya adalah jika penceramah tidak memperhatikan lagi
psikologis jamaahnya, maka ceramah dapat bersifat membosankan. 2
Metode Tanya-Jawab
52
Ibid. 106
Metode tanya jawab adalah penyampaian materi dakwah dengan cara mendorong sasarannya objek dakwah untuk menyatakan suatu masalah
yang dirasa belum dimengerti dan da’inya penjawabnya.
53
Metode ini dimaksudkan untuk melayani masyarakat sesuai dengan kebutuhannya. Sebab dengan bertanya berarti orang ingin mengerti dan dapat
mengamalkannya. Oleh karena itu jawaban pertanyaan sangat diperlukan kejelasan dan pembahasan sedalam-dalamnya metode ini sering juga
dilakukan disaat Rasullah SAW. Berdasarkan bentuk-bentuknya penyampain metode dakwah dapat
dikelompokan dalam tiga katagori, yakni: a. Bi al-Lisan
Dakwah bi al-lisan adalah suatu bentuk dakwah yang dilaksanakan melalui lisannya, metode ini sangat umum digunakan oleh para da’i di
dalam ceramah, pidato, khutbah, diskusi, nasihat dan lain-lain. b. Bi al-Hal
Dakwah bil hal adalah dakwah yang dilakukan dengan perbuatan nyata yang meliputi keteladanan. Metode dakwah ini dapat dilakukan
oleh setiap individu tanpa harus memiliki keahlian khusus dalam bidang dakwah. Dakwah bi al-hal dapat dilakukan misalnya dengan
tindakan nyata yang dari karya nyata tersebut hasilnya dapat dirasakan secara konkret oleh masyarakat, seperti pembangunan Rumah Sakit
atau fasilitas-fasilitas yang digunakan untuk kemaslahatan umat. c. Bi al-Qalam
53
Ibid. h. 124
Dakwah bi al-Qalam adalah dakwah yang dilakukan melalui tulisan, dakwah ini memerlukan keahlian khusus dalam hal menulis dan
merangkai kata-kata sehingga penerimaan dakwah tersebut akan tertarik untuk membacanya tanpa mengurangi maksud yang
terkandungnya di dalamnya, dakwah tersebut dapat dilakukan melalui media massa seperti surat kabar, majalah, buku, buletin maupun lewat
internet.
54
Menurut Slamet Muhaemin Abda, metode dakwah dapat dilihat dari segi cara, jumlah audien dan cara penyampaian.
Metode dakwah dari segi cara, ada dua macam: a.
Cara tradisional, termasuk didalamnya adalah sistem ceramah umum. Dalam cara ini da’i aktif berbicara, sedangkan komunikan
pasif. Komunikasi hanya berlangsung satu arah one way communication
. b.
Cara modern, termasuk di dalamnya adalah diskusi, seminar dan sejenisnya dimana terjadi komunikasi dua arah two way
communucation .
Metode dakwah dari segi jumlah audien, ada dua macam: a.
Dakwah perorangan, yaitu dakwah yang dilakukan terhadap orang secara langsung.
54
H. Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek dalam Berdakwah di Indonesia
Jakarta: PT. Pedoman Ilmu Jaya, 1996, h. 39
b. Dakwah kelompok, yaitu dakwah yang dilakukan terhadap
kelompok tertentu yang sudah ditentukan sebelumnya.
55
f. Media Dakwah