BAB II KERANGKA TEORI
2.1 Konsep Pemasaran
Kotler dan Keller 2009:6 mengemukakan pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Tujuan pemasaran
adalah mengetahui dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk atau jasa itu cocok dengan pelanggan dan selanjutnya menjual dirinya sendiri.
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan suatu proses pertukaran yang dilakukan untuk menciptakan kepuasan. Pemasaran
berkaitan dengan bagaimana mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia. Menurut Tjiptono 2005:3, pada umumnya setiap perusahaan menganut
salah satu konsep atau filosofi pemasaran, yaitu falsafah atau anggapan yang diyakini perusahaan sebagai dasar dari setiap kegiatannya dalam memuaskan
kebutuhan dan keinginan pelanggan. Seiring dengan perjalanan waktu, konsep pemasaran mengalami perkembangan atau evolusi pemikiran. Walaupun
demikian, tidak berarti konsep yang terakhir adalah yang terbaik. Konsep pemasaran beranggapan bahwa kunci untuk mencapai tujuan
organisasi adalah menjadi lebih efektif daripada pesaing dalam menciptakan, menghantarkan, dan mengomunikasikan nilai pelanggan yang lebih baik kepada
pasar sasaran yang dipilih Kotler dan Keller, 2009:20. Konsep yang relevan bagi perusahaan jasa dalam melakukan kegiatan
pemasaran adalah konsep pemasaran sosial, yaitu konsep yang beranggapan
bahwa konsumen hanya bersedia membeli produk-produk yang mampu memuaskan kebutuhan dan keinginannya serta berkontribusi pada kesejahteraan
lingkungan sosial konsumen. Tujuan aktivitas pemasaran adalah berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat, sekaligus memperbaiki hubungan antara
produsen dan masyarakat demi peningkatan kesejahteraan pihak-pihak terkait Tjiptono, 2005:4.
2.2 Jasa
Menurut Nasution 2004:6, jasa merupakan semua aktifitas ekonomi yang hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk fisik atau konstruksi, yang
biasanya dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu yang dihasilkan dan memberikan nilai tambah seperti misalnya kenyamanan, hiburan, kesenangan
atau kesehatan atau pemecahan atas masalah yang dihadapi konsumen. Menurut Jasfar 2009:17, jasa adalah setiap tindakan atau aktifitas dan
bukan benda, yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang mana pada dasarnya bersifat intangible tidak berwujud fisik, konsumen terlibat
secara aktif dalam proses produksi dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Zeithaml dan Bitner dalam Alma 2005:243 menyatakan bahwa jasa
padadasarnya adalah suatu kegiatan ekonomi dengan output selain produk dalampengertian fisik, dikonsumsi dan diproduksi pada saat bersamaan,
memberikannilai tambah dan secara prinsip tidak berwujud intangible. Kotler 2009:85 mendefinisikan jasa sebagai setiap tindakan atau perbuatan
yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible tidak berwujud fisik dan tidak dapat menghasilkan
kepemilikan sesuatu. Oleh sebab itu, jasa memiliki beberapa karakteristik unik yang membedakannya dari barang dan berdampak pada cara memasarkannya.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa jasa merupakan sebuah tindakan atau perbuatan yang bersifat intangible atau tidak
berwujud yang ditawarkan untuk dijual kepada pihak lain yaitu pengguna jasa.
2.2.1Karakteristik Jasa
Produk jasa memiliki karakteristik yang berbeda dengan barang produk fisik. Griffin 1996 dalam Lupiyoadi 2001:6 menyebutkan karakteristik jasa
tersebut sebagai berikut: 1.
Intangibility tidak berwujud Jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum jasa
itu dibeli. Nilai penting dari hal ini adalah nilai tidak berwujud yang dialami konsumen dalam bentuk kenikmatan, kepuasaan, atau rasa aman.
2. Unstorability
Jasa tidak mengenal persediaan atau penyimpanan dari produk yang telah dihasilkan. Karakteristik ini disebut juga tidak dapat inseparability
dipisahkan mengingat pada umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan.
3. Customization
Jasa juga sering kali didesain khusus untuk kebutuhan pelanggan, sebagaimana pada jasa asuransi dan kesehatan.
Berbagai riset dan literatur pemasaran jasa mengungkap bahwa jasa memiliki sejumlah karakteristik unik yang membedakannya dari barang dan
berdampak pada cara memasarkannya. Secara garis besar, karakteristik tersebut
terdiri atas intangibility, inseparability, variabilityheterogeneity, perishability, dan lack of ownership. Tabel 2.1 menunjukkan implikasi manajemen dari masing-
masing karateristik unik ini Tjiptono, 2005:18.
Tabel 2.1 Karakteristik Jasa dan Implikasi Manajemen
KARAKTERISTIK IMPLIKASI MANAJEMEN
Intangibility
Produk bersifat abstrak: lebih berupa tindakan
Kesulitan dalam evaluasi alternatif penawaran jasa: persepsi konsumen terhadap risiko
Tidak dapat dipajang: diferensiasi sukar dilakukan
Tidak ada hak paten: hambatan masuk entry barriers
rendah Inseparability
Konsumen terlibat dalam produksi: kontak dan
interaksi penting sekali
Pelanggan lain juga terlibat: masalah pengendalian
Karyawan mencerminkan dan mewujudkan bisnis jasa: relasi pribadi
Lingkungan jasa: mendiferensiasikan bisnis
Kesulitan dalam produksi massal: pertumbuhan
membutuhkan jaringan kerja sama Heterogeneity
Standarisasi sukar dilakukan: sangat tergantung pada
sumber daya manusia yang terlibat
Kualitas sulit dikendalikan: heterogenitas lingkungan Perishability
Tidak dapat disimpan: tidak ada sediaan
Masalah beban periode puncak: produktivitas rendah
Sulit menentukan harga jasa: masalah penetapan harga
Lack of ownership
Pelanggan tidak dapat memiliki jasa: jasa disewakan
Sumber: Tjiptono 2005:23
Menurut Kotler dan Amstrong 2008:15, perusahaan harus mempertimbangkan empat karakteristik jasa tertentu ketika merancang program
pemasaran, antara lain: 1.
Tidak berwujud Intangibility Jasa merupakan sesuatu yang tidak berwujud, artinya tidak dapat dilihat,
dirasa, diraba, dicium atau didengar sebelum dibeli. Hal ini mengakibatkan pelanggan tidak dapat memprediksi hasilnya sebelum membeli jasa tersebut.
Kesulitan untuk memprediksi suatu jasa membuat seseorang mencari bukti- bukti yang dapat menunjukkan kualitas suatu jasa. Kualitas suatu jasa dapat
diprediksikan melalui tempat jasa tersebut diproduksi atau dihasilkan orang penghasil jasa, peralatan, alat komunikasi, simbol dan harga jasa tersebut.
2. Ketidakpastian jasa Inseparability
Berbeda halnya dengan barang-barang fisik yang diproduksi, disimpan dalam persediaan, didistribusi, melalui berbagai macam penjual dan pada
saat jasa diproduksi dan langsung mengkonsumsi jasa tersebut. Hal ini mengakibatkan kualitas jasa ditentukan oleh interaksi produsen dengan
pelanggan. Maka dari itu, efektivitas individu dalam menyampaikan jasa merupakan unsur yang penting dalam pemberian jasa.
3. Keragaman jasa Variability
Jasa sangat bervariasi karena sangat tergantung pada siapa yang menghasilkan, kapan dan dimana jasa tersebut dihasilkan. Pembeli jasa
menyadari tingginya variabilitas jasa dan biasanya mencari informasi atau membicarakannya dengan orang lain sebelum membeli suatu jasa. Ada tiga
faktor yang menyebabkan variabilitas jasa, yaitu kerja samapartisipasi
pelanggan selama penyampaian jasa, moral atau motivasi karyawan dalam melayani pelanggan dan beban kerja perusahaan.
4. Tidak tahan lamaPerishability
Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Dengan demikian, bila suatu jasa tidak digunakan, maka jasa tersebut akan
berlalu begitu saja. Hal ini mengakibatkan kapasitas produksi menjadi faktor yang kritikal. Perishability juga berakibat pada manajemen
permintaan terhadap jasa. Jika permintaan bersifat tetap, perusahaan tidak akan menghadapi masalah yang rumit. Tetapi jika permintaan berfluktuasi,
maka perusahaan akan menghadapi masalah rumit, sehingga perusahaan perlu melakukan penyesuaian antara kapasitas produksi atau supply dengan
permintaan.
2.2.2 Klasifikasi Jasa
Konsekuensi dari adanya berbagai macam variasi bauranantara barang dan jasa maka sulit untuk menggeneralisasi jasa bilatidak melakukan pembedahan
lebih lanjut. Banyak pakar yangmelakukan klasifikasi jasa, dimana masing- masing ahlimenggunakan dasar pembedahan yang disesuaikan dengan
sudutpandangnya masing-masing. Menurut William J. Stanton dalam Mts. Arief 2007:42 jasa dapat
diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu: 1.
Jasa komersial Jasa komersial merupakan jasa yang diberikan oleh suatu perusahaan
dengan tujuan untuk mencari keuntungan, termasuk jasa perusahaan, jasa
rumah tangga, rekreasi dan hiburan, jasa asuransi, jasa transportasi, dan jasa komunikasi.
2. Jasa non-komersial
Jasa non-komersial merupakan jasa yang diberikan perusahaan kepada konsumen yang membutuhkan dan perusahaan tersebut tidak mencari
keuntungan, misalnya panti asuhan, panti jompo, dan jasa lain yang pada umumnya ditujukan untuk kepentingan sosial.
Sedangkan Lovelock dalam Tjiptono 2005:26 mengungkapkan bahwa jasa dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuh kriteria, yaitu:
1. Segmen pasar
Berdasar segmen pasar, jasa dapat dibedakan menjadijasa kepada konsumen akhir misalnya taksi, asuransi jiwa, danpendidikan dan jasa kepada
konsumen organisasionalmisalnya biro periklanan, jasa akutansi dan perpajakan, jasa konsultasimanajemen.
2. Tingkat keberwujudan
Kriteria ini berhubungan dengan tingkat keterlibatan produk fisik dengan konsumen. Berdasarkan kriteria ini, jasa dapat dibedakan menjadi tiga
macam yaitu rented-goods services, owned-goods services, non-goods services.
3. Keterampilan penyedia jasa
Berdasarkan tingkat keterampilan penyedia jasa, terdapat dua tipe pokok jasa yang terdiri dariprofessional servicesmisalnya konsultan pajak dan
manajemendan non-professional servicesmisalnya sopir taksi dan penjaga malam.
4. Tujuan organisasi jasa
Berdasarkan tujuan organisasi, jasa dapat diklasifikasikan menjadi commercial services atau profit services misalnya penerbangan, bank,
penyewaan mobil, bioskop dan hotel dan non-profit services seperti sekolah, yayasan dan bantuan, panti asuhan, panti wreda, perpustakaan
umum, dan museum. 5.
Regulasi Dari aspek regulasi, jasa dapat dibagi menjadi regulated services misalnya
jasa pialang, angkutan umum, dan perbankan dan non-regulated services seperti jasa makelar, katering, kos dan asrama, serta pengecatan rumah.
6. Tingkat intensitas karyawan
Berdasrkan tingkat intensitas karyawan keterlibatan tenaga kerja, jasa dapat dikelompokkan menjadi dua macam: equipment-based services
seperti mesin ATM, Internet banking, dan vending machines dan people- based services seperti akuntan, konsultan hukum, dan konsultan
manajemen. 7.
Tingkat kontak penyedia jasa dan pelanggan Berdasarkan tingkat kontak ini, secara umum jasa dapat dibagi menjadi
high-contactservices seperti universitas, bank, dan dokter dan low-contact services misalnya bioskop dan layanan pos.
Berdasarkan klasifikasi Organisasi Perdagangan Dunia World Trade Organization-WTO, ruang lingkup klasifikasi bisnis jasa meliputi Lupiyoadi,
2006:19: jasa bisnis, jasa komunikasi, jasa konstruksi dan jasa teknik, jasa distribusi, jasa pendidikan, jasa lingkungan hidup, jasa keuangan, jasa kesehatan
dan jasa sosial, jasa kepariwisataan dan jasa perjalanan, jasa rekreasi, budaya dan olahraga, dan yang terakhir jasa transportasi.
2.3 Kualitas Pelayanan
Kualitas adalah sebuah kata yang bagi penyedia jasa merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik. Aplikasi kualitas sebagai sifat dari
penampilan produk atau kinerja merupakan bagian utama strategi perusahaan dalam rangka meraih keunggulan yang berkesinambungan, baik sebagai
pemimpin pasar ataupun sebagai strategi untuk terus tumbuh. Keunggulan suatu produk jasa adalah tergantung dari keunikan serta kualitas yang diperlihatkan oleh
jasa tersebut, apakah sudah sesuai dengan harapan dan keinginan pelanggan. Menurut American Society for Quality Control dalam Kotler dan Keller
2009:143, kualitas quality adalah totalitas fitur dan karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang
dinyatakan atau tersirat. Ini jelas merupakan definisi yang berpusat pada pelanggan.
Definisi mutu jasa berpusat pada pemenuhan kebutuhan dan keinginanpelanggan serta ketepatan penyampaian untuk mengimbangi harapan
pelanggan. Menurut Wyckof dalam Wisnalmawati 2005:155, kualitas jasa adalah tingkatkeunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat
keunggulan untuk memenuhi keinginan pelanggan. Kualitas layanan mengacu pada penilaian-penilaian pelanggan tentang inti
pelayanan, yaitu pemberi pelayanan itu sendiri atau keseluruhan organisasipelayanan, sebagian besar masyarakat sekarang mulai memperlihatkan
tuntutanterhadap pelayanan prima, mereka bukan lagi sekedar membutuhkan
produk yangbermutu tetapi mereka lebih senang menikmati kenyamanan pelayanan Nanang Tasunar, 2006:44. Oleh karena itu dalammerumuskan strategi
dan program pelayanan, organisasi harus berorientasi padakepentingan pelanggan dan sangat memperhatikan dimensi kualitasnya Suratnodan Purnama, 2004:74.
2.3.1 Model Service Quality
Sebuah perusahaan jasa dituntut untuk mampu menjagadengan baik dimensi dari kualitas jasa. Jika tidak, hal tersebutdapat menimbulkan kesenjangan antara
perusahaan denganpelanggan, karena perbedaan persepsi mereka tentang wujudpelayanan. Salah satu model yang digunakan untuk menganalisakualitas
pelayanan adalah dengan mengidentifikasi kesenjangan gap yang terjadi. Menurut Zeithaml dalam Tjiptono 2005:262, terdapat 5 kesenjangan gap
dalam kualitas jasa pelayanan, yaitu sebagai berikut: 1.
Gap pertama Kesenjangan antara harapan konsumen dan persepsi manajemen terhadap
harapan pelanggan knowledge gap. Pihak manajemen perusahaan tidak selalu dapat memahami harapan pelanggan secara akurat.
2. Gap kedua
Perbedaan antara persepsi manajemen terhadap harapan konsumen dan spesifikasi kualitas jasa Standards gap. Dalam situasi-situasi tertentu,
manajemen mungkin mampu memahami secara tepat apa yang diinginkan pelanggan, namun mereka tidak menyusun standar kinerja yang jelas.
3. Gap ketiga
Perbedaan antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa delivery gap. Gap ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya: karyawan
kurang terlatih, beban kerja terlampau berlebihan, standar kinerja tidak dapat dipenuhi oleh karyawan atau bahkan karyawan tidak bersedia
memenuhi standar kinerja yang ditetapkan. Selain itu, mungkin pula karyawan dihadapkan pada standar-standar yang kadangkala saling
bertentangan satu sama lain. 4.
Gap keempat Berupa perbedaan antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal
communications gap. Seringkali harapan pelanggan dipengaruhi iklan dan pernyataanjanjislogan yang dibuat perusahaan. Risikonya, harapan
pelanggan bisa membumbung tinggi dan sulit dipenuhi, terutama jika perusahaan memberikan janji yang muluk-muluk.
5. Gap kelima
Kesenjangan antara jasa yang dipersepsikan dan jasa yang diharapkan service gap. Gap ini terjadi apabila pelanggan mengukur kinerjaprestasi
perusahaan dengan caraukuran yang berbeda, atau bisa juga mereka keliru mempersepsikan kualitas jasa tersebut.
Model Servqual service quality dibangun berdasarkan asumsi bahwa konsumen membandingkan kinerja atribut jasa dengan standar idealsempurna
untuk masing-masing atribut tersebut. Bila kinerja atribut melampaui standar, maka persepsi atas kualitas jasa keseluruhan akan meningkat dan sebaliknya.
Ringkas kata, model ini menganalisis gap antara dua variabel pokok, yakni jasa yang diharapkan dan jasa yang dipersepsikandirasakan.
Gambar 2.1 Model Konseptual Servqual Service Quality
GAP 5
PEMASAR GAP 4
GAP 1 GAP 3
GAP 2
Sumber: Zeithaml dalam Tjiptono 2005:263
Dari gambar model Servqual diatas dapatdijelaskan bahwa pelayanan yang diharapkan konsumen berasal dari komunikasi gethok tular atau dari mulut ke
mulut, kebutuhan pribadi,pengalaman masa lalu dan komunikasi eksternal pada pelanggan. Sedangkanpemasar selalu berusaha agar dapat memberikan pelayanan
dengan kualitas yang tinggi. Oleh karena itu, pihak manajemen harus bisa Komunikasi
Gethok Tular Kebutuhan
Pribadi Pengalaman
Masa Lalu
Jasa yang Diharapkan
Jasa yang Dipersepsikan
Penyampaian Jasa
Spesifikasi Kualitas Jasa
Persepsi Manajemen atas Harapan Pelanggan
Komunikasi Eksternal Pada Pelanggan
mempersepsikan secara tepat apa yang menjadi harapankonsumen, selanjutnya harus bisa dijabarkan secara spesifik dansekaligus dibutuhkan juga ketepatan
dalam penyampaianpelayanan. Begitu juga komunikasi eksternal yang disampaikanoleh perusahaan harus sesuai dengan yang sebenarnya.
Faktor utama yang mempengaruhi kualitas pelayanan ituadalah layanan yang diharapkan dan layanan yang dirasakan.Pihak perusahaan berharap agar
pelayanan yang dirasakan olehpelanggan lebih tinggi atau setidaknya sesuai dari pelayananyang diharapkan oleh pelanggan, oleh sebab itu kualitas pelayananakan
dipersepsikan sebagai kualitas pelayanan yang ideal.
2.3.2 Dimensi Kualitas Pelayanan
Jasa bersifat intangible dan lebih merupakan proses yang dialami pelanggan secara subjektif, dimana aktivitas produksi dan konsumsi berlangsung pada saat
bersamaan. Selama proses tersebut berlangsung, terjadi interaksi yang meliputi serangkaian moments of truth antara pelanggan dan penyedia jasa. Apa yang
terjadi selama interaksi tersebut akan sangat berpengaruh terhadap jasa yang dipersepsikan pelanggan Tjiptono, 2005:259.
Menurut Gronroos dalam Mts. Arief 2007:118 kualitaspelayanan terdiri dari tiga dimensi atau komponen utama yang terdiri dari:
a. Technical quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas output
yang diterima oleh pelanggan. Bisa diperinci lagi menjadi : 1.
Search quality, yaitu kualitas yang dapat dievaluasi pelanggan sebelum membeli, misalnya: harga dan barang.
2. Exprience quality, yaitu kualitas yang hanya bisa dievaluasi pelanggan
setelah membeli atau mengkonsumsi jasa atau produk. Contohnya ketepatan waktu, kecepatan pelayanan, dan kerapihan hasil.
3. Crendence quality, yaitu sesuatu yang sukar dievaluasi pelanggan,
meskipun telah mengkonsumsi suatu jasa. b.
Functional quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas cara penyampaian suatu jasa.
c. Corporate image, yaitu profit, reputasi, citra umum, dan daya tarik khusus
suatu perusahaan. Pengukuran kualitas jasa dalam model Servqual didasarkan pada skala multi
item yang dirancang untuk mengukur harapan dan persepsi pelanggan, serta gap di antara keduanya dalam dimensi-dimensi kualitas jasa. Parasuraman dalam
Lupiyoadi dan Hamdani 2006:182 menyempurnakan lima dimensi utama dalam kualitas jasa yakni sebagai berikut:
1. Bukti Fisik Tangibles
Bukti fisik tangibles yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan
kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan yang dapat diandalkan serta keadaan lingkungan sekitarnya merupakan salah satu cara perusahaan
jasa dalam menyajikan kualitas layanan terhadap pelanggan. 2.
Kehandalan Reliability Keandalan reliability adalah kemampuan perusahaan memberikan
pelayanan sesuai dengan apa yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang tercermin dari
ketepatan waktu, pemberian informasi yang jelas, dan pengetahuan luas terhadap kebutuhan pelanggan.
3. Daya Tanggap Responsiveness
Daya tanggap responsiveness adalah suatu kebijakan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada para pelanggan dengan
penyampaian informasi yang jelas. Memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan dapat meningkatkan kualitas pelayanan jasa yang
diberikan oleh perusahaan. 4.
Jaminan Assurance Jaminan assurance adalah kemampuan para pegawai perusahaan untuk
menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan. Hal ini meliputi beberapa komponen, antara lain: kredibilitas, keamanan, dan
permasalahan yang dapat terselesaikan. 5.
Empati Empathy Empati empathy yaitu memberikan sikap yang tulus dan bersifat individual
atau pribadi yang diberikan kepada pelanggan dengan berupaya memahami keinginannya. Suatu perusahaan dapat berhasil tumbuh dan berkembang
apabila dapat mengerti kebutuhan dan keinginan pelanggannya. Dari beberapa pendapat para ahli tentang dimensi kualitas pelayanan,dapat
disimpulkan beberapa dimensi yang kredibel yaitu dengan memenuhi syaratagar sebuah pelayanan memungkinkan untuk menimbulkan kepuasan
pelanggan.Adapun dimensi-dimensi tersebut yaitu: tangibles atau bukti fisik, reliability atau keandalan, responsiveness atau daya tanggap, assurance atau
jaminan, empathy atau kepedulian.
2.3.3 Strategi Meningkatkan Kualitas Pelayanan
Berbagai hasil studi menunjukkan, bahwa perusahaan jasa yang dikelola dengan sangat baik memiliki sejumlah persamaan, di antaranya adalah Kotler
dalam Supranto, 2006:231: 1.
Konsep Strategis Perusahaan jasa ternama memiliki pengertian yang jelas mengenai
pelanggan sasaran dan kebutuhan pelanggan yang akan mereka puaskan. Untuk itu dikembangkan strategi khusus untuk memuaskan kebutuhan ini
yang menghasilkan kesetiaan pelanggan. 2.
Sejarah komitmen kualitas manajemen puncak Tidak hanya melihat pada prestasi keuangan bulanan, melainkan juga pada
kinerja jasa. 3.
Penetapan standar tinggi Penyedia jasa terbaik menetapkan standar kualitas jasa yang tinggi, antara
lain berupa kecepatan respon terhadap keluhan pelanggan dan ketepatan. 4.
Sistem untuk memonitor kinerja jasa Secara rutin memeriksa kinerja jasa perusahaan maupun pesaingnya.
5. Sistem untuk memuaskan keluhan pelanggan
Menanggapi keluhan pelanggan dengan cepat dan ramah. 6.
Memuaskan karyawan sama seperti pelanggan Percaya bahwa hubungan karyawan akan mencerminkan hubungan
pelanggan. Manajemen menjalankan pemasaran internal dan menciptakan lingkungan yang mendukung dan menghargai prestasi pelayanan karyawan
yang baik. Secara teratur manajemen memeriksa kepuasan karyawan akan pekerjaannya.
Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dalam meningkatkan kualitas pelayanan. Menurut Tjiptono2000:88 terdapat faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam upayameningkatkan kualitas pelayanan. Faktor-faktor yang perlumendapat perhatian adalah:
1. Mengidentifikasi determinan utama kualitas jasa
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan riset untuk mengindentifikasi determinan jasa yang paling penting bagi pasar sasaran
dan memperkirakan penilaian yang diberikan pasar sasaran terhadap perusahaan dan pesaing berdasarkan determinan-determinan tersebut.
Dengan demikian dapat diketahui posisi relatif perusahaan di mata pelanggan dibandingkan para pesaing, sehingga perusahaan dapat
memfokuskan upaya peningkatan kualitasnya pada determinan-determinan tersebut.
2. Mengelola harapan pelanggan
Semakin banyak janji yang diberikan, maka semakin besar pula harapan pelanggan yang pada gilirannya akan menambah peluang tidak dapat
terpenuhinya harapan pelanggan oleh perusahaan. Untuk itu ada satu hal yang dapat dijadikan pedoman yaitu jangan janjikan apa yang tidak bisa
diberikan tetapi berikan lebih dari yang dijanjikan. 3.
Mengelola bukti evidence kualitas jasa Pengelolaan bukti kualitas jasa bertujuan untuk memperkuat persepsi
pelanggan selama dan sesudah jasa diberikan. Oleh karena itu jasa
merupakan kinerja dan tidak dapat dirasakan sebagaimana halnya barang, maka pelanggan cenderung memperhatikan fakta-fakta tangibles yang
berkaitan dengan jasa sebagai bukti kualitas. 4.
Mendidik konsumen tentang jasa Pelanggan yang lebih terdidik akan dapat mengambil keputusan secara lebih
baik. Oleh karenanya kepuasan mereka dapat tercipta lebih tinggi. 5.
Mengembangkan budaya kualitas Budaya kualitas merupakan sistem nilai organisasi yang menghasilkan
lingkungan yang kondusif bagi pembentukan dan penyempurnaan kualitas secara terus menerus. Budaya kualitas terdiri dari filosofi, keyakinan, sikap,
norma, nilai, tradisi, prosedur, dan harapan yang meningkatkan kualitas. 6.
Menciptakan automating quality Adanya otomatisasi dapat mengatasi variabilitas kualitas jasa yang
disebabkan kurangya sumberdaya manusia yang dimiliki. 7.
Menindaklanjuti jasa Menindaklanjuti jasa dapat membantu memisahkan aspek-aspek jasa yang
perlu ditingkatkan. Perusahaan perlu mengambil inisiatif untuk menghubungi sebagian atau semua pelanggan untuk mengetahui tingkat
kepuasan dan persepsi mereka terhadap jasa yang diberikan. Perusahaandapat pula memberikan kemudahan bagi para pelanggan untuk
berkomunikasi, baik menyangkut kebutuhan maupun keluhan mereka. 8.
Mengembangkan sistem informasi kualitas jasa Sistem informasi kualitas jasa merupakan suatu sistem yang menggunakan
berbagai macam pendekatan riset secara sistematis untuk mengumpulkan
dan menyebarluaskan informasi kualitas jasa guna mendukung pengambilan keputusan. Informasi dibutuhkan mencakup segala aspek, yaitu data saat ini
dan masa lalu, kuantitatif dan kualitatif, internal dan eksternal, serta informasi mengenai perusahaan dan pelanggan.
2.4 Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu usaha, hal ini dikarenakan dengan memuaskan pelanggan, perusahaan dapat
meningkatkan pendapatan profit dan mendapatkan pangsa pasar yang lebih luas. Dewasa ini perhatian terhadap kepuasan maupun ketidakpuasan pelanggan telah
semakin besar karena pada dasarnya tujuan dari suatu perusahaan adalah untuk menciptakan rasa puas pada pelanggan. Semakin tinggi tingkat kepuasan
pelanggan, maka akan mendatangkan keuntungan yang semakin besar bagi perusahaan, karena pelanggan akan melakukan pembelian ulangterhadap produk
perusahaan. Namun, apabila tingkat kepuasan yang dirasakan pelanggan kecil, maka terdapat kemungkinan bahwa pelanggan tersebut akanpindah ke produk
pesaing. Tse dan Wilton 1988 dalam Lupiyoadi 2004:349 kepuasan atau
ketidakpuasan pelanggan adalah responpelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian disconfirmation yang dirasakanantara harapan sebelumnya dan
kinerja aktual produk yang dirasakan setelahpemakaiannya.Kepuasan pelanggan merupakan respons pelanggan terhadapketidaksesuaian antara tingkat kepentingan
sebelumnya dan kinerja aktual yangdirasakannya setelah pemakaian Rangkuti, 2002:30. Kepuasan pelanggandipengaruhi oleh persepsi kualitas jasa, kualitas
produk, harga dan faktor-faktoryang bersifat pribadi serta yang bersifat situasi sesaat.
Menurut Oliver 1980 dalam Supranto 2006:233, kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerjahasil yang dirasakannya
dengan harapannya. Jadi, tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja di bawah harapan,
maka pelanggan akan kecewa. Bila kinerja sesuai dengan harapan, pelanggan akan puas. Sedangkan bila kinerja melebihi harapan, pelanggan akan sangat puas.
Harapan pelanggan dapat di bentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi pemasar dan saingannya.
Pelanggan yang puas akan setia lebih lama, kurang sensitif terhadap harga dan memberi komentar yang baik tentang perusahaan. Untuk menciptakan kepuasan
pelanggan, perusahaan harus menciptakan dan mengelola suatu sistem untuk memperoleh pelanggan yang lebih banyak dan kemampuan untuk
mempertahankan pelanggannya. Kepuasan merupakan perbedaan antara harapan dankinerja. Apabila harapan
tinggi sementara kinerja biasa saja makakepuasan tidak tercapai, sebaliknya bila kinerja melebihi harapanmaka kepuasan meningkat. Teori kepuasan konsumen
didasarkanpada upaya meminimalkan kesenjangan gap tersebut. Kepuasanmerupakan fungsi dari kesan kinerja dan harapan. Jika kinerja lebihbaik
daripada harapan, maka itulah yang dinamakan kepuasan.Sebaliknya jika kinerja lebih buruk daripada harapan, maka akanmenimbulkan kesenjangan atau gap.
Secara konseptual, kepuasan pelanggan dapat digambarkan seperti dibawah ini:
Gambar 2.2 Konsep Kepuasan Pelanggan
Sumber: Tjiptono 1997:25
Kotler dalam Lupiyoadi dan Hamdani 2006 mengemukakan bahwa pencapaian kepuasan pelanggan melalui kualitas pelayanan dapat ditingkatkan
dengan beberapa pendekatan sebagai berikut: 1.
Memperkecil kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara pihak
manajemen dan pelanggan. 2.
Perusahaan harus mampu membangun komitmen bersama untuk menciptakan visi didalam proses perbaikan pelayanan.
3. Memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk menyampaikan keluhan.
4. Mengembangkan dan menerapkan accontable, proactive dan partnership
marketing sesuai dengan situasi pemasaran. Tujuan
Perusahaan
Nilai Produk Bagi Pelanggan
Kebutuhan dan Keinginan Pelanggan
Harapan Pelanggan Terhadap Produk
Tingkat Kepuasan
Pelanggan Produk
Menurut Badan Perlindungan Konsumen Nasional, pemantau kepuasan pelanggan dapat menjadi salah satu cara efektif dalam mengimplementasikan
Undang – Undang perlindungan konsumen. Berdasarkan Undang – Undang No.8 tahun 1999 mengenai hak dan kewajiban konsumen dalam pelaku usaha tentang
perlindungan konsumen salah satunya:
Tabel 2.2 Undang – Undang Perlindungan Konsumen
Keterangan Hak
Kewajiban Konsumen
Pasal 4 ayat 1 “hak atas kenyamanan, kemanan, dan
keselamatan dalam memakai atau mengkonsumsi barang atau
jasa.” Pasal 5 ayat 1 “membaca atau
mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian,
pemanfaatan barang dan atau jasa demi keamanan
keselamatan.”
Pelaku Usaha
Pasal 6 ayat 1 “hak untuk menerima pembayaran yang
sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar
barang dan atau jasa yang diperdagangkan.”
Pasal 7 ayat 2 “memberikan informasi yang benar, jelas dan
jujur mengenai kondisi dan jaminan barang.”
Sumber: UU No.8 Tahun 1999 2.4.1 Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Tingkat kepuasan pelanggan sangat bergantung pada mutu suatu produk. Dalam hal ini produk bisa berarti barang atau jasa. Menurut Montgomery 1985
dalam Supranto 2006:2: “Quality is the extent to which products meet the requirements of people who use them”. Jadi, suatu produk dikatakan bermutu bagi
seseorang kalau produk tersebut dapat memenuhi kebutuhannya. Berbagai teknik
pengukuran dapat memberikan indeks mutu mengenai proses bisnis, proses pengadaan produk berupa barang atau jasa.
Pemantauan dan pengukuran terhadap kepuasan pelanggan telah menjadi hal yang sangat esensial bagi setiap perusahaan. Hal ini dikarenakan langkah
tersebut dapat memberikan umpan balik dan masukan bagi keperluan pengembangan dan implementasi strategi peningkatan kepuasan pelanggan.
Menurut Kotler dalam Tjiptono 1997:34, paling tidak ada empat metode yang banyak dipergunakan dalam mengukur kepuasan pelanggan, antara lain:
1. Sistem Keluhan dan Saran
Organisasi atau perusahaan perlu memberikan kesempatan yang luas kepada para pelanggannya untuk menyampaikan saran, pendapat, dan keluhan
mereka. Media yang bisa digunakan bisa berupa kotak saran yang diletakkan di tempat-tempat strategis yang mudah dijangkau, kartu
komentar, saluran telepon khusus bebas pulsa, dan lain-lain. 2.
Ghost Shopping Salah satu cara untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan
adalah dengan mempekerjakan beberapa orang untuk berperan atau bersikap sebagai pelanggan atau pembeli potensial produk perusahaan atau pesaing,
kemudian mereka melaporkan hasil temuan-temuannya mengenai kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing berdasarkan pengalaman
mereka dalam pembelian produk atau jasa tersebut. 3.
Lost Cutomer Analysis Perusahaan sebaiknya menghubungi para pelanggan yang telah berhenti
membeli atau yang telah pindah pemasok agar dapat memahami mengapa
hal itu terjadi dan supaya dapat mengambil kebijakan perbaikan selanjutnya. Bukan hanya exit interview saja yang perlu, tetapi pemantauan customer
loss rate juga penting, dimana peningkatan customer loss rate menunjukkan kegagalan perusahaan dalam memuaskan pelanggannya.
4. Survei Kepuasan Pelanggan
Menurut Mc Neal dan Lamb dalam Tjiptono 2005 perusahaan melakukan penelitian survei baik dengan survei melalui pos, telepon, maupun
wawancara pribadi sehingga perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik secara langsung dari pelanggan dan juga memberikan sinyal
positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap para pelanggannya. Lebih lanjut Kotler dalam Tjiptono 1997:35 menyatakan bahwa
pengukuran kepuasan melalui empat metode tersebut dapat dilakukan dengan: 1.
Directly Reportec Satisfaction Pengukuran kepuasan pelanggan secara langsung dengan cara mengajukan
pertanyaan kepada responden secara langsung mengenai seberapa besar tingkat kepuasan pelanggan.
2. Derived Dissatisfaction
Dengan cara memberi pertanyaan kepada responden mengenai seberapa besar mereka mengharapkan suatu atribut tertentu dan seberapa besar yang
mereka rasakan. 3.
Problem Analysis Dalam hal ini responden diminta untuk menuliskan masalah-masalah yang
mereka hadapi berkaitan dengan penawaran dari perusahaan dan juga diminta untuk menuliskan perbaikan-perbaikan yang mereka sarankan.
4. Importance Performance Ratings
Responden diminta untuk meranking berbagai elemen dari penawaran berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen dan seberapa baik kinerja
perusahaan dalam masing-masing elemen.
2.4.2 Strategi Kepuasan Pelanggan
Tujuan utama penyedia jasa adalah memberikan kepuasankepada pelanggannya selain perolehan laba, meskipun demikian,tidaklah mudah untuk
mewujudkan kepuasan pelanggan secaramenyeluruh. Apalagi pelanggan yang dihadapi perusahaan padasaat ini adalah pelanggan yang semakin terdidik dan
menyadariakan hak-haknya. Oleh karena itu walaupun tidak mudah untukmewujudkan kepuasan pelanggan secara total, tentu sajaperusahaan harus
berusaha meminimalkan ketidakpuasanpelanggan dengan membuat suatu strategi yang dapatmenciptakan kepuasan pelanggannya.
Strategi kepuasan pelanggan menyebabkan para pesaing harus berusaha keras dan memerlukan biaya tinggi dalam usahanya merebut pelanggan suatu
perusahaan. Satu hal yang perlu diperhatikan disini adalah bahwa kepuasan pelanggan merupakan strategi jangka panjang yang membutuhkan komitmen, baik
menyangkut dana maupun sumber daya manusia Schnaars, 1991. Menurut Tjiptono 1997:40 ada beberapa strategi yangdapat dipadukan untuk meraih dan
meningkatkan kepuasanpelanggan, diantaranya: 1.
Strategi pemasaran berupa relationship marketing Strategi ini menjelaskan hubungan transaksi antarapenyedia jasa dan
pelanggan berkelanjutan, tidak berakhir setelah penjualan selesai.
Maksudnya dijalin suatukemitraaan jangka panjang dengan pelanggan secara terus-menerussehingga diharapkan dapat menjadi bisnis ulangan.
2. Strategi superior customer service
Strategi ini berusaha menawarkan pelayanan yanglebih unggul dari pesaingnya. Untuk mewujudkannyadibutuhkan dana yang besar,
kemampuan sumber dayamanusia dan usaha yang gigih. Namun, perusahaan denganpelayanan superior ini akan lebih meraih laba dan
tingkatpertumbuhan yang lebih besar dari pada pesainggnya yangmemberikan pelayanan interior.
3. Strategi uncanditional service guarentees atau extraordinary guarentees
Didalam strategi ini, untuk meningkatkan kepuasanpelanggan, perusahaan jasa dapat mengembangkanaugmented service terhadap core service-nya,
misalnya denganmerancang garansi tertentu atau dengan memberikanpelayanan purna jual yang baik. Strategi ini intinya komitmen
untuk memberikan kepuasan kepada pelangganyang pada gilirannya akan menjadi sumber dinamismepenyempurnaan kualitas jasa dan kinerja
perusahaan, jugaakan meningkatkan motivasi para karyawan untuk mencapai tingkat kinerja yang lebih baik dari padasebelumnya.
4. Strategi penanganan keluhan yang efisien
Penanganan keluhan yang baik memberikan peluang untuk mengubah seseorang pelanggan yang tidak puas menjadi pelanggan yang puas.
Ketidakpuasan bisa semakinbesar bila pelanggan yang mengeluh merasa keluhannyatidak diselesaikan dengan baik.
5. Strategi peningkatan kinerja perusahaan
Strategi ini meliputi berbagai upaya sepertimelakukan pemantauan dan pengukuran kepuasan secaraberkesinambungan, memberikan pendidikan
dan pelatihanyang menyangkut komunikasi. 6.
Menerapkan quality function deployment Quality function deployment QFD yaitu praktek untukmerancang suatu
proses sebagai tanggapan terhadapkebutuhan pelanggan. QFD berusaha menterjemahkan apayang dibutuhkan pelanggan dalam proses
pengembanganproduk sedini mungkin sehingga memungkinkanperusahaan memprioritaskan kebutuhan pelanggan,menemukan tanggapan inovatif
terhadap kebutuhantersebut dan memperbaiki proses hingga tercapai efektivitasmaksimum.
2.5 Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Hasan 2006 dalam Jurnalnya yang
berjudul“Pengaruh Kualitas Jasa Bank Syariah Terhadap Kepuasan Nasabah padaBank Muamalat Indonesia Cabang Semarang” dengan variabel-
variabelpenelitian adalah compliance, assurance, tangibles, reliability, empathy,responsiveness, dan kepuasan nasabah didapatkan hasil bahwa
variabelcompliance, assurance, tangibles, reliability, empathy, responsivenessberpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan
nasabah. 2.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ida Manullang 2008 yang berjudul “Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Jasa
Penerbangan PT. Garuda Indonesia Airlines di Bandara Polonia Medan” dengan variabel kualitas pelayanan yang dilihat dari 5 dimensi: bukti fisik,
keandalan, daya tanggap, jaminan, dan empathy secara simultan maupun parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pelanggan
jasa penerbangan PT. Garuda Indonesia Airlines di Bandara Polonia Medan. Variabel yang paling dominan memiliki pengaruh signifikan adalah
keandalan. 3.
Penelitian yang dilakukan oleh Ronny Wijanarko 2008 dengan judul “Pengaruh Kualitas Jasa Terhadap Kepuasan Pelanggan Pada AHASS PT.
Mitra Pinasthika Mustika Malang” dengan variabel kualitas jasa memakai penilaian bukti fisik, keandalan, daya tanggap, jaminan, dan empati sebagai
variabel pengukurnya. Didapat hasil bahwa kualitas jasa secara simultan dan parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pelanggan.
Sedangkan variabel yang dominan adalah variabel jaminan.
2.6 Kerangka Konseptual