Latar belakang Analisis spasial kesusaian lahan tanaman pisang kepok (musa acuminata colla ) didasarkan cuaca (studi kasus: Kabupaten Bogor)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Era komputerisasi telah membuka wawasan dan paradigma baru dalam pengambilan keputusan dan penyebaran informasi. Data yang dipresentasikan diproses sedemikian rupa dan disajikan dalam bentuk yang lebih sederhana dan sesuai kebutuhan. Sesuai dengan perkembangan teknologi yang sudah dapat dicapai hingga saat ini, khususnya di bidang basisdata, teknologi informasi dan teknologi satelit inderaja, maka kebutuhan penyimpanan, analisis dan penyajian informasi semakin mendesak. Struktur data yang kompleks mencakup data spasial dan data non-spasial. Dengan demikian untuk mengelola data yang kompleks ini, diperlukan suatu sistem informasi yang secara integrasi mampu mengolah data spasial dan data non-spasial secara efektif dan efisien. Dan salah satu sistem yang menawarkan solusi-solusi untuk masalah tersebut adalah GIS Geographic Information System. GIS adalah suatu teknologi yang dapat menjadi alat bantu tools yang sangat esensial dalam menyimpan, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan kondisi alam, seperti kondisi agroklimat suatu wilayah dengan bantuan data spasial dan data non-spasial Prahasta, 2008: 3. Hampir semua aplikasi dalam GIS dapat di-customize dengan menggunakan perintah-perintah dalam bahasa skrip yang dimiliki oleh perangkat lunak GIS yang bersangkutan, misalnya ArcView GIS sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan pengguna secara otomatis, cepat, lebih menarik, informatif Bagian bonggol pohon pisang berupa rhizoma, yang dapat hidup hingga 15 tahun atau bahkan lebih. Sedangkan untuk satu tandan pisang sendiri terdiri atas 5 –20 sisir, yang masing-masing sisir terdiri lebih dari 20 buah pisang. Berat satu tandan pisang bisa mencapai 30 –50 kg. Sedangkan berat satu buah pisang rata- rata adalah 125 gr Munadjim, 2009: 10. Adapun sentra produksi pisang di Kabupaten Bogor tersebar dibeberapa kecamatan, antara lain Gunung Sindur, Jasinga, Cimanggis dan Cileungsi Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2008: 10. Indonesia merupakan salah satu negara pusat asal-usul tanaman pisang. Jumlah jenis pisang di Indonesia sangat melimpah. Sebanyak 250 jenis pisang ditemukan di Indonesia. Tanaman pisang ditemukan mulai dari lembah alas Aceh Tenggara sampai ke daerah Papua bagian utara. Jenis-jenis pisang dan daerah penyebarannya di Indonesia Rismunandar, 2009: 17: 1. Musa acuminata Colla Jenis ini mempunyai beberapa nama lokal, antara lain cau kole Sunda, pisang cici alas Jawa, pisang rimbo Minangkabau, pisang harangan Batak, nuka nuibo Kaili, unti darek Bugis atau yang populer disebut pisang kepok. Tumbuh baik di dataran rendah sampai ketinggian 1800 m dpl dan juga tumbuh di hutan sekunder. Pisang ini ditemukan di Sulawesi, Jawa Barat, Bali dan Sumatera. 2. Musa balbisiana Colla Masyarakat Indonesia mengenalnya secara umum dengan sebutan pisang batu, pisang biji, atau pisang klutuk. Jenis ini belum pernah dilaporkan dan ditemukan tumbuh secara liar di Indonesia. Akan tetapi secara luas telah ditanam di kebun-kebun Indonesia. 3. Musa borneensis Becc Pisang yang dikenal dengan pisang hutan oleh masyarakat Indonesia ini tumbuh sepanjang sungai Mahakam dan di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Masyarakat Serawak mengenalnya dengan sebutan pisang unkaok atau pisang unkadan. 4. Musa celebica Warb Dikenal oleh masyarakat Toraja dengan sebutan punti lampung. Jenis ini ditemukan di Taman Nasional Lore Lindu, Sulawesi Tengah. 5. Musa lolodensis Cheesman Ditemukan menyebar mulai dari Halmahera, Maluku sampai ke Papua bagian utara. Masyarakat setempat menyebutnya dengan pisang hias. 6. Musa ornata Roxb Berasal dari Himalaya bagian tenggara dan diintroduksi ke Indonesia melalui Kebun Raya Bogor. Seperti halnya Musa lolodensis Cheesman, jenis ini disebut juga dengan pisang hias. 7. Musa salaccensis Zoll Masyarakat Minangkabau mengenalnya dengan pisang monyet dan pisang karok, masyarakat Mandailing mengenalnya dengan sebutan pisang sitata. Jenis ini ditemukan di sepanjang lereng barat Pegunungan Bukit Barisan Sumatera, mulai dari Aceh sampai Tapanuli, Sumatera Barat dan Bengkulu. 8. Musa schizocarpa Simmonds Ditemukan di dataran rendah terbuka di Papua dan disepanjang sisi jalan antara Arso dan Genyem. Selain itu jenis ini ditemukan juga tumbuh di Niugini. Masyarakat setempat menyebutnya sebagai pisang utan. 9. Musa textilis Nee Jenis ini dapat ditemukan di dalam koleksi tumbuhan Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri di Bogor. Dikenal sebagai pisang manila atau pisang abaka. 10. Musa troglodytarum L Asli dari Maluku dan belum pernah dilaporkan dan ditemukan tumbuh liar di tempat lain. Dikenal dengan sebutan pisang tongkat langit atau pisang tunjuk langit. Masyarakat Seram ada yang menyebutnya dengan tema tenala langit. 11. Musa uranoscopos Lour Jenis ini merupakan asli dari Cina Selatan, Vietnam, Laos dan diintroduksi ke Indonesia melalui Kebun Raya Bogor. Masyarakat Indonesia menyebutnya dengan pisang hias. 12. Musa velutina Wendl and Drude Jenis yang dikenal dengan sebutan pisang hias ini, bukan asli Indonesia melainkan berasal dari Assam, India dan diintroduksikan ke Indonesia melalui Kebun Raya Bogor Rismunandar, 2009: 17-18. Musa acuminata colla dan Musa balbisiana colla merupakan nenek moyang dari pisang-pisang budidaya yang ada di Indonesia. Beberapa jenis pisang budidaya merupakan hasil persilangan dari kedua jenis pisang tersebut. Jenis-jenis pisang liar lainnya juga diketahui mempunyai potensi sebagai induk dalam persilangan untuk menciptakan kultivar-kultivar yang unggul Stover, 2009: 33. Sumber serat Musa textilis Nee telah diketahui mempunyai kandungan serat dalam batang semunya yang secara fisik kuat, tahan lembab dan air asin, sehingga baik untuk digunakan sebagai bahan baku kertas berkualitas tinggi yang tahan simpan seperti uang, kertas dokumen, kertas cek, kertas filter, pembungkus teh celup, bahan pakaian, pembungkus kabel dalam laut, serta tali-temali lainnya Rismunandar, 2009: 20. Saat ini telah banyak penelitian yang dilakukan dalam rangka perbanyakan dan perbaikan kualitas serat dari pisang abaka ini. Di tengah maraknya trend tanaman hias di masyarakat Indonesia, beberapa jenis pisang liar dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias karena secara morfologi, beberapa jenis pisang khususnya yang tumbuh di Indonesia mempunyai penampakan morfologi yang menarik, diantaranya Musa lolodensis cheesman, Musa ornata roxb., Musa uranoscopos lour dan Musa velutina wendl and drude. Dari potensi-potensi yang dimiliki oleh pisang tersebut, potensi yang lainnya adalah potensi sebagai sumber plasma nutfah Munadjim, 2009: 20. Keberadaan plasma nutfah ini penting untuk meningkatkan kualitas pisang- pisang budidaya yang ada di Indonesia. Pisang liar banyak digunakan sebagai sumber plasma nutfah. Banyaknya jenis dan varietas dari pisang-pisang liar menunjukkan banyaknya keanekaragaman genetik yang ada didalam jenis tersebut. Keanekaragaman hayati yang ada dapat digunakan sebagai sumber plasma nutfah, kaitannya dengan usaha perakitan varietas unggul. Keanekaragaman genetik tersebut harus dipertahankan dan diperluas keberadaannya, sehingga bahan untuk perakitan varietas unggul selalu tersedia Munadjim, 2009: 22. Beberapa pisang telah diketahui mempunyai ketahanan terhadap penyakit layu Fusarium yang disebabkan oleh Fusarium oxysporium f. cubense. Jamur ini mampu bertahan lama di dalam tanah sebagai klamidospora sehingga sulit untuk dikendalikan. Penyakit layu Fusarium telah merusak perkebunan pisang di Bogor dan Lampung yang menyebabkan petani pisang harus menanggung kerugian yang cukup besar. Tidak hanya di Indonesia, penyakit ini juga telah menyerang perkebunan-perkebunan pisang di Taiwan, Kepulauan Kanari, Afrika Selatan, Australia, Amerika Tengah dan Selatan Stover, 2009: 32. Musa acuminata colla merupakan salah satu nenek moyang pisang budidaya di Indonesia. Jenis ini mendonorkan genom ”A”. Pisang budidaya yang merupakan turunan dari jenis ini antara lain pisang ambon, pisang kepok, AAA, pisang ambon lumut AAA, pisang mas AA dan pisang berangan AAA. Musa acuminata var malaccensis, salah satu varietas dari Musa acuminata colla yang ditemukan di Jawa Barat dan Sumatera, diketahui mempunyai resistensi terhadap jamur layu Ras 1 dan Ras 2, serta Sigatoka. Resistensi terhadap sigatoka juga ditunjukkan oleh Musa acuminata colla Stover, 2009: 34. Pisang lain yang juga merupakan nenek moyang pisang budidaya di Indonesia adalah Musa balbisiana colla . Jenis ini mendonorkan genom ”B”. Beberapa kultivar turunannya antara lain pisang siem dan pisang cepatu ABB. Musa balbisiana colla mampu tumbuh di daerah kering karena jenis ini agak toleran terhadap kekeringan Stover, 2009: 36. Menurut Badan Pusat Statistik, Indonesia menghasilkan sekitar 5.741.351 ton pisang di tahun 2008, produksi tertinggi diantara produksi hortikultura yang lain. Kebanyakan dihasilkan di Propinsi Jawa Barat sekitar 1.415.694 ton atau menyumbang 25 dari produksi nasional. Penghasil terbesar kedua Propinsi Jawa Timur sekitar 1.020.773 ton 18 Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Barat, 2008: 6. Pisang berkembang dengan subur pada daerah tropis yang lembab, terutama di dataran rendah. Di daerah yang hujannya turun merata sepanjang tahun, produksi pisang dapat berlangsung tanpa mengenal musim Direktorat Budidaya Tanaman Buah, 2008: 3. Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan pisang berkisar 2.300-2.900 mm per tahun, suhu udara 25-26 o C dan kelembaban udara 80 –84 Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2008: 21.

2.2 Definisi Cuaca, Iklim dan Agroklimat untuk Tanaman Pisang