Analisis Analysis Penerapan Implemention

5. pelaksanaan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan dan rumah tangga. Gambar 4.3 Struktur Organisasi Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional Sumber: Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional, 2010: 6

4.2. Analisis Analysis

Analisis teknologi yang akan digunakan dalam analisis kesesuaian agroklimat pisang berupa pemilihan aplikasi yang akan digunakan seperti Microsoft Wndows XP Profesional SP2, Arcview 3.2 dengan ekstensi JPEG JFIF Image Support, Spatial Analyst untuk penginputan dan pengolahan data spasial maupun data atribut dan Polygon thiessen untuk membuat peta kesesuaian atau peta agroklimat dan Microsoft Excel untuk pengolahan dan penyimpanan data atribut. Perangkat keras seperti komputer Pc Pentium R IV 1.80 HGz dengan memory 256 MB DDR, Harddisk 1.79 GHz, Microsoft Excel digunakan oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor khususnya Bidang Produksi untuk mengolah dan menyimpan data produksi dan pembangunan pertanian Kabupaten Bogor dan sebagai dasar untuk membuat laporan pertanian dan kehutanan tahunan Monografi Pertanian dan Kehutanan Tahunan. Aplikasi ArcView dan Microsoft Excel, Thermometer untuk mengukur suhu udara, penakar hujan tipe Obsevatorium, bola basah dan bola kering untuk mengukur kelembaban udara, GPS untuk menentukan koordinat, Psychrometer yang digunakan oleh BBMG untuk mencatat data iklim sebagai bahan dasar pengolahan dan pembuatan laporan meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika. Contohnya Pelaporan Data Iklim dan Agroklimat tahunan.

4.3. Perancangan Design

Tahap perancangan adalah proses input data ke dalam database yaitu data iklim yang meliputi curah hujan, suhu udara dan kelembaban udara sehingga pada akhirnya menghasilkan peta curah hujan, peta suhu udara dan peta kelembaban udara. U nsur iklim yang digunakan sebagai dasar adalah curah hujan, dengan data hujan bulanan paling sedikit 10 tahun yang didasarkan pada panjang periode bulan kering dan bulan basah berturut-berturut Badan Meteorologi dan Geofisika, 2009: 4. Penelitian dilakukan di Kabupaten Bogor, dimana peta Kabupaten Bogor yang ada di Arcview dibuat peta curah hujan, suhu udara dan kelembaban udara, kemudian dibuat peta kesesuaian agroklimat pisang Kabupaten Bogor tahun 2008. Adapun langkah-langkah pembuatan aplikasi tersebut, dapat diuraikan lebih jelas lagi sebagai berikut:

4.3.1. Menentukan Peta Kabupaten Bogor

a Buka ArcView GIS 3.2. b Buka View baru, dengan meng-klik New pada Toolbox View. c Klik atau Add Theme, maka akan muncul Gambar 4.4. Gambar 4.4 Menu Add Theme d Pilih file kab_bogor.shp, lalu klik OK. Langkah pertama dalam analisis kesesuaian agroklimat pisang adalah menentukan peta Kabupaten Bogor yang didapat dari Bakosurtanal dalam format shapefile atau .shp. e Setelah itu check list kab_bogor.shp Gambar 4.5 Hasil Add Theme Gambar 4.5 tampak hasil dari peta Kabupaten Bogor yang telah di check list. Peta dasar Kabupaten Bogor inilah yang akan diolah menjadi peta iklim dan peta agroklimat tanaman pisang. f Kemudian klik file pilih Extensions. Gambar 4.6 Menu Extensions Setelah menentukan peta Kabupaten Bogor, maka langkah selanjutnya adalah mengaktifkan Extentions yang ada dalam software ArcView GIS 3.2. Extentions tersebut yang akan membantu proses pembuatan peta agroklimat pisang. Extentions tersebut antara lain Geoprocessing, Graticules and Measured Grids, JPEG JFIF, ModelBuilder, Image Support, Spatial Analyst untuk penginputan dan pengolahan data spasial maupun data atribut dan Polygon Thiessen untuk membuat peta kesesuaian agroklimat. d Kemudian klik Theme lalu pilih Convert to Grid, pada menu Grid Name tuliskan “Nwkab_bogor”, letakkan pada folder yang sudah dibuat lalu klik OK. Gambar 4.7 Menu Convert to Grid Langkah selanjutnya adalah meng-grid peta Kabupaten Bogor. Hal ini dilakukan untuk menentukan wilayah penelitian hanya di Kabupaten Bogor. e Pada menu Output Grid Extent: same As kab_bogor.shp dan pada menu output grid cell size: 0.009, klik enter lalu OK. Gambar 4.8 Menu Conversion Extent Output Grid Extent artinya seberapa besar theme grid akan dibuat. Ada beberapa pilihan, diantaranya Same as View berarti sebesar View, Same as Display sesuai dengan tampilan dilayar dan Same as sebesar theme lain yang ada pada View tersebut kab_bogor.shp. Output Grid Cell Size menunjukkan ukuran sel atau resolusi spasial. Semakin kecil nilai yang digunakan semakin detail informasi yang dapat disimpan dan semakin besar ukuran file hasil konversinya dan begitupun sebaliknya. Number of Rows dan Number of Columns akan menyesuaikan dengan ukuran sel yang digunakan. f Pada menu Pick field for cell values: klik “Nm_kec” lalu klik OK, kemudian klik Yes dan pindahkan hasil yang telah di convert ke bagian paling bawah. Gambar 4.9 Menu Conversion Field Tampilan grid peta Kabupaten Bogor didasarkan pada kecamatan. Hal ini dilakukan karena analisis spasial agroklimat pisang adalah seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor. Gambar 4.10 menunjukan hasil dari grid peta Kabupaten Bogor berdasarkan kecamatan. Gambar 4.10 Hasil Convert to Grid g Kemudian langkah selanjutnya yaitu pilih Analysis  Properties Analysis Mask  Grid name  OK seperti tampak pada Gambar 4.11. Gambar 4.11 Menu Analysis Properties Analysis Properties berfungsi untuk membatasi ukuran output sesuai dengan daerah yang ditentukan, dalam hal ini pada Analysis Mask menggunakan ukuran output sesuai dengan daerah pada theme grid yang dipilih pada view, yaitu “Nwkab_bogor”.

4.3.2. Membuat Peta Curah Hujan, Peta Suhu Udara dan Peta Kelembaban

Udara a Klik Add Table nama file data.dbf, contoh “rekap hujan kab bogor1.dbf. ” Gambar 4.12 Menu Add Table Setelah menentukan peta dasar Kabupaten Bogor, langkah selanjutnya adalah membuat peta curah hujan, peta suhu udara dan peta kelembaban udara. Peta-peta iklim ini yang akan membantu mengevaluasi kondisi iklim Kabupaten Bogor khususnya kecamatan yang menjadi sentra produksi pisang. Untuk membuat peta iklim tersebut, data yang diperlukan adalah data iklim curah hujan, suhu udara dan kelembaban udara yang didapat dari BBMG Wilayah II. Data curah hujan, suhu udara dan kelembaban udara disimpan dalam Microsoft Excel dengan format dBase IV agar dapat diolah oleh ArcView GIS. Contohnya “rekap hujan kab bogor1.dbf”. b Selanjutnya pilih View  Add Event Theme  Pada X = Pilih Bujur dan Y = Pilih Lintang, kemudian klik OK. Gambar 4.13 Menu Add Event Theme Setelah memilih database curah hujan rekap hujan kab bogor1.dbf, kemudian tetapkan bujur dan lintangnya. Hasil dari point curah hujan seperti pada Gambar 4.14. Point curah hujan menunjukkan pos hujan kerjasama yang ada di Kabupaten Bogor. Data spasial yang ditampilkan oleh ArcView adalah data tipe titik Point. Point disajikan dalam sebaran titik objek curah hujan sesuai dengan koordinatnya. Gambar 4.14 Point Curah Hujan h Langkah selanjutnya yaitu data curah hujan diinterpolasi aktifkan data koordinat.dbf, Misalnya: “rekap hujan kab bogor1.dbf” i Surface  Interpolate grid  OK. Gambar 4.15 Menu Output Grid Spesification Langkah selanjutnya adalah meng-interpolated grid database curah hujan rekap hujan kab bogor1.dbf, proses inilah yang akan menghasilkan peta curah hujan. Kemudian tentukan surface peta curah hujan yaitu berdasarkan jumlah curah hujan dalam setahun seperti pada Gambar 4.16. Gambar 4.16 Menu Interpolate Surface j Aktifkan hasil interpolasi. k Klik dua kali pada hasil interpolasi. l Classify isi jumlah klasifikasi yang diinginkan mis=7  OK dan hasil interpolasinya seperti tampak pada Gambar 4.17. Gambar 4.17 Hasil Interpolate Surface Setelah melalui beberapa proses Gambar 4.17 adalah peta curah hujan Kabupaten Bogor. Klasifikasi besaran curah hujan ditiap kecamatan dapat dilihat dari klasifikasi warna berdasarkan besaran nilai curah hujan. Untuk membuat peta suhu udara dan kelembaban udara sama seperti proses yang dilakukan pada curah hujan. m Tambahkan theme “kab_bogorline”. Klik Add theme kemudian pilih theme “kab_bogorline”. Gambar 4.18 Menu Add Theme Menambahkan theme “kab_bogorline” bertujuan untuk membatasi wilayah antar kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor dan agar peta lebih informatif dan menarik. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.19. Gambar 4.19 Garis Batas Kecamatan di Kabupaten Bogor 4.3.3. Menggunakan Sistem Kerja ModelBuilder Untuk menghasilkan peta kesesuaian agroklimat tanaman pisang adalah proses sistem kerja ModelBuilder dengan memilih metode weighted overlay overlay terbobot, hingga diharapkan pihak Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor dapat memahami peta kesesuaian agroklimat tanaman pisang dengan harapan pada saat penyampaian informasi kepada pelaku usaha dan investor yang akan memulai usaha, mendapatkan gambaran yang jelas mengenai wilayah mana saja yang sesuai untuk ditanami pisang berdasarkan kesesuaian agroklimat, sehingga budidaya tanaman pisang dapat dikembangkan dan bisa menghasilkan produksi yang tinggi dengan kualitas baik. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a Check list theme titik iklim, yaitu curah hujan, suhu udara dan kelembaban udara, kemudian klik menu Thiessen Polygon atau , pilih tampilan thiessen iklim contohnya curah hujan berdasarkan jumlah curah hujan selama setahun, kemudian disimpan ke dalam folder yang sudah ditentukan. Gambar 4.20 Menu Build Thiessen Polygons Setelah membuat peta curah hujan, peta suhu udara dan peta kelembaban, langkah selanjutnya adalah membuat polygon thiessen iklim dari point “rekap hujan kab bogor1.dbf”, “rekap suhu udara kab bogor1.dbf” dan “rekap kelembaban kab bogor1.dbf”. Simpan polygon thiessen iklim dengan nama seperti “thiessenhj.shp” curah hujan, “thiessensh.shp” suhu udara dan “thiessenkl.shp” kelembaban udara. Polygon thiessen bertujuan untuk mempresentasikan area atau polygon iklim dan juga sebagai salah satu proses untuk membuat peta agroklimat pisang. Kemudian akan muncul peta iklim yaitu curah hujan, suhu udara dan kelembaban udara yang sudah di thiessen seperti tampak pada Gambar 4.21 adalah thiessen curah hujan. Gambar 4.21 Thiessen Curah Hujan b Model pilih Start ModelBuilder, Model: Model default Gambar 4.22 Menu ModelBuilder pada Model Defaults Setelah menentukan polygon thiessen pada semua parameter iklim, maka langkah selanjutnya adalah sistem kerja ModelBuilder. Pada sistem inilah keseluruhan langkah-langkah yang telah dijalankan seperti interpolated grid dan polygon thiessen akan diproses disini. Untuk membuat peta agroklimat pisang adalah dengan menentukan data kesesuaian agroklimat pisang yang didapat dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. c Pada Menu The extent of this theme: Kab_Bogor. Shp. Gambar 4.23 Menu Model Defaults Tahap awal dalam sistem kerja ModelBuilder adalah menentukan wilayah yang menjadi lokasi penelitian. Dalam hal ini adalah Kabupaten Bogor Kab_bogor.shp seperti tampak pada Gambar 4.23. d Klik Add data pada menu bar ModelBuilder, letakkan pada jendela ModelBuilder. Kemudian klik kiri dan pilih theme, lalu klik kiri lagi dan pilih properties. Kemudian mucul jendela seperti pada Gambar 4.24. Gambar 4.24 Menu Project Theme Sistem kerja ModelBuilder terdiri dari input, proses dan ouput yang dituangkan pada diagram atau flowchart ModelBuilder. Tahap awal menentukan thiessen curah hujan terlebih dahulu sebagai input data curah hujan, suhu udara dan kelembaban udara. Berdasarkan Gambar 4.24 nama thiessen adalah “ThCH” thiessen curah hujan, kemudian pilih “thiessenhj.shp” polygon thiessen curah hujan, yang terakhir curah hujan didasarkan pada jumlah hujan dalam setahun, maka pilih “Sthn” jumlah curah hujan dalam setahun. Gambar 4.25 adalah hasil thiessen curah hujan. Gambar 4.25 Entity Thiessen Curah Hujan e Klik Add Function, letakkan disamping thiessen curah hujan ThCH. Pada function klik kiri kemudian klik Data Conversion  Vector to Grid . Gambar 4.26 Proses Vector to Grid Ubah Function menjadi Vector to Grid. Proses ini sama halnya dengan interpoated grid yang telah dijelaskan diatas. Tujuannya adalah membatasi wilayah penelitian. f Klik kiri Vector Conversion Map, maka muncul jendela seperti Gambar 4.27 lalu klik OK. Gambar 4.27 Menu Derived Theme GridCH Interpolated grid curah hujan menjadi bagian dari proses layout peta agroklimat pisang Kabupaten Bogor. Beri nama interpolated grid ini dengan nama “GridCH” interpolated grid curah hujan. Kemudian untuk mendapatkan relasi antara data ThCH dengan proses GridCH klik Add Connection dan hubungkan dengan garis dari data ThCH ke proses GridCH. Relasi tersebut dapat dilihat dari Gambar 4.28. Gambar 4.28 Relasi Thiessen dengan Grid Relasi ini akan menghasilkan peta interpolated grid polygon thiessen curah hujan, caranya dengan mengklik kiri Run pada Vector Conversion. Peta interpolated grid ini ditujukkan untuk mengevaluasi keadaan iklim Kabupaten Bogor terutama kecamatan yang menjadi sentra produksi pisang berdasarkan kesesuaian lahan. Gambar 4.29 Peta Interpolated Grid Curah Hujan Dari peta hasil interpolated grid curah hujan menununjukkan kontribusi curah hujan Kabupaten Bogor. Peta interpolated grid iklim ini selain sebagai proses untuk membuat peta kesesuaian agroklimat juga sebagai evaluasi kondisi iklim perkecamatan yang ada di Kabupaten Bogor, terutama kecamatan yang menjadi sentra produksi pisang. Evaluasi iklim dilakukan berdasarkan kesesuaian lahan agroklimat pisang. Berdasarkan klasifikasi peta curah hujan Gambar 4.29, curah hujan 2.390-2.795 mm berdasarkan teori agroklimat adalah kesesuaian lahan S1 Kesesuaian Tinggi, meliputi kecamatan Depok, Cimanggis, Gunung Puteri, Bojong Gede, Gunung Sindur, Cileungsi, Cibinong, Sawangan dan sebagian wilayah Parung Panjang, dimana curah ini yang sesuai untuk tanaman pisang. Curah hujan 2.795-3.200 mm berdasarkan teori agroklimat adalah kesesuaian lahan S2 kesesuaian Sedang, meliputi kecamatan Cibungbulang, sebagaian kecil wilayah Leuwiliang, sebagian Ciampea, sebagian Ciomas dan sebagian kecil wilayah Cijeruk. Curah hujan 3.200-4.011 mm S3 Kesesuaian Rendah ada di Cariu, Jonggol, sebagian Citeurep, Cigudeg, Jasinga, Nanggung, sebagian kecil Leuwiliang, Caringin, Ciawi dan Cisarua. Dan curah hujan 4.011-4.471 mm N Tidak Sesuai berada di Kecamatan Semplak, Rumpin, sebagian Parung, Bogor Kota dan Kedunghalang. g Klik Add Function kembali letakkan disamping “GridCH”. Kemudian pada Function klik kiri pilih Reclasification dan klik kiri pada Reclass Map ganti nama menjadi “Reclass CH”. Gambar 4.30 Menu Derived Theme Reclass CH Setelah mendapatkan peta interpolated grid parameter curah hujan, menyambung diagram selanjutnya adalah membuat reclassification curah hujan. Reklasifikasi bertujuan untuk mengelompokkan tahapan-tahapan yang telah dilakukan seperti “ThCH” thiessen curah hujan dan “GridCH” grid curah hujan berdasarkan paramater iklim yang telah ditentukan. Gambar 4.31 Relasi Thiessen, Grid dan Reclass Hubungkan “reclass CH” dengan diagram sebelumnya dengan Add Connect. Dan proses input data untuk parameter curah hujan dalam sistem kerja ModelBuilder telah selesai. Dan lakukan proses yang sama untuk paramater iklim yang lain seperti suhu udara dan kelembaban udara hingga dapat diproses ke tahap selanjutnya yaitu weighted overlay untuk mendapatkan peta agroklimat pisang. h Klik menu add function lalu Overlay: Weighted Overlay, seperti tampak pada Gambar 4.32. Gambar 4.32 Menu ModelBuilder pada Tahap Weighted Overlay Setelah semua parameter iklim diinput dalam sistem kerja ModelBuilder, langkah selanjutnya meng-overlay data tersebut dengan menggunakan metode weighted overlay yaitu pemberian bobot dan skor pada parameter iklim yang mengacu pada data kesesuaian agroklimat pisang yang didapat dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Caranya klik add function, lalu letakkan di samping data iklim, kemudian klik kiri add function pilih overlay selanjutnya weighted overlay seperti pada Gambar 4.32. Setelah itu hubungkan data curah hujan, suhu udara dan kelembaban udara dengan Add Connection seperti yang telah dijelaskan diatas ke weighted overlay. i Diagram ModelBuilder seperti Gambar 4.33. Gambar 4.33 Diagram Sistem Kerja ModelBuilder Hasil dari proses yang telah dilakukan akan tampak pada diagram atau flowchart ModelBuilder pada Gambar 4.33 diatas. Langkah selanjutnya adalah proses Weighted Overlay, caranya klik kiri Weighted Overlay lalu pilih properties maka akan muncul jendela seperti Gambar 4.34. Weighted Overlay dilakukan untuk memberikan bobot dan skor pada paramater iklim curah hujan, suhu udara dan kelembaban udara berdasarkan acuan data kesesuaian agroklimat pisang. Kesesuaian agroklimat pisang S1 Kesesuaian tinggi untuk curah hujan berkisar 2300-2900 mm per tahun, suhu udara berkisar 25-26 o C dan kelembaban udara berkisar antara 80 –84. Sedangkan pemberian bobot parameter iklim antara lain curah hujan 40, suhu udara 40 dan kelembaban udara 20. j Hasil Pembobotan pada kotak weighted overlay seperti tampak pada Gambar 4.34. Gambar 4.34 Scoring dan Pembobotan Parameter Iklim pada Weighted Overlay Pemberian skor pada masing-masing parameter iklim mengacu pada data kesesuaian agroklimat tanaman pisang yang didapat dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Semakin tinggi tingkat kesesuaiannya, maka nilai yang diberikan semakin tinggi. Adapun pemberian skor berkisar dari angka 1 sampai 4 pada scala value-weighted overlay. Berdasarkan data iklim yang didapat dari BBMG Wilayah II yang telah peneliti olah diatas menjadi peta curah hujan menunjukkan curah hujan Kabupaten Bogor berkisar antara 2.390-4.417 mm pertahun, sedangkan S1 Kesesuaian tinggi berkisar 2.300-2.900 mm pertahun, S2 Kesesuaian Sedang berkisar antara 2.900-3.200 mm pertahun, S3 Kesesuaian Rendah berkisar 3.200-3.900 dan N Tidak Sesuai 3900- 4500 mm pertahun. Sedangkan suhu udara berkisar antara S1 Kesesuaian tinggi berkisar 25-26 ºC, S2 Kesesuaian Sedang berkisar antara 23-25 ºC, S3 Kesesuaian Rendah berkisar 21-23 ºC dan N Tidak Sesuai 26-35 ºC. Dan kelembaban udara berkisar antara S1 Kesesuaian tinggi berkisar 80-84, S2 Kesesuaian Sedang berkisar antara 74- 80, S3 Kesesuaian Rendah berkisar 74-80 dan N Tidak Sesuai 85- 90. k Untuk mendapatkan peta agroklimat pisang Kabupaten Bogor, pada jendela Weighted Overlay klik Run. Gambar 4.35 Peta Kesesuaian Agroklimat untuk Tanaman Pisang Peta kesesuaian agroklimat untuk tanaman pisang seperti tampak pada Gambar 4.35. Pada Gambar 4.35 klasifikasi pada layer kesesuaian agroklimat berkisar nilai 1 sampai 4. Berdasarkan scoring yang telah peneliti lakukan diatas pada sistem kerja ModelBuilder, semakin tinggi nilai kesesuaian agroklimat, maka skor semakin besar. Maka nilai 4 mewakilkan S1 Kesesuaian Tinggi, nilai 3 mewakilkan S2 Kesesuaian Sedang, nilai 2 mewakilkan S3 Kesesuaian Rendah dan nilai 1 mewakilkan N Tidak Sesuai. Selanjutnya peta kesesuaian agroklimat pisang akan dibuat layout agar peta lebih informatif, mudah dimengerti dan menarik. r. Klik menu layout  Add Graticule or Grid lalu cek list create a graticule, kemudian klik next. Gambar 4.36 Menu Graticule and Grid Wizard pada View Untuk membuat layout peta kesesuaian agroklimat dengan memanfaatkan ekstensi Graticules and Measured Grids. Ekstensi ini berfungsi untuk membantu mengatur design view pada peta kesesuaian agroklimat. Agar tampilan peta kesesuaian agroklimat lebih menarik, informatif dan mudah dimengerti oleh pengguna. Pada tahap ini pada opsi view frame pilih “View1”. “View1” ini adalah nama view tempat pengolahan proyek ArcView yang telah dilakukan diatas. s. Selanjutnya pada menu Degrees: 0, pada Minutes: 7, lalu klik next. Gambar 4.37 Menu Graticule and Label Menentukan garis tepi peta untuk membatasi ruang lingkup peta, fungsi dari garis tepi ini adalah untuk menentukan angka derajat astronomis. t. Kemudian pada menu Line Style: garis double lalu klik preview  finish. Gambar 4.38 Menu Graticule and Border Arround The Viewframe Tahap ini untuk menentukkan ketebalan dari garis tepi peta kesesuaian agroklimat pisang. u. Hasil dari Graticules and Wizard seperti tampak pada Gambar 4.37. Gambar 4.39 Hasil Graticules and Grid Wizard Hasil dari Graticules and Grid Wizard inilah yang disebut peta kesesuaian agroklimat pisang. Peta ini dijadikan dasar untuk menganalis spasial sentra produksi pisang di Kabupaten Bogor. Analisis spasial menggunakan peta kesesuaian agroklimat pisang juga diimbangi dengan mengevaluasi hasil produksi Kabupaten Bogor tahun 2008. Evaluasi produksi pisang dilakukan untuk mendapatkan hasil analisis lebih akurat yaitu untuk melihat tingkat relasi antara agroklimat pisang dengan produksi pisang di tahun 2008. Evaluasi produksi pisang dilakukan di kecamatan yang menjadi sentra produksi pisang Kabupaten Bogor. Pada Gambar 4.39 menunjukkan bahwa sentra produksi pisang Kabupaten Bogor yaitu kecamatan Gunung Sindur, Cimanggis dan Cileungsi dari segi agroklimat berada dalam kesesuaian lahan S1 Kesesuaian Tinggi, sedangkan sentra produksi Jasinga berada pada kesesuaian lahan S3 Kesesuaian Rendah. v. Untuk menyimpan layout ke dalam bentuk jpeg, klik file lalu pilih Export kemudian pada list files of type: pilih JPEG dan beri nama file, lalu klik Ok. Gambar 4.40 Menu Export Simpan peta agroklimat pisang sebagai dokumentasi. Dokumentasi yang baik akan mempermudah pemeliharaan dan peningkatan fungsi sistem.

4.4 Evaluasi Evaluation

4.4.1 Evaluasi Produksi Pisang

Perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Bogor bidang pertanian khususnya produksi pertanian pisang menetapkan beberapa kecamatan menjadi sentra produksi pisang, yaitu Gunung Sindur, Jasinga, Cimanggis dan Cileungsi. Berdasarkan permasalahan yang ada, sentra produksi pisang Jasinga mengalami penurunan produksi jika dibanding dengan sentra produksi yang lain. Dan dilihat dari hasil produksi jauh dari target yang telah ditetapkan. Parameter evaluasi produksi didasarkan pada data produksi Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Tujuan evaluasi produksi adalah untuk mengetahui sejauh mana kenaikan dan penurunan produksi pada kecamatan sentra produksi pisang sehingga dapat direlasikan kepada parameter iklim di kecamatan tersebut. Menurut data produksi pisang tahun 2008 dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor menunjukkan: 1. Kesesuaian Lahan S1 Kesesuaian Tinggi a. Sentra Produksi Gunung Sindur Kesesuaian lahan agroklimat S1 Kesesuaian Tinggi menunjukkan relasi yang signifikan terhadap produksi real pada sentra produksi Gunung Sindur. Kecamatan Gunung Sindur dari tahun 2001-2008 menunjukkan rata- rata produksi menghasilkan buah pisang sebesar 3.361 tontahun. Sedangkan pada tahun 2008 didasarkan produksi real dapat menghasilkan 3.612 tontahun dan dengan faktor kesesuaian agroklimat tingkat satu kesesuaian tinggi dari target produksi pisang sebesar 4.100 tontahun Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten bogor, 2008 : 10 . Jadi peran kesesuaian agroklimat pada kesesuaian tinggi S1 untuk tanaman pisang adalah: S1 = Produksi Real x 100 = 3612 x 100 = 88 Target 4100 T abel 4.1 Produksi Pisang Kecamatan Gunung Sindur Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2008: 35 Produksi Pisang Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2001-2008 Tahun Produksi Ton Target Ton 2001 2900 3500 83 2002 3100 3600 86 2003 3300 3700 89 2004 3500 3800 92 2005 3440 3800 91 2006 3400 3900 88 2007 3643 4000 91 2008 3612 4100 88 b. Sentra Produksi Cimanggis Kesesuaian lahan agroklimat S1 Kesesuaian Tinggi menunjukkan relasi yang signifikan terhadap produksi real pada sentra produksi Cimanggis. Kecamatan Cimanggis pada tahun 2001-2008 menunjukkan rata-rata produksi menghasilkan buah pisang sebesar 3.862 tontahun. Sedangkan pada tahun 2008 didasarkan produksi real dapat menghasilkan 4.050 tontahun dan dengan faktor kesesuaian agroklimat tingkat satu kesesuaian tinggi dari target produksi pisang sebesar 4.500 tontahun Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten bogor, 2008 : 11 . Jadi peran kesesuaian agroklimat pada kesesuaian tinggi S1 untuk tanaman pisang adalah: S1 = Produksi Real x 100 = 4050 x 100 = 90 Target 4500 T abel 4.2 Produksi Pisang Kecamatan Cimanggis Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2008: 36 Produksi Pisang Kecamatan Cimanggis Tahun 2001-2008 Tahun Produksi Ton Target Ton 2001 3400 4000 85 2002 3880 4100 95 2003 3770 4100 92 2004 3800 4200 90 2005 4010 4200 95 2006 3990 4300 93 2007 4000 4400 91 2008 4050 4500 90 c. Sentra Produksi Cileungsi Kesesuaian lahan agroklimat S1 Kesesuaian Tinggi menunjukkan relasi yang cukup signifikan terhadap produksi real pada sentra produksi Cileungsi. Kecamatan Cileungsi pada tahun 2001-2008 menunjukkan rata- rata produksi menghasilkan buah pisang sebesar 4.365 tontahun. Sedangkan pada tahun 2008 didasarkan produksi real dapat menghasilkan 5.000 tontahun dan dengan faktor kesesuaian agroklimat tingkat satu Kesesuaian Tinggi dari target produksi pisang sebesar 6.500 tontahun Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten bogor, 2008 : 12 . Jadi peran kesesuaian agroklimat pada kesesuaian tinggi S1 untuk tanaman pisang adalah: S1 = Produksi Real x 100 = 5000 x 100 = 77 Target 6500 T abel 4.3 Produksi Pisang Kecamatan Cileungsi Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2008: 37 Produksi Pisang Kecamatan Cileungsi Tahun 2001-2008 Tahun Produksi Ton Target Ton 2001 4212 6100 69 2002 4111 6100 67 2003 4230 6200 68 2004 4332 6300 69 2005 4200 6300 67 2006 4301 6400 67 2007 4534 6400 71 2008 5000 6500 77 2. Kesesuaian Lahan S3 Kesesuaian Rendah a. Sentra Produksi Jasinga Kesesuaian lahan agroklimat S3 Kesesuaian Rendah menunjukkan relasi yang signifikan terhadap produksi real pada sentra produksi Jasinga. Kecamatan Jasinga pada tahun 2001-2008 menunjukkan rata-rata produksi menghasilkan buah pisang sebesar 3.095 tontahun. Sedangkan pada tahun 2008 didasarkan produksi real dapat menghasilkan 3.512 tontahun dan dengan faktor kesesuaian agroklimat tingkat tiga kesesuaian rendah dari target produksi pisang sebesar 7.500 tontahun Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten bogor, 2008 : 13 . Jadi peran kesesuaian agroklimat pada kesesuaian rendah S3 untuk tanaman pisang adalah: S3 = Produksi Real x 100 = 3.512 x 100 = 47 Target 7.500 T abel 4.4 Produksi Pisang Kecamatan Jasinga Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2008: 38 Produksi Pisang Kecamatan Jasinga Tahun 2001-2008 Tahun Produksi Real Ton Target Ton 2001 2700 7000 39 2002 2900 7100 41 2003 3050 7100 43 2004 3100 7200 43 2005 3200 7300 44 2006 3000 7400 41 2007 3300 7400 45 2008 3512 7500 47

4.4.2 Evaluasi Agroklimat Pisang

Unsur iklim merupakan faktor yang sangat penting bagi sektor pertanian khususnya di daerah tropis lembab. Adapun sifat dan karakteristik iklim suatu tempat secara umum dicerminkan oleh faktor-faktor iklim, antara lain adalah curah hujan, suhu udara dan kelembaban udara. Pada tahap ini peneliti mencoba mengevaluasi kondisi iklim dari sentra produksi pisang Kabupaten Bogor terutama kecamatan Jasinga menyangkut menurunnya produksi pisang di daerah tersebut.

1. Curah hujan

Pada Gambar 4.41 menunjukkan bahwa curah hujan 2.390-2.795 mm berada di wilayah Depok, Cimanggis, Gunung Puteri, Bojong Gede, Gunung Sindur, Cileungsi, Cibinong, Sawangan dan sebagian wilayah Parung Panjang, dimana curah ini yang sesuai untuk tanaman pisang. Selanjutnya curah hujan 2.795-3.200 mm berada di sekitar wilayah Cibungbulang, sebagaian kecil wilayah Leuwiliang, sebagian Ciampea, sebagian Ciomas dan sebagian kecil wilayah Cijeruk. Kemudian untuk curah hujan 3.200-4.011 mm ada di Cariu, Jonggol, sebagian Citeurep, Cigudeg, Jasinga, Nanggung, sebagian kecil Leuwiliang, Caringin, Ciawi dan Cisarua. Dan curah hujan 4.011-4.417 mm berada di Kecamatan Semplak, Rumpin, sebagian Parung, Bogor Kota dan Kedunghalang. Dari segi curah hujan kesesuaian lahan sentra produksi Jasinga jika dilihat dari data kesesuaian agroklimat termasuk kedalam kesesuaian lahan S3 Kesesuaian Rendah, yaitu berkisar antara 3.200-4.011 mm pertahun. Hal ini mencerminkan berdasarkan parameter curah hujan sentra produksi Jasinga menunjukkan tingkat kecocokan tanaman pisang yang rendah atau kurang sesuai. Sedangkan sentra produksi pisang di kecamatan lain seperti Gunung Sindur, Cimanggis dan Cileungsi termasuk dalam kesesuaian lahan S1 Kesesuaian Tinggi yaitu berkisar antar 2.300-2.795 mm pertahun. Hal ini menunjukkan tingkat kecocokan tanaman pisang sesuai jika dilihat dari segi curah hujan. Gambar 4.41 Peta Curah Hujan

2. Suhu Udara

Setelah melalui proses reklasifikasi menunjukkan bahwa suhu yang berkisar antara 25-27 o Celcius yang berdasarkan teori paling sesuai untuk tanaman pisang yaitu meliputi seluruh wilayah Citeureup, Kedunghalang, Ciawi, Caringin, Cijeruk, Ciomas, Ciampea dan Cibungbulang. Selanjutnya suhu yang berkisar antara 24-25 o Celcius yang meliputi wilayah Gunung Sindur, Sawangan, Depok, Cimanggis, Gunung Putri, Cileungsi, Rumpin, Parung dan Semplak. Kemudian untuk suhu yang berkisar antara 22-24 o Celcius meliputi wilayah Parung Panjang, Jasinga, Leuwiliang, Cigudeg, Nanggung. Sedangkan suhu udara 21-22 o Celcius Cariu, Jonggol, Cisarua, Ciawi dan Caringin. Berdasarkan Gambar 4.42 Kabupaten Bogor sesuai untuk ditanami tanaman pisang dengan suhu yang berkisar antara 25-27 o Celcius. Dari segi suhu udara kesesuaian lahan sentra produksi Jasinga jika dilihat dari data kesesuaian agroklimat termasuk kedalam S3 Kesesuaian Rendah, yaitu berkisar antara 22-24 o Celcius. Hal ini mencerminkan berdasarkan parameter suhu udara sentra produksi Jasinga menunjukkan tingkat kecocokan tanaman pisang rendah atau kurang sesuai. Sedangkan sentra produksi pisang di kecamatan lain seperti Gunung Sindur, Cimanggis dan Cileungsi termasuk dalam kesesuaian lahan S2 Kesesuaian Sedang yaitu berkisar antar 24-25 o . Hal ini menunjukkan tingkat kecocokan tanaman pisang sedang atau cukup sesuai jika dilihat dari segi suhu udara. Gambar 4.42 Peta Suhu Udara

3. Kelembaban Udara

Gambar 4.43 Peta Kelembaban Udara Pada Gambar 4.43 menunjukkan bahwa tingkat kelembaban udara yang berkisar 83 berada di Jasinga, Cigudeg, Leuwiliang, Nanggung, Cibungbulang. Untuk kelembaban udara yang berkisar 83 –84 yang berdasarkan teori sangat sesuai untuk mendukung pertumbuhan pisang meliputi Parung Panjang, Gunung Sindur, Rumpin, Parung, Sawangan, Bojong Gede, Depok dan beberapa wilayah Bogor Tengah. Selanjutnya tingkat kelembaban udara 84-85 meliputi wilayah Jonggol, Cariu, Ciawi, Cisarua dan Caringin. Berdasarkan teori kesesuaian agroklimat utnuk parameter kelembaban udara berkisar 80-84. Dilihat dari segi kelembaban udara kesesuaian lahan sentra produksi Jasinga jika dilihat dari data kesesuaian agroklimat termasuk kedalam S1 Kesesuaian Tinggi, yaitu berkisar antara 83. Hal ini mencerminkan berdasarkan parameter kelembaban udara sentra produksi Jasinga menunjukkan tingkat kecocokan tanaman pisang tinggi atau cukup sesuai. Sedangkan sentra produksi pisang di kecamatan lain seperti Gunung Sindur, Cimanggis dan Cileungsi termasuk dalam kesesuaian lahan S1 Kesesuaian Tinggi yaitu berkisar antar 83-84. Hal ini menunjukkan tingkat kecocokan tanaman pisang sesuai jika dilihat dari segi kelembaban udara. Untuk menjawab perumusan masalah pada point terakhir yaitu akan dijabarkan melalui peta kesesuaian agroklimat tanaman pisang yang telah di overlay dengan menggunakan metode ModelBuilder dari data dari iklim yang meliputi curah hujan, suhu udara, kelembaban udara dan data kesesuaian agroklimat pisang seperti tampak pada Gambar 4.44. Gambar 4.44 Peta Kesesuaian Agroklimat Tanaman Pisang Dengan menggunakan metode weighted overlay, maka dapat terlihat pada Gambar 4.44 bahwa kesesuaian agroklimat di Kabupaten Bogor memiliki tiga tingkat kesesuaian agroklimat yang meliputi kesesuaian tinggi, kesesuaian sedang dan kesesuaian rendah. Untuk keterangan selanjutnya dapat dilihat berikut: 1. S1 Kesesuaian Tinggi Wilayah yang termasuk di dalam kesesuaian tinggi adalah wilayah yang sesuai untuk ditanami tanaman pisang berdasarkan faktor agroklimat yaitu curah hujan, suhu udara dan kelembaban udara yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman Pisang. Kesesuaian tinggi terjadi apabila mempunyai tingkat curah hujan yang berkisar antara 2.300 –2.900 mmtahun, suhu udara mencapai 25-24 o celcius dan kelembaban udara mencapai 80-84. Wilayah yang termasuk kedalam kesesuaian tinggi yaitu meliputi kecamatan Gunung Sindur, Sawangan, Depok, Cimanggis, Gunung Puteri, Bojong Gede, Cibinong, Cileungsi, sebagian Kecamatan Rumpin dan Parung dan sebagian kecil Kecamatan Cibungbulang, Ciampea, Ciomas dan Cijeruk. Disini dapat dilihat bahwa sentra produksi pisang Kabupaten Bogor yaitu kecamatan Gunung Sindur, Cimanggis dan Cileungsi dari segi agroklimat termasuk dalam kesesuaian lahan S1 Kesesuaian Tinggi atau tingkat kecocokan untuk tanaman pisang sesuai. 2. S2 Kesesuaian Sedang Wilayah yang termasuk di dalam kesesuaian sedang adalah wilayah yang sesuai untuk ditanami tanaman pisang dengan tingkat kesesuaian sedang berdasarkan faktor agroklimat yaitu curah hujan, suhu udara dan kelembaban udara yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman pisang. Kesesuaian sedang terjadi apabila mempunyai tingkat curah hujan sedang yaitu yang berkisar antara 2.900 –3.200 mmtahun, suhu udara mencapai 23-25 o Celcius dan kelembaban udara mencapai 74-80. Wilayah yang termasuk kedalam kesesuaian sedang yaitu meliputi Kedunghalang, Citeureup, Bogor Kota, Cijeruk, Caringin, sebagian Kecamatan Parung Panjang, Cisarua, Ciawi dan Caringin. 3. S3 Kesesuaian Rendah Wilayah yang termasuk di dalam kesesuaian rendah adalah wilayah yang sesuai untuk ditanami tanaman pisang dengan tingkat kesesuaian rendah berdasarkan faktor agroklimat yaitu curah hujan, suhu udara dan kelembaban udara yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman pisang. Kesesuaian rendah terjadi apabila mempunyai tingkat curah hujan rendah yaitu yang berkisar antara 3.200 –3.900 mmtahun, suhu udara mencapai 23-25 o Celcius dan kelembaban udara mencapai 74-80. Wilayah yang termasuk kedalam kesesuaian rendah yaitu Jasinga, Cigudeg, Nanggung, semplak, Cariu, Cisarua, Jonggol, sebagian besar Leuwiliang, sebagian, Rumpin, Parung, Ciomas. Sedangkan N Tidak Sesuai tidak termasuk pada peta agroklimat pisang di Kabupaten Bogor. Disini dapat dilihat bahwa sentra produksi pisang Kabupaten Bogor yaitu kecamatan Jasinga dari segi agroklimat termasuk dalam kesesuaian lahan S3 Kesesuaian Rendah atau tingkat kecocokan untuk tanaman pisang kurang sesuai. Berdasarkan data produksi pisang tahun 2008 dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor menujukkan bahwa: 1. Kesesuaian lahan agroklimat S1 Kesesuaian Tinggi menunjukkan relasi yang signifikan terhadap produksi real pada sentra produksi Gunung Sindur sebesar 3.612 tontahun dan mencapai prosentase 88 dari target produksi. Begitu juga pada sentra produksi Cimanggis menunjukkan produksi real sebesar 4.050 tontahun dan mencapai target sebesar 90. Kesesuaian lahan agroklimat S1 Kesesuaian Tinggi juga menunjukkan relasi yang cukup signifikan terhadap produksi real pisang pada sentra produksi Cileungsi sebesar 5.000 tontahun dan mencapai prosentase 77 dari target produksi. 2. Kesesuaian lahan agroklimat S3 Kesesuaian Rendah menunjukkan relasi yang signifikan terhadap produksi real pada sentra produksi Jasinga sebesar 3.512 tontahun dan hanya mencapai prosentase 47 dari target produksi. Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa sentra produksi pisang Jasinga ditinjau dari segi agroklimat pisang berada pada kesesuaian lahan S3 Kesesuaian Rendah. Dengan kata lain kecamatan Jasinga merupakan wilayah dengan tingkat kecocokan rendah untuk ditanami pisang jika dilihat dari segi iklim dan agroklimat Kabupaten Bogor. Hal ini menunjukkan produksi pisang di kecamatan tersebut mengalami penurunan produksi dari tahun ke tahun jika dibanding dengan prduksi pisang dari kecamatan yang menjadi sentra produksi yang lain yang menunjukan kenaikan produksi dari tahun ke tahun. Sedangkan pada sentra produksi lain seperti Gunung Sindur, Cimanggis dan Cileungsi berada pada kesesuaian lahan S1 Kesesuaian Tinggi. Dengan kata lain kecamatan Gunung Sindur, Cimanggis dan Cileungsi merupakan wilayah dengan tingkat kecocokan tinggi untuk ditanami pisang jika dilihat dari segi iklim dan agroklimat Kabupaten Bogor. Hal ini juga menunjukkan produksi pisang di kecamatan tersebut mengalami kenaikan produksi dari tahun ke tahun. Adapun kecamatan non-sentra produksi pisang Kabupaten Bogor dilihat dari segi agroklimat pisang menunjukkan kesesuaian lahan S1 Kesesuaian Tinggi meliputi kecamatan Sawangan, Depok, Cileungsi, sebagian Kecamatan Rumpin dan Parung dan sebagian kecil kecamatan Cibungbulang, Ciampea, Ciomas dan Cijeruk.

4.5 Penerapan Implemention

Tahap akhir dari penelitian ini adalah berupa layout kesesuaian agroklimat tanaman pisang. Agar peta lebih informatif, maka dilakukan proses design review, yaitu pengaturan tata letak property dan atribut peta lainnya seperti judul: Peta Kesesuaian Agroklimat Pisang, logo: UIN Universitas Islam Negeri Jakarta, legenda: Klasifikasi Kesesuaian Lahan, skala: 1:500.000, sumber data: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Balai Besar Meteorologi dan Geofisika BBMG Wilayah II Ciputat dan Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional Bakosurtanal. Hasil design review peta kesesuaian agroklimat untuk tanaman pisang tampak pada Gambar 4.45. Gambar 4.45 Peta Kesesuaian Agroklimat Tanaman Pisang 58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Perencanaan Planning