50
H
3
: Keberadaan komite audit berpengaruh berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini
going concern
Variabel keberadaan komite audit yang diproksikan dengan AC mempunyai Asymptotic Significance Sig sebesar 0.955 lebih basar
dari 0.05 α
dan nilai Wald Statistic 0.003 lebih kecil dengan Chi- Square tabel sebesar 1.205. Hal ini berarti H
diterima dan H alternatif ditolak atau hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh negatif
antara status keberadaan komite audit dengan kemungkinan penerimaan going concern ditolak.
Dari hasil analisis mengenai pengaruh keberadaan komite audit terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern tersebut
mengartikan bahwa tidak berpengaruh secara signifikan. Hasil penelitian ini dapat menjadi suatu sinyal bagi komite audit agar dapat
membantu Dewan Komisaris dengan lebih efektif, misalanya dalam memastikan struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan
dengan baik. Sebab, meskipun hampir semua perusahaan telah memiliki komite audit efektiftasnya belum terlihat jelas dalam
meminimalisir kemungkinan perusahaan mendapatkan opini going concern dari auditor.
Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Ramadhani 2004.
Dalam penelitiannya
Ramadhani mendapatkan hasil bahwa komisaris independen komite audit tidak
berpengaruh signifikan terhadap opini going concern.
51
H
4
: Kepemilikan manajerial berpengaruh berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini
going concern
Variabel kepemilikan manajerial yang diproksikan dengan MJ_OWN mempunyai Asymptotic Significance Sig sebesar 0.615
lebih basar dari 0.05 α
dan nilai Wald Statistic 0.253 lebih kecil dengan Chi-Square tabel sebesar 1.205. Hal ini berarti H
diterima dan H alternatif ditolak atau hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh
negatif antara status keberadaan komite audit dengan kemungkinan penerimaan going concern ditolak.
Dari hasil Pengujian diatas didapatkan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan
penerimaan opini going concern. Hasil penelitian ini mendukung hasil pernelitan yang dilakukan oleh oleh Januarti 2008. Hasil dari
penelitan Januarti tidak menemukan pengaruh kepemilikan manajerial terhadap penerimaan opini going conern. Meskipun ada kepemilikan
manajerial ternyata fungsi pengawasan yang ada belum menjamin untuk tidak diberikannya opini audit going concern. Karena untuk
menjaga kinerja sangat dipengaruhi oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal.
Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel debt default dan opini audit tahun sebelumnya sebagai variabel signifikan
dalam penelitian ini yang berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern pada perusahaan manufaktur yang
52
terdaftar di BEI. Sedangkan, variabel keberadaan keberadaan komite audit dan kepemilikan manajerial tidak signifikan terhadap
kemungkinan penerimaan opini going concern.
Tabel 4.8 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis
No Hipotesis
Hasil 1
Debt default berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini going
concern didukung
2
Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini
going concern didukung
3
Keberadaan komite audit berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini
going concern tidak didukung
4
Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini
going concern tidak didukung
Sumber: data sekunder diolah
Berdasarkan hasil pengujian menggunakan 4 empat variabel diatas hasil statistik menunjukan besarnya pengaruh terhadap
kemungkinan penerimaan opini going concern sebagai variabel dependennya adalah 77. Yang mengartikan bahwa masih banyak
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kemungkinan perusahaan
53
mendapatkan opini going concern oleh auditor misalkan seperti kondisi keuangan perusahaan, kualitas audit, atau lain sebagainya.
Besaran persentase ini juga tidak mengikat yang artinya bisa berubah tergantung sampel dan metode yang digunakan juga faktor lainnya.
54
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh debt default, opini audit tahun sebelumnya, keberadaan komite audit, dan kepemilikan
manajerial. Obyek penelitan ini berjumlah 40 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI selama periode 2007-2009.
Berdasakan pada data yang telah dikumpulkan terhadap permasalahan dengan menggunakan model regresi logistik, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut: 1. Debt default berpengaruh positif secara signifikan terhadap kemungkinan
penerimaan opini going concern. Hal ini dapat dijelaskan dengan besaran tingkat signifikasi sebesar 0,004. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Januarti 2008, Praptitorini dan Januarti 2007, dan Ramadhani 2004.
2. Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif secara signifikan terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern. Hal ini dapat
dijelaskan dengan besaran tingkat signifikasi sebesar 0.000. Hasil penelitian ini mendukung penlitian yang dilakukan oleh Januarti 2008,
Santosa dan Wedari 2007, dan Ramadhani 2004.
54
55
3. Keberadaan komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Hali ini dapat
dijelaskan dengan besarnya tingkat signifikasi sebesar 0,995. Hal ini sejalan dengan penelitian Ramadhani 2004.
4. Kepemilikan manajerial
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Hal ini dapat dijelaskan dengan besarnya tingkat signifikasi sebesar 0,615. Hal ini
mengdukung penelitian yang dilakukan oleh Januarti 2008.
B. Implikasi
Debt default memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap penilaian seorang auditor dalam memberikan opini going concern pada
perusahaan yang diauditnya. Begitupula dengan opini audit yang didapat perusahaan pada tahun sebelumnya menjadikan sebuah tinjauan yang cukup
penting sebagai sedikit gambaran tentang hasil penilaian oleh auditor yang akan didapatkan. Dua hal ini menjadi poin yang tidak boleh diabaikan oleh
sebuah perusahaan jika ingin mendapatkan penilaian yang baik dari auditor. Karena efek yang timbul dari pemberian opini going concern tersebut
menjadikan hilangnya kepercayaan dari publik akan keberlanjutan usaha auditee termasuk dari investor, kreditur, dan konsumen sehingga akan
semakin merugikan perusahaan itu sendiri. Selain itu dilain hal jika sebuah perusahaan mendapatkan status default iut akan menjadi hambatan besar
karena perusahaan tersebut akan lebih sulit lagi bangkit dari keterpurukan
56
karena bila sudah mendapat status default tersebut investor akan berfikir dua kali untuk memberikan modalnya karena mereka tahu bahwa mereka akan
sulit mendapatkan keuntungan seperti yang mereka harapkan dari modal mereka nantinya. Dampak ini akan berpengaruh terhadap kelangsungan usaha
perusahaan yang berstatus default itu. Dan bagi pihak auditor debt default dan opini audit tahun sebelumnya
menjadikan tinjauan yang penting dalam memberikan gambaran awal sebelum melaksanakan pengauditan secara keseluruhan, karena perusahaan
yang mendapatkan status default dan going concern ditahun sebelumnya akan berkemungkinan lebih besar mendapat opini going concern ditahun ini.
C. Keterbasan
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah: 1. Jumlah sampel perusahaan yang dijadikan obyek penelitian hanya berasal
dari satu jenis industri saja yaitu manufaktur, sehingga tidak dapat mengeneralisir hasil temuan untuk seluruh perusahaan go public di BEI.
2. Periode pengamatan hanya 3 tiga tahun dan pada saat kondisi ekonomi normal, sehingga tidak bisa melihat kecenderungan trend penerbitan opini
audit going concern oleh auditor dalam jangka panjang dan pada saat kondisi tidak normal.
3. Hampir seluruh perusahaan di BEI telah membentuk komite audit. Sehingga menjadikan variabel ini kurang kuat sebagai vaiabel yang dapat
dijadikan model keputusan opini audit going concern.
57
D. Saran
Berdasarkan simpulan dan keterbatasan diatas, saran yang dapat diberikan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya dapat memperluas sampel penelitian dengan memasukan seluruh jenis industri, baik industri manufaktur, perdagangan,
jasa, maupun keuangan sebagai obyek penelitian agar nanti hasilnya mampu menjelaskan besarnya pengaruh terhadap perusahaan yang
terdaftar di BEI secara keseluruhan. 2. Periode pengamatan bisa ditambahkan atau dibandingkan ketika keadaan
normal dan pada saat dimana keadaan tidak normal seperti contohnya dalam keadaan krisis.
3. Periode penelitian dapat lebih diperpanjang sejak peraturan mengenai pembentukan komite audit dikeluarkan serta memperluas karakteristik
komite audit, jumlah anggota, serta hal lainnya.
58
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Tarmizi, Rusmin, J. Nelson, Greg Tower. 2009. “The Inquitous Influence of Family Ownership Structures on Corporate Performance.” Journal of Global
Business Issues, Vol.3 Issue 1 pp.41. Altman, E dan McGough, T. 1974. “Evaluation of A Company as A Going Concern”.
Journal of Accountancy. December. 50-57. Arens, Alvin A., James K. Loebbecke , Amir Abadi Ju. 2008. “Auditing.” Edisi 6.
Salemba Empat. Yogyakarta. Chen, K. C. W., and B. K. Church. 1992. “Default on Debt Obligations and the
Issuance of Going-Concern Report”. Auditing: A Jurnal of Practice Theory, fall. pp. 30-49.
Faizal, 2004. “Analisis Agency Costs, Struktur Kepemilikan, dan Mekanisme Corporate Governance.” Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar, 2-3
Desember 2004. Fanny, Margareta dan Sylvia Saputra. 2005. ”Opini Audit Going Concern: Kajian
Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Reputasi Kantor Akuntan Publik Studi pada Emiten Bursa Efek Jakarta”.
Disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi SNA VIII Solo.
Forum for Corporate Governance in Indonesia. “Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Corporate Governance Tata Kelola Perusahaan”.
http:www.google.com . Diakses pada 20 November 2009.
Gray, Iain dan Stuart Manson. 2000. “The Audit Process, Principles, Practice and
Cases. Second Edition.” Thomson Learning.
Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”, Edisi Ketiga, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2005.
Herawaty, Vinola, 2008. “Peran Corporate Governance sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earning Management terhadap Nilai Perusahaan.” Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, Vol.10 No.2. pp 97-108.