Yang dimaksud dengan unsur-unsur dakwah adalah komponen- komponen yang selalu ada dalam setiap kegiatan dakwah, unsur-unsur tersebut
adalah subyek dakwah da’i, obyek dakwah mad’u, materi dakwah, metode dakwah, media dakwah serta tujuan dakwah.
27
a. Subjek Dakwah da’i
Subjek dakwah adalah orang yang melakukan dakwah, yaitu orang yang berusaha mengubah situasi yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah
SWT, baik secara individu maupun kelompok organisasi sekaligus sebagai pemberi informasi dan pembawa misi atau lebih jelas disebut dengan da’i.
28
Hendaknya seseorang subjek dakwah harus mempunyai kemampuan- kemampuan
yang dapat mendukung keberhasilan dakwah adapun
kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh subjek dakwah: a.
Memiliki pemahaman agama Islam secara tepat dan benar b.
Memiliki pemahaman hakekat gerakan atau tujuan dakwah c.
Memiliki akhlak karimah d.
Mengetahui perkembangan pengetahuan yang relatif luas e.
Mencintai audiens atau mad’u dengan tulus f.
Mengenal kondisi dengan baik.
29
27
Moh. Ali Azis. M.Ag, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana, 2004, Cet, ke- 1. h. 61
28
M. Hapi Ashari,Pemahaman Dan Pengalaman Dakwah, Surabaya: Al- Ikhlas, 1993 Cet ke-, h. 179
29
Abdul Munir Mulkham, Idiologi Gerakan Dakwah, Yogyakarta : Sipress, 1996 Cet. Ke-1. h. 237-239
Di dalam buku yang lain juga ada kemampuan-kemampuan yang harus di miliki seorang subjek dakwah adalah:
a. Kemampuan berkomunikasi
b. Kemampuan menguasai diri
c. Kemampuan berfsikologi
d. Kemampuan pengetahuan pendidikan
e. Kemampuan di bidang umum
f. Kemampuan di bidang umum Al-Qur’an
g. Kemampuan di bidang ilmu agama secara umum.
30
Dalam Al-Qur’an dan sunnah, terdapat penjelasan tentang amar ma’ruf nahi munkar dan perintah terhadap mereka yang layak untuk membawa
bendera dakwah Islam. Merekalah yang mampu mengajarkan agama, baik melalui tulisan, ceramah maupun pengajaran sehingga individu dan
masyarakat dapat memahaminya.
31
Ini menunjukan bahwa siapa saja yang menyatakan pengikut Nabi Muhammad hendaknya menjadi seorang da’i,
dijalankan sesuai dengan hujjah yang nyata dan kokoh. Seorang da’i harus tahu apa yang disampaikan dakwahnya untuk
memberikan solusi, terhadap problema yang dihadapi manusia. Juga metode- metode yang dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan perilaku
manusia tidak salah dan tidak melenceng. Berkaitan dengan hal-hal ilmu, dan
30
Slamet Muhaimin Abda, Prinsip-Prinsip Metode Dakwah, Yogyakarta: Sipress 1996 Cet. Ke-1
31
Mustofa ar-Rafi,I, Potret Juru Dakwah, Jakarta: Pustaka Al-Kausar 2002, h. 51
keterampilan khusus, memang kewajiban berdakwah terpikul orang-orang tertentu. Seperti dalam surat An-Nahl ayat 43 yang berbunyi:
X2kn ‹
l 2j › -
n ;5
œ9 L|K
- i
q y N2
X . Q Y =_ •
? - EDg_ . ? ž N
Yf Artinya: Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki
yang kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,
Q.S. An-Nahl: 43. Menurut Siddiq Amin, da’i atau muballigh dan pengelola dakwah, seperti
ormas dakwah. Untuk melakukan aktivitas-aktivitas sebagai da’i, agar mempunyai kredibilitas dalam berdakwah dan ilmu pengetahuan. Maka bagi
seorang da’i harus memperhatikan syarat-syarat tertentu: a.
Syarat yang bersifat akidah. Para da’i harus yakin bahwa agama Islam dengan segenap ajaran-ajarannya itu benar. Mereka harus beriman
terlebih dahulu dengan iman yang mantap sebelum mereka mengajak orang lain untuk ikut beriman. Dalam surat Al-Baqarah ayat 285:
: g
04 k
m 4Y{9Š
=e -
w +m n
? 0 =
i ,g_
: g
m w
FpR8 +2 w
lFg_ w
k}n . gŸY…
T9 A m
lG w
k‚n i
q g
N k CD N
q l 9
=Tg˜ CDtm n
¡=e -
K ZI= x f
Artinya: Rasul Telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya
beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. mereka mengatakan: Kami tidak membeda-
bedakan antara seseorangpun dengan yang lain dari rasul-rasul- Nya, dan mereka mengatakan: Kami dengar dan kami taat.
mereka berdoa: Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali. Q.S. Al-Baqarah: 285.
. b.
Syarat yang bersifat ibadah. Komunikasi terus menerus dngan Allah SWT bagi seorang da’i merupakan suatu kewajiban yang harus
dilakukan terus menerus. Tidak hanya komunikasi yang berbentuk ibadah-ibadah fardlu belaka, tetapi juga ibadah-ibadah sunnah
lainnya terutama shalat tahajjud. c.
Syarat yang bersifat akhlakul karimah. Para da’i dituntut untuk membersihkan hatinya dari kotoran-kotoran yang bersifat amoral,
seperti hasud, takabbur dan sebagainya. Serta harus mengisi hatinya dengan sifat-sifat sabar, syukur dan lain-lain.
d. Sayarat yang bersifat ilmiah. Para da’i harus mempunyai kemampuan
ilmiah yang luas lagi mendalam, terutama yang menyangkut materi dakwah yang hendak disampaikan kepada khalayak.
e. Syarat yang bersifat jasmani. Selayaknyalah para da’i itu mempunyai
kondisi fisiknya baik dan sehat. f.
Syarat yang bersifat kelancaran bicara. Sebai da’i yang layak mempergunakan bahasa kata-kata untuk menyampaikan pesannya
tentang kebenaran Islam dan ajaran-ajarannya, selayaknyalah apabila para da’i itu mempunyai kemampuan berbicara yang lancar lagi fasih
seirama dengan aturan-aturan logika yang cepat diterima akal dan mampu menembus dan menyentuh perasaan para pendengarnya.
g. Syarat yang bersifat mujahadah. Artinya para da’i hendaknya
mempunyai semangat berdedikasi kepada masyarakatnya di jalan Allah SWT dan semangat berjuang untuk menegakkan kebenaran,
yaitu, kalimatullahhi hiyul ulya. Dalam hal ini para da’i diharapkan menjadi contoh sebagai seorang da’i diharapkan menjadi contoh
sebagai seorang mujahid yang baik, melalui perjuangan dan pengorbanannya sebagai bakti dan ujian atas kadar keimanannya.
32
Da’i adalah pembawa agama Allah untuk meluruskan kejalan yang benar, tetapi da’i juga harus mempunyai kriteria yang bijaksana untuk
menjalankan misi dakwahnya dengan mengikuti syarat-syarat yang ada, seperti yang diungkapkan oleh seorang da’i Siddiq Amin.
b. Objek dakwah mad’u