BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Islam dakwah merupakan suatu kewajiban bagi seluruh umat, akan tetapi penyampaian dakwah banyak pada kaum laki-laki atau dengan
sebutan ulama. Masyarakat Indonesia lebih mengenal dengan ulama laki-laki yang mudah di temukan kemunculan dalam dunia dakwah, oleh karena itu
berbeda dengan ulama perempuan yang banyak masyarakat mengenal perempuan adalah sosok feminisme yang kurang banyak kemunculanya, untuk
berkiprah dalam dunia dakwah. Kajian tentang “ulama perempuan” masih sangat langka, bukan hanya
di Indonesia tetapi juga di wilayah-wilayah muslim lainya: Arabia, Asia Barat, Afrika Utara, Afrika, anak benua India dan sebagainya, meskipun kajian
tentang perempuan dan gender terus menemukan momentumnya, perhatian hampir tidak pernah diberikan kepada ulama perempuan. Asumsi awal yang
dipegang banyak peneliti dan sarjana adalah, hal itu merupakan salah satu bukti bahwa perempuan tidak signifikan dalam keulamaan atau bahkan dunia
keilmuan umumnya.
1
Sesungguhnya, wajib bagi kaum perempuan untuk menempatkan tujuan dakwahnya ini di pelupuk mata, karena ulama perempuan atau disebut
dengan da’iyah dapat melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar pada
1
Azyumardi Azra, “Biografi Sosial Intelektual Ulama Perempuan: Pemberdayaan Historiografi”
Dalam Buku” Ulama Perempuan Indonesia”. Gramedia Bekerja sama Dengan PPIM IAIN Jakarta, 2000. h. xxi
siapapun dan kapanpun untuk meluruskan pada jalan Allah, karena merupakan suatu kewajiban. Semua itu dapat kita lihat dalam salah satu ajarannya yang
mewajibkan pemeluknya untuk menyampaikan risalah atau mengembangkan dakwah kepada siapapun. Kemajuan dan kemunduran umat Islam sangat
berkaitan erat dengan dakwah yang dilakukannya, karena itu Al-Qur’an dalam menyebutkan kegiatan dakwah dengan Ahsanu Qaula, ucapan dan
perbuatan yang baik.
2
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an, Surat Fushshilat ayat 33 yaitu:
+, - . 0
1 2 3
4 5789 -
: ;
2 =
Artinya: Dan Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata:
Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?”. Fushshilat:33.
Dakwah seperti yang diungkapkan ayat di atas tidak hanya berdimensi ucapan atau lisan tetapi juga dakwah dengan perbuatan yang baik uswah
seperti yang telah dicontohkan oleh Rasullah SAW. Namun, perempuan muslimah yang memiliki kemampuan berdakwah
tidak boleh meninggalkan dakwah seraya berkata, ”saya dirumah saja bersama suami dan anak-anak. Biar Orang yang berdakwah,” karena dakwah adalah
kewajiban seluruh umat manusia, baik laki-laki maupun perempuan, dan dengan sikap seperti itu, berarti dia telah mengabaikan kewajiban Agama.
3
2
M. Munir, dkk, Metode Dakwah Jakarta: Prenada Media, 2003, h. 217
3
Ali Abdul Halim Mahmud, Jalan Dakwah Muslimah, Solo: Era Intermedia, 2007, Cet ke-1, h. 64.
Seperti dalam firman Allah disebutkan pada surat Al-ahzab, ayat 35 bebunyi:
? - A
2 =
B 2
= A
= B CD
= ; E -=
B F -=
; G HI B G HI
;J K HI
LM K HI
; N O P= B N O P=
; QG I F = B QG I F =
; R8 HI B R8 HI
A S T U =V L W7 0 NX
B S T = AJY Z[M\
\ K
]_ LM
Z[M\ G 0
` Bb c
C T=
7
]e S 0
Y f
Artinya: Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap
dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk,
laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara
kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah, Allah Telah menyediakan untuk mereka ampunan
dan pahala yang besar. Al-Ahzab: 35.
Ayat yang mulia di atas sama sekali tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam iman, taat, benar, sabar, khususyuk, bersedekah, puasa,
menjaga kehormatan, dan berdakwah serta zikir kepada Allah SWT. Pandangan seorang daiyah terhadap diri dan negrinya selaku bagian
dari dunia Islam akan memberinya pandangan yang baik terhadap wilayah tempat dia berdakwah; terhadap aktivitas yang harus ia lakukan; dan terhadap
program berjangka yang harus dia jadikan acuan aktivitasnya. Tanpa semua ini, dia tidak akan dapat membimbing amal islami dan tidak akan mampu ikut
andil membangun kesatuan negeri-negeri Dunia Islam.
4
4
Ibid. h. 67
Dakwah ulama perempun merupakan pengembangkan agama Islam kepada umat manusia yang banyak perubahan. Dalam perkembangan zaman
sekarang kaum perempuan juga merasa makin memiliki kemajuan intelektual. Mempunyai kemampuan intelegensia yang melebihi atau paling tidak
menyamai kaum laki-laki. Dengan demikian, kaum perempuan merasa memiliki hak untuk menurut agar tidak lagi direndahkan peranannya
dihadapan kaum laki-laki. Padahal sesungguhnya pokok pangkalnya bukan soal saling rendah-merendahkan, tetapi kesanggupan diri masing-masing
menerima kodratnya sebagai laki-laki atau perempuan. Bukan mempersoalkan enak atau tidak enak, jadi laki-laki atau perempuan.
5
Dakwah merupakan suatu kewajiban bagi setiap umat Islam yang beriman kepada Allah, baik
sekelompok orang maupun individu yang mengerti, memahami bahwa mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Dengan istilah lain mereka yang benar-
benar profesional di bidang dakwah dan mengerti tata cara penyampaian dakwah yang baik istilah ini lebih dikenal dengan dengan sebutan da’i atau
mubaligh.
6
Dalam hal ini Allah SWT. Telah menjelaskan tentang kewajiban berdakwah bagi sekelompok orang untuk menyerukan yang ma’ruf dan
mencegah yang mungkar dalam al-Qur’an, Allah berfirman:
g
h i+, -
fe jk l +m n
Up =V
m US 0 =
U U =V
q W=
G 7 5
r\ m
sn Q i
? - ltm n
NQ u +2 0
m v
w e jk
q NQ
u +2 0 ;J
G E W = m
vx f
5
Muhammad Barokah, Perempuan Islam Dalam Perkembangan Zaman: Feminisme, Tidak Harus Ditolak
Jakarta: Golden Terayaon Press, 1994 Cet Ke-1. h. 8
6
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Surabaya: Al-Ikhlas, 1983, h. 27
Artinya: Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. Q.S. Al-Nahl: 125.
Kewajiban seorang ulama perempuan untuk ikut serta dalam aktivitas dakwah dengan segala kemampuan dan semangat yang dia punyainya adalah
karena dalam aktivitas itu merupakan pekerjaan yang melengkapi bagi praktik pelaksanaan dalam lapangan dakwah. Akan tetapi, seorang ulama perempuan
dalam aktivitas dakwahnya, terikat dengan norma, akhlak, dan nilai-nilai islami.
Dalam pelaksanaan aktivitas dakwah seorang ulama perempuan atau ulama laki-laki memegang peranan penting dan menentukan suatu
keberhasilan da’iyah. Untuk itulah seorang da’iyah tidak hanya dituntut memiliki kemampuan dan kepandaian dalam pengetahuan, tetapi dituntut
untuk memiliki kemampuan dan kepandaian dalam peranan dakwah untuk menyampaikan misi dakwahnya.
Oleh karena itu ulama perempuan secara langsung merupakan da’iyah yang menyeru kepada Allah karena keberadaannya sebagai Muslimah yang
mengikuti jejak rasulullah SAW. Inilah yang kita tekankan lebih dari sekali dan kita jadikan dasar menurut Syara’ di banyak kesempatan.
Peranan da’iyah atau da`i yaitu untuk menyampaikan dakwahnya dan mengajak orang lain mad’u kepada jalan yang diridhai Allah SWT.
Sehingga pesan dakwahnya bisa di terima dengan baik dan dapat dipahami
oleh mad’u. Oleh karena itu, peranan atau aktivitas da’i atau da`iah sangat dibutuhkan sekali oleh semua lapisan masyarakat.
Adapun kiprah bagi seorang ulama perempuan pada saat ini sangat di perlukan oleh masyarakat untuk mencari ridha Allah. Dalam aktivitas
dakwahnya, para ulama perempuan atau ulama laki-laki mempunyai peranan penting dan menentukan suatu keberhasilan seorang da’i untuk menyampaikan
kebenaran dalam agama Islam, dan harus memiliki kepandaian dan kemampuan untuk menyampaikan pada mad’u dan diterima dengan baik.
Kegagalan pelaksanaan
dakwah yang
sering terjadi
disebabkan ketidakpahaman dan kurang telitinya seorang da’i dalam strategi berdakwah.
Melihat ulama perempuan pada kiprah dakwah Dra. Hj. Ibu Lutfiah Sungkar yang seringkali melalui dakwahnya lewat mimbar masih tetap
bertahan sampai sekarang. Dakwah melalui mimbar bisa bertemu langsung dengan para mad`unya. Selain melalui Masjid dan Mushalla, Dra. Hj. Lutfiah
Sungkar juga melakukan dakwahnya melalui media cetak maupun elektronik. Menurut Dra. Hj. Lutfiah Sungkar, umat Islam harus mengambil
bagian pada sektor kehidupannya, dan untuk umat Islam dituntut untuk selalu aktif dalam pembangunan manusia seutuhnya dan selalu menjadi insan yang
selalu berada di jalan Allah. Hj. Lutfiah Sungkar adalah salah seorang ulama perempuan yang
cukup dikenal masyarakat dan juga terbilang sukses dalam mencapai dakwahnya. Beliaupun mampu menyampaikan pesan dakwah pada mad’unya.
Dalam sistem penyampain dakwahnya yang baik, beliau dapat merekrut begitu banyak mad’u dari berbagai kalangan dan status sosial
masyarakat khususnya pada kalangan perempuan. Disinilah ketertarikan penulis pada sosok Dra. Hj. Lutfiah Sungkar yang memiliki cita-cita luhur
untuk memajukan Islam dan usahanya untuk menggiring mad’unya agar kembali kejalan Allah SWT.
Berdasarkan pembahasan di atas, penulis tertarik untuk membahas lebih mendalam tentang peranan dakwah atau aktivitasnya Dra. Hj. Lutfiah
Sungkar dalam menyampaikan dakwah Islam dalam sebuah sekripsi yang
penulis beri judul “Kiprah Dakwah Dra. Hj. Lutfiah Sungkar”.
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah